
Bill Gates Tidak Ingin Mati Kaya, Hartanya Turun Rp826 Triliun

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekayaan sang pendiri Microsoft, Bill Gates anjlok hingga puluhan miliar. Kegiatan filantropisnya yang menjadi salah satu komitmen hidupnya menjadi salah satu alasan turunnya kekayaan Bill Gates.
Kekayaan Bill Gates anjlok drastis hingga US$51 miliar atau setara dengan Rp826,45 triliun dalam beberapa hari karena ia meningkatkan donasi amalnya, menurut indeks Bloomberg Billionaire.
Pernah menjadi orang terkaya di dunia, kekayaan bersih Gates turun menjadi US$124 miliar atau setara dengan Rp2.009,42 triliun pada hari Kamis, penurunan tajam dari US$175 miliar yang ia miliki pada 3 Juli dan membuatnya turun ke posisi ke-12 dalam peringkat indeks.
Di antara para miliarder yang kini melampaui Gates, Steve Ballmer 69 tahun, adalah mantan tangan kanannya di Microsoft, pemilik Los Angeles Clippers, yang kini menduduki peringkat kelima orang terkaya di dunia dengan kekayaan US$173 miliar.
Pendiri Tesla dan SpaceX, Elon Musk, kini berada di puncak daftar dengan kekayaan bersih US$360 miliar, menurut Bloomberg.
Kekayaan bersih Gates merosot sebagian besar karena janjinya untuk tidak mati dalam keadaan kaya.
Gates telah berkomitmen untuk menyumbangkan 99% kekayaannya dalam 20 tahun. Ia berencana untuk menutup Yayasan Bill dan Melinda Gates pada 31 Desember 2045. Dalam sebuah postingan blog tertanggal 8 Mei, Gates menyatakan bahwa ia tidak ingin dikenang sebagai seseorang yang meninggal dalam keadaan kaya.
Ia menulis bahwa ada terlalu banyak masalah mendesak di dunia. Ia percaya bahwa sumber daya seharusnya digunakan untuk membantu orang, bukan ditimbun.
"Orang-orang akan mengatakan banyak hal tentang saya ketika saya meninggal, tetapi saya bertekad bahwa 'dia meninggal dalam keadaan kaya' tidak akan menjadi salah satunya," tulis Gates dalam sebuah postingan blog pada 8 Mei.
Gates terinspirasi oleh dampak upaya yayasannya dalam mendistribusikan vaksin di negara-negara berkembang. Vaksin-vaksin tersebut menargetkan penyakit seperti diare dan pneumonia, yang masih menyebabkan banyak kematian.
Namun, ia juga mengakui bahwa kemajuan global dalam bantuan kemanusiaan telah melambat. Gates mencatat berkurangnya bantuan luar negeri dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa, terutama karena konflik di Ukraina dan Israel.
Sebagai informasi, Yayasan Gates didirikan pada tahun 2000 oleh Bill Gates dan mantan istrinya, Melinda. Sejak didirikan, yayasan ini telah menyumbangkan lebih dari US$100 miliar. Yayasan ini merupakan salah satu organisasi filantropi terbesar di dunia.
Yayasan ini bertujuan untuk melanjutkan kegiatannya jauh setelah kematian para pendirinya. Gates tidak mengubah pendiriannya tentang sumbangannya, meskipun kekayaan bersihnya menurun.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)