Newsletter

RI Diuji! Data Ekonomi Diumumkan di Tengah Amukan Kabar Panas China-AS

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
05 August 2025 06:10
Patung Fearless Girl menghadap Bursa Efek New York pada 2 Juli 2024, di New York. Sebagian besar saham global melemah setelah indeks acuan berakhir lebih tinggi di Wall Street. (AP Photo/Peter Morgan)
Foto: Infografis/ Nah Lho! 2 Negara Ini Diramal Kena Krisis Ekonomi di 2024/ Ilham Restu

Dari pasar saham AS, bursa Wall Street terbang pada perdagangan Senin atau Selasa dini hari waktu Indonesia.

Saham melonjak karena investor berupaya memulihkan kerugian tajam yang terjadi pada sesi sebelumnya akibat kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi AS dan putaran tarif baru dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Indeks Dow Jones Industrial Average melesat 585,06 poin, atau terbang 1,34%, dan ditutup di level 44.173,64, menghapus aksi jual besar yang terjadi pada hari Jumat.

Indeks S&P 500 melesat1,47% menjadi 6.329,94, memutus tren penurunan selama empat hari berturut-turut dan mencatatkan sesi terbaik sejak Mei. Nasdaq Composite melonjak 1,95% dan berakhir di 21.053,58.

"Hari ini semacam hari untuk bangkit kembali. Saham biasanya bangkit setelah penurunan, jadi itulah yang sedang terjadi," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, kepada CNBC International.

Namun dia mengingatkan jika semua masih harus menunggu dan melihat apa yang terjadi selanjutnya karena bisa saja para investor berpikir.

"Kita perlu mengambil keuntungan sebagian dulu untuk mencerna kenaikan ini.'" Imbuhnya.

Saham-saham diobral pada Jumat pekan lalu setelah laporan pekerjaan yang lebih lemah dari perkiraan, termasuk revisi besar untuk data ketenagakerjaan Mei dan Juni.

Tak lama setelah rilis data tersebut, Presiden Donald Trump memecat kepala Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS). Trump kemudian mengatakan bahwa ia akan mengumumkan komisaris BLS yang baru dalam beberapa hari ke depan.

Pasar juga terguncang oleh kegelisahan terkait kebijakan tarif baru Trump. Trump menandatangani perintah eksekutif pada akhir pekan lalu yang memperbarui tarif "resiprokal"-nya terhadap puluhan mitra dagang AS, mulai dari Suriah hingga Taiwan, dengan tarif baru berkisar antara 10% hingga 41%.

Dengan minimnya rilis data ekonomi pekan ini, perhatian investor akan tertuju pada perkembangan perdagangan antara AS dan China setelah pejabat senior dari kedua negara bertemu di Stockholm, Swedia, pekan lalu.

Investor juga menantikan laporan keuangan terbaru pekan ini. Palantir dijadwalkan merilis hasil kinerja setelah pasar tutup pada Senin, dan AMD akan melaporkan pada Selasa.

Pasar juga tengah bersiap menghadapi bulan yang secara historis lemah. Menurut Stock Trader's Almanac, Agustus merupakan bulan terburuk bagi Dow Jones Industrial Average sejak data tahun 1988, dan bulan terburuk kedua bagi S&P 500 dan Nasdaq Composite.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular