Horang Kaya! Air Mineral RI Impor dari Prancis, Es dari Arab Saudi

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
01 August 2025 17:10
air es
Foto: air es

Jakarta, CNBC Indonesia- Impor air mineral dan es ke Indonesia dari sejumlah negara melonjak tajam sepanjang Januari-Mei 2025. Tak tanggung-tanggung, nilainya tumbuh ratusan persen secara tahunan (year-on-year), termasuk dari negara-negara yang tidak lazim diasosiasikan sebagai eksportir air ke Indonesia-seperti Arab Saudi dan Bahrain.

Data dari Kementerian Perdagangan menunjukkan, dalam lima bulan pertama 2025, nilai impor air mineral (HS 22011010) ke RI mencapai US$1,74 juta atau naik 148,48% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume impornya juga naik signifikan sebesar 125,85% menjadi 1.707 ton.

Negara pemasok terbesar datang dari Prancis (826 ton), diikuti Fiji (340 ton), Italia (320 ton), dan Jepang (41 ton).

Menariknya, Arab Saudi-negara gurun yang minim sumber air alami juga masuk dalam daftar lima besar eksportir air ke Indonesia, mengirim 24,4 ton air mineral, dengan nilai naik 268% secara tahunan.

Tak hanya air, impor produk es dan salju (HS 22019010) juga ikut meroket. Sepanjang Januari-Mei 2025, Indonesia mengimpor 367 ton es senilai US$263.600 naik 709% dari sisi volume dan 532% dari sisi nilai. Tiga negara Arab mendominasi: Bahrain (213 ton), Arab Saudi (105 ton), dan Uni Emirat Arab (24,7 ton).

Kondisi ini tentu mengundang tanya: mengapa Indonesia, negara dengan curah hujan tinggi dan sumber daya air melimpah, harus mengimpor air mineral dan es?

Premiumisasi, Branding, dan Niche Market

Jawabannya terletak pada segmen pasar dan kualitas produk yang ditawarkan negara-negara tersebut. Menurut laporan Alinea, air mineral impor yang masuk ke RI umumnya masuk kategori premium, seperti air dari Pegunungan Alpen (Prancis dan Italia), atau air vulkanik dari Fiji. Air-air ini dipasarkan sebagai produk berkelas tinggi dan menjadi favorit di restoran bintang lima, hotel internasional, serta layanan katering penerbangan atau diplomatik.

Arab Saudi juga punya produk air unggulan, seperti Zamzam Water yang dikomersialisasikan secara terbatas, serta sejumlah air mineral botolan yang berasal dari pengeboran dalam dan pengolahan khusus di kawasan Taif dan Mekah. Merek seperti Nova Water dan Berain telah mulai masuk ke sejumlah negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Sementara itu, es dari Bahrain dan UEA juga bukan sembarang es. Produk ini banyak digunakan dalam kebutuhan industri makanan dan minuman kelas atas, termasuk untuk ekspor ulang produk olahan laut, penyimpanan spesifik untuk kedutaan, hingga event internasional.

Efek Perjanjian Dagang & Logistik

Naiknya impor dari negara-negara Timur Tengah juga tak lepas dari peningkatan hubungan dagang bilateral. Seperti diketahui, pada awal Juli 2025, Indonesia dan Arab Saudi menandatangani kesepakatan kerja sama senilai US$27 miliar, termasuk sektor logistik, pangan, hingga hospitality. Peluang ini membuka arus perdagangan produk-produk terspesialisasi yang sebelumnya tidak dominan.

Terbukanya jalur logistik langsung dari Jeddah dan Manama ke pelabuhan besar di Indonesia juga mempercepat distribusi barang-barang non-primer seperti air dan es. Biaya logistik yang makin efisien membuat margin distribusi makin tipis, memungkinkan restoran atau hotel premium mendatangkan produk luar negeri dengan harga lebih terjangkau.

Meski nilai impornya tergolong kecil dalam konteks total perdagangan, lonjakan persentase mencerminkan permintaan pasar yang berubah. Segmen premium air minum dalam kemasan (AMDK) lokal menghadapi tantangan dari produk impor dengan citra eksklusif.

Impor air dan es dari Arab Saudi dan negara-negara lain meningkat tajam bukan karena kekurangan suplai domestik, melainkan karena fenomena pasar: kebutuhan akan produk premium, branding eksklusif, dan kemudahan logistik akibat perjanjian dagang.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation