Newsletter

IHSG Siaga Satu: Bangkit atau Terseret Negoisasi Dagang & IPO Jumbo?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
07 July 2025 06:20
Infografis, Daftar Tarif Dagang Trump ke Semua Negara
Foto: Infografis/ Tarif Dagang Trump/ Edward Ricardo Sianturi

Investor kembali bersiap menyambut perdagangan pasar saham maupun rupiah pada awal pekan ini. Jelang tenggat waktu negosiasi tarif yang jatuh pada 9 Juli, diperkirakan pasar keuangan Tanah Air akan kembali volatile.

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan perubahan besar dalam pendekatan perdagangan global negaranya dengan mengesampingkan rencana semula untuk melakukan puluhan kesepakatan dagang bilateral. Melunaknya sikap Trump akan mendorong pasar keuangan Tanah Air lebih bergairah sehingga menuju era bullish.

Selain itu dari dalam negeri terdapat rilis data cadangan devisa yang akan menjadi sentimen di awal pekan.

Namun masih terdapat beberapa sentimen negatif lainnya yang dapat memperberat kinerja pasar keuangan Tanah Air, mulai dari beban utang negara hingga panasnya perang Rusia dan Ukraina.

Aktivitas perdana saham yang menggelar IPO pada pekan ini diharapkan akan menambah gairah di pasar saham.

Cadangan Devisa RI

Bank Indonesia (BI) akan merilis data cadangan devisa RI periode Juni 2025 pada Senin (7/7/2025). Sebelumnya, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei 2025 tetap tinggi sebesar US$152,5 miliar, stabil dibandingkan posisi pada akhir April 2025.

Perkembangan tersebut antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penerimaan devisa migas, di tengah kebutuhan untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sebagai respons Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.

Posisi cadangan devisa pada akhir Mei 2025 setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Data Konsumen Indonesia


Bank Indonesia akan merilis laporan Survei Konsumen Juni 2025 pada Selasa (7/7/2025) dan laporan Survei Penjualan Eceran Mei 2025 pada Rabu (8/7/2025).

Data ini sangat penting untuk mencari tahu seberapa kuat daya beli masyarakat Indonesia di kuartal II-2025.

FOMC Minutes

Pada pekan depan, akan ada sejumlah data ekonomi AS yang rilis seperti lelang US Treasury, Fed Balance Sheet, Ekspektasi Inflasi konsumen, perubahan stok minyak oleh EIA, sampai update pasar tenaga kerja.

Namun, salah satu yang menjadi sorotan ada FOMC Minutes, laporan risalah the Fed yang menjadi gambaran terbaru dari arah kebijakan suku bunga AS pada Kamis (10/7/2025).

Sebagaimana diketahui, the Fed tahun ini sama sekali belum menurunkan suku bunga, bisa dibilang cukup tertinggal dibandingkan bank sentral negara lainnya.

Menurut FedWatch Tool, platform yang memproyeksi hasil keputusan suku bunga the Fed memperkirakan paling cepat penurunan suku bunga akan terjadi pada September tahun ini dengan probabilitas mencapai 66%.

Jadi pada pertemuan akhir bulan ini, the Fed kemungkinan besar masih menahan suku bunga-nya.

Menanti Data Inflasi China

Beralih ke kawasan regional, dari negeri Sang Naga Asia pada pekan ini terpantau akan merilis data inflasi pada Rabu (9/7/2025) untuk periode Juni 2025. .

Ini cukup penting diperhatikan karena China sudah selama empat bulan beruntun mengalami deflasi. Artinya, daya beli masyarakat di sana bisa dibilang loyo.

Kondisi ini mirip dengan Indonesia, bedanya China menerima hantaman yang lebih kencang soal ketidakpastian tarif Trump, tetapi saat ini sudah lebih mendingin setelah ada kesepakatan tarif sebesar 30% dari sebelumnya ratusan persen dan ada pelonggaran untuk ekspor logam tanah jarah ke AS. Di luar itu, China juga masih menerima efek dari krisis properti yang berkepanjangan.

Untuk periode Juni, indeks harga konsumen China diharapkan stagnan atau 0%. Setidaknya lebih baik dibandingkan tiga bulan beruntun yang kontraksi 0,1%.

IPO Jumbo

Beralih ke korporasi, pada pekan ini akan menjadi parade saham IPO. Delapan perusahaan ini akanmengawali perdagangan resmi mereka pada pekan ini sehingga diharapkan ikut meningkatkan transaksi saham.
Sebagai catatan, baik volume dan nilai transaksi IHSG pada pekan lalu jatuh.

Rata-rata harian volume transaksi IHSG pekan lalu hanya 19,44 miliar saham, lebih rendah dibandingkan 22,14 miliar saham pada pekan sebelumnya.
Nilai transaksi saham rata-rata hanya Rp 10,39 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan pekan sebelumnya yang emncapai Rp 13 triliun lebih. Padahal, dua pekan lalu IHSG hanya menjalani perdagangan empat hari karena ada libur panjang. Sementara itu, pekan lalu perdagangan bursa penuh lima hari.
Banyaknya dana yang masuk dan tertahan oleh IPO ditengarai menjadi salah satu penyebab anjloknya nilai dan transaksi saham pekan lalu.

Sejak Rabu (2/7/2025) serentak delapan emiten melaksanakan periode penawaran umum saham untuk publik. Artinya, sejak saat itu dana pelaku pasar ikut antri memburu saham dalam aksi IPO sampai nanti saham-saham itu resmi launching di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dengan berakhirnya periode penawaran saham maka dana yang tertahan untuk mengantri IPO akan keluar dan saham akan aktif di perdagangkan. Faktor ini diharapkan mengerek IHSG.

Weekly statistik IHSG 30 Jni hingga 4 JuliFoto: BEI
Weekly statistik IHSG 30 Jni hingga 4 Juli

Bursa saham juga masih mencatat net sell sangat besar yani Rp 2,5 triliun. Padahal, pasar Surat Beharga Negara sudah nflow lebih dari Rp 16 triliun.

Tercatat ada delapan emiten yang akan menyemarakkan transaksi bursa, diantaranya sebagai berikut :

Beban Utang RI

Pemerintah telah menghabiskan Rp257,08 triliun sepanjang Januari-Juni 2025 untuk membayar bunga utang. Hingga akhir tahun, pembayaran bunga utang diperkirakan mencapai Rp 552,1 triliun atau hampir 16% dari outlook belanja negara.

Mengutip dari Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN Semester I 2025, realisasi pembayaran bunga utang sampai semester I 2025 mencapai Rp257,08 triliun atau setara dengan 46,5% dari pagu yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Realisasi pembayaran bunga utang pemerintah naik 7,13% dibandingkan pembayaran bunga utang di periode yang sama tahun lalu.

Pembayaran bunga utang ini terdiri dari pembayaran kupon Surat Berharga Negara (SBN), bunga atas pinjaman dan biaya-biaya lain yang muncul dari program pengelolaan utang pemerintah.

Realisasi pembayaran bunga utang terbagi atas realisasi pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp235,15 triliun atau 46,5% dari pagu APBN 2025. Realisasi ini naik 7,89% dari tahun lalu.

Sementara realisasi pembayaran bunga utang luar negeri mengalami penurunan sebesar 0,45%, yakni dari Rp22 triliun di semester I-2024 turun menjadi Rp21,9 triliun di periode yang sama tahun ini.

Pemerintah memperkirakan akan menghabiskan anggaran sebesar Rp 552,1 triliun untuk pembayaran bunga utang. Outlook realisasi ini hampir 100% dari pagu yang ditetapkan dalam APBN 2025 yakni Rp 552,9 triliun.

Dalam laporan pemerintah dijelaskan jika pagu anggaran bunga utang diproyeksikan masih mencukupi rencana kebutuhan sampai akhir tahun.

"Meskipun nilai tukar sempat mengalami pelemahan yang cukup signifikan pada empat bulan pertama 2025 sehingga berdampak pada meningkatnya biaya bunga utang, nilai tukar rupiah menunjukkan tren penguatan dalam dua bulan terakhir. Pasar memproyeksikan akan terdapat penurunan suku bunga acuan sehingga berpotensi menurunkan biaya utang di paruh kedua 2025," demikian jelas laporan pemerintah.

Negoisasi Tarif Masih Tanda Tanya

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan perubahan besar dalam pendekatan perdagangan global negaranya dengan mengesampingkan rencana semula untuk melakukan puluhan kesepakatan dagang bilateral.

Sebagai gantinya, mulai Jumat (4/7/2025), Washington akan mengirimkan surat resmi kepada negara-negara mitra dagang untuk memberitahukan tarif impor baru yang akan mereka hadapi saat memasukkan barang ke pasar AS.

"Kami punya lebih dari 170 negara, dan berapa banyak kesepakatan yang bisa kita buat? Itu sangat jauh lebih rumit," ujar Trump, seperti dilansir Reuters.

Trump menyebutkan bahwa surat tersebut akan dikirim dalam kelompok 10 negara sekaligus, dengan tarif yang ditetapkan dalam kisaran 20% hingga 30%. Langkah ini menandai penyimpangan dari janji sebelumnya yang ambisius, yakni menyusun hingga 90 perjanjian dagang dalam 90 hari.

Kabar terbaru, Trump mengatakan bahwa ia telah menandatangani surat kepada 12 negara yang menguraikan berbagai tingkat tarif yang akan mereka hadapi atas barang yang mereka ekspor ke Amerika Serikat, dengan tawaran "terima atau tinggalkan" yang akan dikirim pada hari Senin.

Dalam perang dagang global yang telah menjungkirbalikkan pasar keuangan dan memicu perebutan di antara para pembuat kebijakan untuk menjaga ekonomi mereka, Trump pada bulan April mengumumkan tarif dasar 10% dan jumlah tambahan untuk sebagian besar negara, beberapa berkisar setinggi 50%.

Namun, semua tarif dasar kecuali 10% kemudian ditangguhkan selama 90 hari untuk memberi lebih banyak waktu bagi negosiasi untuk mengamankan kesepakatan. Periode tersebut berakhir pada 9 Juli, meskipun Trump pada Jumat pagi mengatakan tarif bisa lebih tinggi lagi, berkisar hingga 70% dengan sebagian besar akan mulai berlaku pada 1 Agustus.

Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan pada  Minggu bahwa tarif yang diumumkan sejak April akan mulai berlaku pada 1 Agustus bagi negara-negara yang belum mencapai kesepakatan dengan pemerintahan Presiden Donald Trump.

"Presiden Trump akan mengirimkan surat kepada beberapa mitra dagang kami yang menyatakan bahwa jika tidak ada kemajuan, maka pada 1 Agustus Anda akan kembali ke tingkat tarif yang ditetapkan pada 2 April," kata Bessent dalam acara "State of the Union" di CNN.

Pada 1 Agustus, negara-negara tersebut "akan menerima surat yang menyatakan bahwa jika kita belum mencapai kesepakatan, maka Anda akan kembali ke tingkat tarif per 2 April," lanjutnya.

Bessent menolak anggapan bahwa 1 Agustus merupakan tenggat waktu baru untuk tarif, meskipun tanggal tersebut tetap memberi mitra dagang lebih banyak waktu untuk merundingkan ulang tarif.

"Kami menyampaikan bahwa inilah waktu pemberlakuannya. Jika Anda ingin mempercepat proses, silakan. Jika Anda memilih kembali ke tarif lama, itu pilihan Anda," kata Bessent.

Trump Batal Blokir China

Amerika Serikat (AS) mencabut pembatasan ekspor untuk pengembang software desain chip dan produsen etana ke China. Langkah ini menjadi sinyal terbaru meredanya tensi dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Tiga raksasa perangkat lunak otomasi desain elektronik (Electronic Design Automation/EDA) Synopsys, Cadence Design Systems, dan Siemens, menyatakan mulai memulihkan akses teknologi dan layanan mereka bagi pelanggan di China. Ketiganya menguasai lebih dari 70% pasar EDA China.

Tak hanya itu, pemerintah AS juga mengirim surat kepada produsen etana untuk mencabut kewajiban lisensi ekspor ke China yang sebelumnya diberlakukan pada akhir Mei dan Juni lalu.

Langkah-langkah pembatasan ini sebelumnya merupakan bagian dari respons pemerintahan Donald Trump terhadap keputusan China menghentikan ekspor rare earth dan magnet terkait pada April lalu. Komoditas tersebut sangat penting untuk industri semikonduktor, otomotif, kedirgantaraan, hingga pertahanan.

Namun situasi kini mulai mencair. Pemerintah China mengumumkan bahwa setelah berdiskusi dengan AS, kedua negara telah menyepakati kerangka kerja baru.

Dalam skema itu, China akan meninjau aplikasi ekspor untuk komoditas strategis, sementara AS akan mencabut sejumlah pembatasan yang selama ini diberlakukan.

Dalam pernyataan resminya, Siemens menyebut telah melanjutkan penjualan dan dukungan kepada pelanggan di China setelah menerima pemberitahuan dari Departemen Perdagangan AS bahwa pembatasan ekspor terhadap pelanggan China telah dicabut.

Synopsys menyatakan dalam surat internal yang dilihat oleh Reuters bahwa pihaknya berharap dapat menyelesaikan pembaruan sistem dan memulihkan akses serta dukungan kepada pelanggan China dalam waktu tiga hari kerja.

Departemen Perdagangan AS belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters.

Pembatasan jangka panjang terhadap akses China terhadap perangkat lunak EDA akan sangat menghambat industri desain chip di negara tersebut.

Belum jelas apakah langkah balasan lain yang diberlakukan AS juga telah dicabut. Termasuk di antaranya adalah penangguhan lisensi General Electric (GE) Aerospace untuk mengirim mesin jet bagi pesawat C919 milik produsen pesawat China, COMAC, serta pelarangan penjualan peralatan nuklir ke pembangkit listrik di China.

Perang Rusia Ukraina Makin Menggila

Rusia luncurkan serangan rudal dan pesawat nirawak terbesar di Kyiv sejak perang di Ukraina dimulai. Gelombang pesawat nirawak dan rudal menargetkan Kyiv pada Jumat malam (4/7/2025), dalam serangan udara terbesar sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai lebih dari tiga tahun lalu, menurut para pejabat, di tengah upaya baru Rusia untuk merebut lebih banyak wilayah tetangganya.

Beberapa jam setelah serangan yang menewaskan satu orang dan melukai sedikitnya 26 orang lainnya, termasuk seorang anak, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa ia melakukan panggilan telepon yang "sangat penting dan produktif" dengan Presiden AS Donald Trump.

Kedua pemimpin membahas bagaimana pertahanan udara Ukraina dapat diperkuat, kemungkinan produksi senjata bersama antara AS dan Ukraina, dan upaya yang lebih luas yang dipimpin AS untuk mengakhiri perang dengan Rusia, menurut pernyataan Zelenksyy.

Diketahui, Rusia telah meningkatkan serangan jarak jauhnya ke kota-kota Ukraina. Kurang dari seminggu yang lalu, Rusia meluncurkan serangan udara terbesar dalam perang tersebut. Strategi tersebut bertepatan dengan upaya terpadu Rusia untuk menerobos bagian-bagian dari garis depan sepanjang sekitar 1.000 kilometer (620 mil), tempat pasukan Ukraina berada di bawah tekanan berat.

Rusia meluncurkan 550 pesawat nirawak dan rudal ke seluruh Ukraina pada malam hari, kata angkatan udara negara itu. Sebagian besar adalah pesawat nirawak Shahed, tetapi Rusia juga meluncurkan 11 rudal dalam serangan itu.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular