Tanpa Saham Konglo: IHSG Hanya Bisa Tembus 7.200?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
25 July 2025 13:30
Pembukaan perdagangan saham terdapat 4 emiten baru yang mencatatkan sahamnya secara perdana atau listing di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (7/2/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak moncer lebih dari 10 hari. Perlu diakui, ini berkat saham konglomerasi yang bergerak liar, bahkan beberapa mencatat Auto Reject Atas (ARA) beruntun.

CNBC Indonesia Research mencatat ada 15 emiten konglomerat menguasai IHSG di deretan 20 teratas market cap. Lima diantaranya, masih berhubungan dengan taipan Prajogo Pangestu.

Sementara, jika menarik data emiten di luar sektor perbankan dan BUMN ada 13 emiten konglomerat. Jumlah ini mewakili 42% kontribusi terhadap indeks.

Jika menelisik lebih dalam, dari beberapa emiten di atas ada beberapa yang pergerakan-nya liar sepanjang Juli ini.

Sebut saja, saham yang berada di grup Prajogo Pangestu, ada yang baru IPO, yaitu saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA). Sampai hari ini, saham itu masih melanjutkan ARA meskipun diperdagangkan di papan pemantauan khusus (FCA).

Sejak IPO, saham CDIA sudah melejit 776.32% ke posisi Rp1.665 per lembar. Berkat itu, saham ini nangkring di posisi 14 teratas dari Top 20 market cap.

Tak dipungkiri, saham IPO itu sangat volatilie. Belajar dari data historis, kenaikan pesat saham IPO hanya sementara, jadi jika hype sudah usai dan sudah mulai ada tanda-tanda bubble, pada akhirnya yang terjadi adalah koreksi tajam, Auto Reject Bawah (ARB) beruntun juga tidak menutup kemungkinan bisa saja terjadi.

Saham PP lain juga terpantau naik tajam, sebut saja dari saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Pertrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT), secara berurutan masing-masing terbang 30,74%, 40,94%, 27,73%, dan 37,54% dalam sebulan.

Tak sampai di situ, ada saham emiten data center milik grup Salim dan Toto Sugiri, PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang dalam sebulan sudah naik lebih dari 125%, meskipun dua hari terakhir saham ini kena suspensi, jika dibuka gemboknya pada Senin depan, tak menutup kemungkinan saham ini akan kena FCA.

Meski begitu, demand dari pasar untuk saham DCII ini masih cukup tinggi, mengingat baru-baru ini mereka mengumumkan laba besar 106,02% secara tahunan (yoy) menjadi Rp616,9 miliar pada paruh pertama 2025, dari sebelumnya di periode yang sama tahun lalu Rp299,4 miliar.

Saham yang terafiliasi dengan taipan Aguan juga terpantau bergerak liar akhir-akhir ini, yaitu saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI), dalam sebulan saham ini terbang nyaris 40%, kini menduduki posisi 11 di urutan top 20 market cap IHSG.

Dengan kenaikan yang tajam dari saham-saham itu, terutama yang masih berhubungan dalam satu grup, biasanya kalau sudah waktunya turun, akan berbarengan turun dari satu per satu.

Maka dari itu, patut diantisipasi bahwa kenaikan IHSG kini bisa dibilang sangat rentan jatuh, jika dominasi saham-saham konglo ini menyusut karena harga saham koreksi.

Kami mencoba membuat perhitungan kalau iHSG tidak ditopang oleh saham-saham konglo yang bergerak liar itu, IHSG sebenarnya baru berada di level 7200.

Ini kami hitung berdasarkan asumsi jika 13 saham konglomerat di luar perbankan dan BUMN di daftar 20 teratas market cap tidak naik.

Artinya, tanpa lonjakan dari saham-saham konglomerasi itu, IHSG kemungkinan besar hanya naik tipis sebesar 1%, dari 7.234 ke 7.276, bukan sampai 7.520 seperti saat ini yang mencerminkan kenaikan IHSG selama sebulan sebanyak 9,03%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investor terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

 

(tsn/tsn)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation