The Fed Buka Suara Nanti Malam: 5 Hal Ini Buat Dunia Sakit Kepala

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
30 July 2025 16:25
Ketua Dewan Federal Reserve Jerome Powell berbicara saat konferensi pers di Federal Reserve di Washington, Rabu, 12 Juni 2024. (AP Photo/Susan Walsh)
Foto: Ketua Dewan Federal Reserve Jerome Powell berbicara saat konferensi pers di Federal Reserve di Washington, Rabu, 12 Juni 2024. (AP/Susan Walsh)

Jakarta, CNBC Indonesia - Para pelaku pasar global tengah menanti keputusan penting dari bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang akan mengumumkan hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Konsensus pasar saat ini memperkirakan bahwa The Fed kemungkinan besar akan kembali mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan kali ini. Namun, fokus utama investor bukan hanya pada keputusan tersebut, melainkan pada arah kebijakan moneter ke depan yang mungkin disampaikan oleh The Fed.

Sebagai otoritas yang memiliki kendali atas dolar AS, The Fed memegang peran sentral dalam sistem keuangan global. Setiap langkah dan pernyataan dari The Fed kerap menjadi penentu utama arah pasar keuangan dunia, mengingat posisi Amerika Serikat sebagai pusat ekonomi dan keuangan internasional.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa 97,4% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25% hingga 4,50% pada pengumuman kali ini.

CME FedWatch ToolFoto: Meeting Probabilities
CME FedWatch Tool

Berikut ini adalah hal penting yang akan ditunggu oleh pelaku pasar menjelang pengumuman The Fed Kamis dini hari waktu Indonesia.

1. Keputusan Suku Bunga

Salah satu hal yang ditunggu tunggu oleh pelaku pasar adalah terkait dengan kebijakan suku bunga The Fed, namun kali ini berbeda, pasar telah menunjukkan keyakinan bahwa suku bunga akan tetap di pertahankan di rentang 4,25%-4,50% merujuk pada hasil survei yang dilakukan CME FedWatch yang menunjukkan probabilitas lebih dari 97%.

Namun tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk memangkas suku bunga kembali menggema.

Trump telah secara terbuka menyuarakan keinginannya agar The Fed mengambil langkah pelonggaran moneter, meski kondisi inflasi masih dalam batas kendali. Bahkan dua gubernur The Fed dari Partai Republik Christopher Waller dan Michelle Bowman diketahui mendukung pemangkasan segera.

Jika nantinya muncul suara berbeda atau dissenting dari keduanya, maka ini akan menjadi kali pertama sejak 1993 dua gubernur The Fed menunjukkan perbedaan sikap secara bersamaan. Hal ini tentu dapat memperkuat ekspektasi pasar bahwa pemangkasan suku bunga tinggal menunggu waktu. Para pelaku pasar bahkan sudah memperkirakan kemungkinan dua kali pemangkasan hingga akhir tahun.

Namun demikian, The Fed harus mempertimbangkan keseimbangan antara inflasi yang mulai meningkat akibat tarif dan prospek pertumbuhan ekonomi yang melambat. Kebijakan suku bunga akan menjadi alat utama untuk menjaga keseimbangan ini.

Oleh karena itu, meski tidak memangkas sekarang, sinyal atau retorika apapun dari The Fed tentang potensi pemangkasan pada September akan sangat berdampak bagi arah pasar.

2. Stance Kebijakan ke Depan

Yang paling krusial bagi pelaku pasar bukan hanya keputusan saat ini, melainkan guidance atau panduan arah kebijakan ke depan. Jerome Powell dikenal sangat berhati-hati dalam menyampaikan sinyal pasar. Sejauh ini, pendekatan wait-and-see masih menjadi gaya khasnya, terutama di tengah ketidakpastian akibat tarif dan inflasi yang belum sepenuhnya termanifestasi.

Namun, pasar sangat berharap Powell memberi kejelasan apakah pemangkasan suku bunga akan dipertimbangkan pada September, sesuai dengan ekspektasi pasar.

Banyak ekonom memperkirakan Powell tidak akan memberi sinyal tegas. Namun, bahasa tubuh, pilihan kata, dan nuansa dalam pernyataan pasca-pertemuan akan menjadi petunjuk tersirat.

