
Nasib Emas Masih Gonjang-ganjing, Ini Ramalan Kapan Pesta Pora Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia terus melesat, terpantau telah naik selama tiga hari beruntun. Pemberlakuan tarif baru Presiden Amerika Serikat (AS) hingga ancaman Donald Trump untuk memecat Ketua The Federal Reserve, Jerome Powell yang dapat memicu kejatuhan pasar saham, mendorong tingginya terhadap permintaan safe haven.
Pada perdagangan hari ini Senin (14/7/2025) hingga pukul 06.35 WIB, harga emas dunia di pasar spot menguat 0,47% di posisi US$3.371,21 per troy ons.
Sementara pada perdagangan sebelumnya Jumat (11/7/2025), harga emas dunia naik 0,99% di level US$3.355,48 per troy ons. Penguatan tersebut memperpanjang kenaikan harga emas selama tiga hari beruntun. Harga penutupan Jumat kemarin juga menjadi yang tertinggi sejakĀ 2 Juli 2025.
Harga emas naik lebih dari 1% pada perdagangan Jumat karena investor mencari aset safe haven menyusul pengumuman tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump. Serangan Trump yang semakin agresif terhadap Powell juga memicu crash market sehingga permintaan safe haven meningkat.
Saham global melemah setelah Trump meningkatkan serangan tarifnya terhadap Kanada, dengan mengatakan AS akan mengenakan tarif 35% untuk impor bulan depan dan berencana untuk mengenakan tarif menyeluruh sebesar 15% atau 20% pada sebagian besar mitra dagang lainnya.
Dalam pekan kemarin, Trump juga mengumumkan tarif 50% untuk impor tembaga AS dan pungutan yang sama untuk barang-barang dari Brasil.
"Kita berada dalam situasi di mana premi ketidakpastian kembali muncul di pasar dan emas mendapatkan tawaran sebagai aset safe haven," ujar Aakash Doshi, kepala strategi emas global di State Street Global Advisors.
Menurutnya, harga emas akan melesat pada akhir kuartal III atau SeptemberĀ 2025.
"Saya pikir kisaran harga di kuartal ketiga kemungkinan besar antara US$3.100 hingga US$3.500 per troy ons. Semester pertama tahun ini sangat kuat, dan saya yakin kita sekarang berada dalam fase konsolidasi yang lebih dalam," tambah Doshi.
Selain itu, serangan Trump terhadap Powell, akibat bank sentral AS masih belum menurunkan suku bunganya, memicu kekhawatiran jatuhnya pasar saham. Sehingga mendorong permintaan safe haven.
Agresivitas Trump bahkan membuat beberapa kritikus Powell khawatir. Senator Demokrat Senior Elizabeth Warren mengatakan bahwa melemahkan independensi The Fed dapat memicu kejatuhan pasar.
Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung berkinerja baik selama ketidakpastian ekonomi dan dalam lingkungan suku bunga rendah.
Gubernur The Fed Christopher Waller pada hari Kamis kemarin menegaskan kembali kemungkinan penurunan suku bunga bulan ini, dengan investor memperkirakan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada akhir tahun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
