IHSG& Rupiah Hari Ini Hadapi 5 Ancaman : Mana Paling Menyeramkan?
- Pasar keuangan Indonesia berakhir di zona merah, IHSG dan rupiah sama-sama ambruk
- Wall Street ambruk berjamaah jelang deadline negoisasi tarif
- Data ekonomi Indonesia, negosiasi dagang, serta laporan keuangan akan menjadi penggerak pasar hari ini
Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia serempak ditutup loyo kemarin. Dengan bayang-bayang sentimen keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang kembali menahan suku bunganya di level 4,25-4,50%, juga jatuhnyaa emiten sektor perbankan.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak volatil hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,87% ke level 7.484,34 pada akhir perdagangan hari kemarin, Kamis (31/7/2025).
Nilai transaksi tergolong ramai atau tercatat mencapai Rp 18,27 triliun, dengan volume perdagangan 41,63 miliar lembar saham dan frekuensi transaksi sebanyak 2 juta kali.
Sebanyak 228 saham mengalami kenaikan, 412 saham melemah dan 164 saham tidak bergerak alias stagnan.
Asing masih mencatat net sell sebesar Rp 1,26 triliun pada perdagangan kemarin.
Mayoritas sektor perdagangan di bursa mengalami koreksi, dengan pelemahan tersebar dicatatkan sektor utilitas, finansial dan industri. Emiten sektor perbankan kompak menjadi beban IHSG Kamis kemarin.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang mengumumkan kinerja keuangan semesteran tercatat menjadi pemberat utama kinerja IHSG. Saham BBRI melemah 1,85% dan berkontribusi atas pelemahan 11,53 indeks poin.
Beralih ke pasar valuta asing, rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di penutupan perdagangan Kamis (31/7/2025) yang sekaligus menutup perdagangan Juli 2025.
Dilansir dari Refinitiv, nilai tukar rupiah turun sebesar 0,40% ke level Rp16.450/US$. Secara kumulatif di Juli 2025 ini, rupiah telah mengalami penurunan sebesar 1,64% terhadap dolar AS.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) per pukul 15.00 WIB terpantau mengalami penurunan tipis 0,08% di posisi 99,73. Sebagai catatan, DXY mengalami kenaikan cukup signifikan pada perdagangan kemarin Rabu (30/7/2025) yakni sebesar 0,94% sekaligus memperpanjang reli penguatan selama lima hari beruntun.
Tekanan terhadap rupiah hari ini terjadi seusai Bank Sentral AS The Federal Reserve atau The Fed mempertahankan suku bunga acuan Fed Fund Rate di level kisaran 4,25%-4,50%.
Keputusan ini, ditambah dengan data ekonomi yang kuat dan mendorong investor untuk kembali masuk ke aset-aset berbasis dolar dan meninggalkan mata uang negara berkembang termasuk rupiah.
Dari pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun melandai ke 6,546% pada perdagangan kemarin, dari 6,549% pada Rabu lalu. Melemahnya imbal hasil menandai harga SBN yang tengah naik karena mulai diburu investor.
(emb/emb)