Pasar akan menafsirkan setiap kalimat, bahkan koma, dalam pernyataan Powell, itulah pentingnya arah kebijakan The Fed, lebih dari sekadar angka suku bunga itu sendiri.

3. Proyeksi Ekonomi

Kondisi ekonomi AS saat ini menunjukkan sinyal yang campur aduk. Di satu sisi, penjualan ritel naik 0,5% pada bulan Juni, namun sebagian besar dipengaruhi oleh harga, bukan volume.

Laporan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua yang akan segera dirilis diperkirakan mencatatkan pertumbuhan 2,2%, tapi sebagian besar pertumbuhan itu didorong oleh normalisasi impor, bukan kekuatan permintaan domestik.

Sementara itu, pasar tenaga kerja mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Pertumbuhan lapangan kerja terkonsentrasi hanya di sektor tertentu seperti kesehatan dan hiburan.

Jika tren ini berlanjut, maka ini menjadi sinyal perlambatan riil ekonomi yang bisa menjadi justifikasi logis untuk pemangkasan suku bunga ke depan. Investor akan mencermati apakah The Fed mengakui risiko ini secara eksplisit dalam pernyataannya.

Selain itu, ekspektasi inflasi berbasis pasar mulai naik dalam beberapa pekan terakhir, sebagian karena kekhawatiran bahwa Fed bisa bertindak karena tekanan politik, bukan fundamental ekonomi.

Ini menjadi dilema bagi Powell, antara merespons data dan menjaga kredibilitas independensi lembaga. Oleh karena itu, bagaimana The Fed memandang kekuatan dan risiko dalam ekonomi AS akan sangat penting dalam membentuk arah kebijakan moneter berikutnya.

4. Dampak Tarif Trump

Salah satu elemen besar yang akan menyelimuti keputusan The Fed kali ini adalah ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Trump.

Sejumlah negara telah mencapai kesepakatan tarif dengan Trump sebelum tenggat waktu di 1 Agustus mendatang, namun masih banyak negara yang masih dalam proses negosiasi yang ketat dengan AS. Hal ini menambah beban ketidakpastian terhadap outlook inflasi dan konsumsi domestik AS.

Meski dalam beberapa bulan awal tarif tidak berdampak signifikan terhadap inflasi, mulai Juni dampaknya mulai terlihat. Harga barang-barang konsumsi seperti pakaian, furnitur, dan mainan mencatatkan kenaikan signifikan. The Fed kini menghadapi tantangan apakah inflasi ini bersifat temporer dan bisa diabaikan, ataukah akan merembet ke harga lainnya dalam beberapa bulan ke depan.

Morgan Stanley menilai dorongan tarif terhadap inflasi belum cukup kuat untuk mencegah pemangkasan suku bunga, tapi sudah cukup untuk membuat Powell bersikap hati-hati.

Pasar akan mencermati apakah The Fed menyebut tarif sebagai risiko utama dalam outlook ekonomi, dan apakah risiko ini lebih menekan sisi pertumbuhan atau inflasi. Kejelasan arah ini sangat penting bagi pelaku pasar global yang bergantung pada stabilitas kebijakan moneter AS.

5. Isi Konferensi Pers

Selain menyampaikan hasil keputusan FOMC, Powell juga akan menggelar sesi tanya jawab dengan wartawan, yang biasanya berlangsung sekitar 45 menit. Dalam beberapa konferensi pers sebelumnya, ia kerap menyampaikan pernyataan penting yang tidak tercantum dalam dokumen resmi The Fed.

Justru pernyataan spontan seperti inilah yang paling ditunggu pelaku pasar, karena sering kali memberikan petunjuk tambahan tentang arah kebijakan berikutnya. Tak jarang, informasi tersebut menjadi dasar bagi pelaku pasar untuk memperkirakan apakah The Fed akan mulai memangkas suku bunga dalam waktu dekat atau tidak sepanjang sisa tahun ini.

Pasar juga akan menantikan bagaimana Powell merespons tekanan politik dari Presiden Trump, sekaligus mencari kepastian bahwa The Fed tetap independen dan berpijak pada analisis ekonomi, bukan tekanan politik.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation