RI Banjir Tomat, Siapa Mau Makan?

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
07 July 2025 18:30
Ilustrasi tomat. (Dok: Pixbay)
Foto: Ilustrasi tomat. (Dok: Pixbay)

Jakarta, CNBC Indonesia- Produksi tomat nasional kembali naik pada 2024, tapi daya serap masyarakat justru menurun. Situasi ini menciptakan jurang kecil yang diam-diam bisa mengancam ekosistem pangan hortikultur, stok bertambah, tapi dapur rumah tangga mengecilkan perannya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total produksi tomat Indonesia pada 2024 mencapai 1,15 juta ton naik 0,79% dibanding 2023.

Peningkatan ini ditopang oleh kontribusi tiga provinsi utama Jawa Barat menyumbang 264,71 ribu ton, Sumatera Utara 215,66 ribu ton, dan Jawa Timur 113,24 ribu ton. Ketiganya menyumbang lebih dari separuh produksi nasional.

Namun, peningkatan produksi ini tidak diikuti oleh konsumsi rumah tangga. Tahun 2024, total konsumsi tomat oleh rumah tangga hanya mencapai 595,75 ribu ton turun 14,55% dibanding tahun sebelumnya.

Partisipasi rumah tangga terhadap konsumsi tomat kini berada di level 45,45%. Artinya, lebih dari separuh tomat yang beredar dikonsumsi di luar skema rumah tangga, seperti industri, hotel, restoran, atau pasar ekspor.

Data juga mencatat bulan Maret sebagai periode produksi tertinggi, yaitu 112,01 ribu ton dengan luas panen 11,06 ribu hektare.

Lonjakan produksi ini kemungkinan berkaitan dengan musim panen optimal di daerah-daerah dataran tinggi dan sistem tanam berjenjang yang umum digunakan petani di Jawa Barat dan Sumatera Utara.

Kenaikan produksi tomat memang patut diapresiasi, terutama karena terjadi di tengah ancaman perubahan iklim yang kerap mengganggu ketahanan tanaman sayur.

Namun dinamika konsumsi memperlihatkan perubahan preferensi pangan rumah tangga Indonesia. Tomat, yang dulunya menjadi bahan wajib dalam masakan rumahan, kini mulai tergeser oleh bumbu instan dan bahan pangan olahan lain.

Pola ini memberi sinyal kepada pelaku sektor pertanian. Perlu penyesuaian tidak hanya dalam jumlah, tetapi juga dalam pendekatan pasca-panen dan pemasaran.

Ketika rumah tangga mulai mengurangi frekuensi penggunaan tomat segar, sektor hilir harus mampu menawarkan nilai tambah misalnya dalam bentuk produk olahan, pasta tomat lokal, atau model distribusi yang lebih efisien.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation