Bursa Saham Inggris, Australia - AS Adu Cetak Rekor, IHSG Kapan Nih?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
18 July 2025 14:10
Ilustrasi Trading (Stok Market)
Foto: Ilustrasi Trading (Stok Market)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa indeks dunia terpantau mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa. Musimnya rilis kinerja keuangan hingga meredanya tarif dagang atas kesepakatan beberapa tarif perdagangan internasional mendorong sentimen positif untuk beberapa pasar keuangan di beberapa negara.

Indeks saham FTSE100 Inggris, Straits Times Index (STI) Singapura, ASX 200 Australia hingga Wall Street Amerika Serikat (AS) kompak mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.

Indeks saham FTSE 100 mencapai 9.016,98 poin pada perdagangan awal hari Selasa kemarin, sehingga kenaikannya selama tahun 2025 mencapai lebih dari 10%.

Para analis mengatakan pasar saham London telah diuntungkan oleh berbagai faktor tahun ini, termasuk langkah beberapa investor untuk melakukan diversifikasi dari saham AS karena kekhawatiran terhadap kebijakan ekonomi Donald Trump.

Perang dagang yang dilancarkan presiden AS juga telah membantu saham Inggris, karena Inggris merupakan salah satu dari sedikit negara yang telah mencapai kesepakatan perdagangan yang menjamin tarif yang lebih rendah.

Analis investasi AJ Bell, Dan Coatsworth, mengatakan, "dengan Inggris telah mencapai kesepakatan tarif 10% untuk perdagangan dengan AS, dengan pengecualian untuk industri tertentu, negara ini kini dianggap memiliki keuntungan dalam hal hubungan perdagangan."

Kemudian, Indeks Straits Times (STI) telah menembus titik tertinggi sepanjang masa sebelumnya dan mencapai tonggak sejarah baru bulan ini. Indeks blue-chip yang menjadi acuan ini telah melampaui level 4.100 untuk pertama kalinya karena optimisme mendorong reli yang meluas. Reli ini kini telah meluas ke perusahaan-perusahaan berkapitalisasi menengah dan saham-saham lini kedua.

Sementara itu, indeks acuan ASX 200 juga mencetak rekor baru. Para pelaku pasar telah mengesampingkan kekhawatiran tentang independensi bank sentral AS, dengan data ekonomi AS yang baik mendorong Wall Street ke rekor tertinggi lainnya.

Saham AS mencatat rekor tertinggi baru pada hari Kamis kemarin, karena Wall Street menghadapi gelombang laporan laba baru sambil tetap memperhatikan kampanye Presiden Trump melawan Ketua Federal Reserve (The Jerome Powell.

S&P 500 dan Nasdaq melanjutkan rekornya karena investor mempertimbangkan berbagai katalis, termasuk laporan laba, data ekonomi, tarif Trump, dan ketidakpuasan presiden terhadap sikap The Fed terkait suku bunga.

Penjualan ritel rebound pad Juni, sebuah indikasi bahwa tarif Trump belum berdampak signifikan terhadap kebiasaan belanja konsumen. Data ini menjadi gambaran lain tentang kesehatan konsumen AS, yang menurut bank-bank besar sejauh musim laporan keuangan ini tampaknya baik-baik saja.

Data dari Departemen Tenaga Kerja yang juga dirilis Kamis pagi kemarin menunjukkan 221.000 klaim pengangguran awal diajukan pada pekan yang berakhir 12 Juli. Setelah meningkat di bulan Mei, pengajuan klaim pengangguran mingguan kini berada di level terendah dalam tiga bulan.

Dalam laporan keuangan, TSMC (TSM) membukukan rekor laba kuartalan pada Kamis pagi, menunjukkan permintaan AI yang semakin kuat. Saham perusahaan pemasok Nvidia ini melonjak karena kinerjanya mendorong saham-saham produsen chip lainnya.

Sementara itu, PepsiCo (PEP) melaporkan kenaikan pendapatan yang mengejutkan dan menurunkan proyeksi penurunan labanya di tahun 2025.

Netflix (NFLX) menjadi sorotan utama dalam agenda hari Kamis, karena akan memulai laporan pendapatan Big Tech musim ini dengan hasil yang akan dirilis setelah bel perdagangan. Saham raksasa streaming ini tengah menanjak sepanjang tahun ini.

Yang menjadi sorotan saat ini adalah ancaman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali muncul untuk mencoba memecat Powell, yang memicu aksi jual saham pada suatu saat di hari Rabu. Meskipun presiden mengatakan ia tidak berencana untuk melakukannya, ia telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengecam Powell dan kurangnya minat The Fed untuk menurunkan suku bunga.

Taruhan investor menunjukkan bahwa Trump kemungkinan akan tetap kecewa setelah pertemuan bank sentral dalam dua minggu, karena hampir 100% pedagang memperkirakan suku bunga akan dipertahankan di tengah sinyal inflasi yang beragam.

Apakah kenaikan All Time High (ATH) indeks saham beberapa negara bisa menjadi kabar baik untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)?

Pergerakan IHSG di sepanjang bulan Juli telah mencatatkan kenaikan hingga 6,52% hingga level 7.379,27 hingga perdagangan intraday Jumat (18/7/2025).

Kenaikan IHSG makin kencang usai kabar gembira yang datang dari Bank Indonesia (BI).

BI menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung 15-16 Juli 2025. Suku bunga deposit facility juga turun 25 bps menjadi 4,5% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 6%.

Penurunan suku bunga sejalan dengan makin rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5% plus minus 1%, terjaganya nilai tukar rupiah, serta perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.

Namun, ke depan Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan sasaran inflasi sesuai dengan dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik.

Selain itu lima insentif kebijakan yang digelontorkan oleh pemerintah pada periode Juni-Juli 2025 juga menjadi daya tarik investor karena dapat mendorong tingkat daya beli masyarakat yang dapat menguntungkan beberapa sektor.

Di mana lima insentif yang digelontorkan pemerintah berupa diskon transportasi (Rp 940 miliar), diskon tarif tol (Rp 650 miliar), penebalan bantuan sosial dan pemberian bantuan pangan (Rp 11,93 triliun), bantuan subsidi upah (BSU) (Rp 10,72 triliun), dan perpanjangan diskon iuran JKK (Rp 200 miliar).

Selain itu musim rilis keuangan semester I 2025 juga akan menjadi booster bagi pergerakan IHSG untuk perjalanan Juli hingga Agustus nantinya. Bahkan jika The Fed nantinya akan memangkas suku bunga dan BI kembali memangkas suku bunga, maka IHSG berpotensi bullish hingga level Rp7.500.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation