
Oversubscribed 400 Kali, Pada FOMO Saham IPO CDIA?

Jakarta, CNBC Indonesia - Penawaran saham IPO emiten yang terafiliasi konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) ramai dibeli sampai kelebihan permintaan ratusan kali. Apakah ini memang menarik atau banyak yang FOMO?
Antusiasme pasar di saham CDIA ini sudah sangat tinggi sejak dibuka periode penawaran umum pada Rabu (2/7/2025). Adapun sampai Jumat (4/7/2025) sudah terjadi kelebihan permintaan atau oversubscribe sampai lebih dari 400 kali untuk jumlah lembar saham baru yang ditawarkan sebanyak 12.482.937.500 lembar.
Dana yang masuk sudah lebih dari Rp30 triliun, padahal dana yang diincar CDIA ini maksimal hanya kisaran Rp2,37 triliun saja.
Sebagai perbandingan, dua saham Prajogo Pangestu yang lain yaitu PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) waktu IPO tidak mencatat oversubscribe sebanyak CDIA. CUAN mencatat oversubscribed 48,85 kali, sementara BREN 135 kali. Bisa dibilang permintaan CDIA menjadi salah satu yang terbanyak di bursa pada tahun ini.
Periode Penawaran Umum Diperpanjang, Permintaan Bisa Naik Lagi
Kelebihan permintaan kemungkinan besar akan bertambah lagi mengingat proses penawaran umum IPO dari entitas Grup Barito Pacific milik Prajogo Pangestu masih berlangsung sampai 7 Juli 2025.
Pada mulanya CDIA mematok tanggal penawaran umum pada 2-4 Juli 2025, tetapi kemudian mengubah masa penawaran menjadi 2-7 Juli 2025.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I gede Nyoman Yetna mengatakan periode masa penawaran umum ditetapkan dan menjadi keputusan strategis perusahaan yang akan melaksanakan penawaran umum.
"Rujukan atas penentuan masa penawaran umum telah diatur dalam POJK 41/2020 terkait dengan kegiatan penawaran umum secara eletronik, yaitu minimum 3 hari kerja dan paling lama 5 hari kerja," ujarnya, Rabu (2/7/2025).
Dia melanjutkan bahwa dasar pertimbangan dalam penentuan jangka waktu penawaran umum dapat bermacam-macam antara lain pemenuhan atas target dana dihimpun, kesepakatan dengan investor khususnya investor institusional maupun strategi lainnya dari perusahaan.
Saham CDIA direncanakan tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 9 Juli 2025. Sebelumnya, dalam prospektus awal, tanggal pencatatan sempat ditargetkan pada 8 Juli 2025.
Periode penawaran umum yang diperpanjang ini menunjukkan tingginya antusiasme pasar terhadap saham tersebut. Banyak investor ritel maupun institusi yang melirik peluang cuan dari emiten ini, terutama karena prospek bisnisnya yang dianggap menjanjikan.
Namun, di tengah euforia tersebut, penting untuk memahami bahwa semakin banyak investor yang ikut serta, maka semakin kecil pula kemungkinan kita mendapatkan alokasi saham dalam jumlah besar. Ini karena distribusi saham saat penawaran umum biasanya menggunakan mekanisme penjatahan terpusat, yang berarti permintaan besar tidak menjamin kita akan mendapatkan jumlah saham sesuai harapan.
Selain itu, kita juga perlu bersikap hati-hati. Meskipun ada potensi harga sahamnya melesat saat pertama kali listing, situasi ini juga rentan memicu FOMO (fear of missing out) di kalangan investor. Banyak yang membeli bukan karena analisa fundamental, tapi karena takut ketinggalan momentum. Pola seperti ini bisa mendorong harga saham bergerak liar dalam jangka pendek-naik tajam, tapi juga bisa turun drastis saat euforia mulai mereda.
Intinya, selalu pastikan keputusan investasi dibuat dengan kepala dingin, bukan sekadar mengikuti arus. Perhatikan juga faktor-faktor teknikal dan fundamentalnya, serta tentukan batas risiko sesuai profil investasimu. Ingat, bukan siapa yang paling cepat masuk yang untung, tapi siapa yang paling siap saat pasar mulai berubah arah.
Lantas, gimana kinerja keuangan CDIA?
CDIA bisa dibilang berhasil mencatatkan kinerja yang cukup solid sepanjang tahun 2024. Perusahaan ini membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 34% menjadi US$ 102 juta. Berikut rincian pendapatannya :
![]() IPO CDIA |
Sementara laba bersihnya melonjak hingga 168% menjadi US$ 30,63 juta. Namun, yang menarik perhatian adalah angka laba bersih CDIA lebih tinggi dibandingkan laba kotor yang hanya sebesar US$ 10,46 juta.
Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor non-operasional yang memberikan kontribusi signifikan terhadap keuntungan bersih.
Pertama, pendapatan keuangan CDIA naik tajam menjadi US$ 31 juta, dari sebelumnya hanya sekitar US$ 1,11 juta di periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini didorong oleh hasil investasi seperti kupon obligasi pemerintah, bunga dari deposito, dan tabungan.
Kedua, CDIA juga memperoleh kontribusi laba dari entitas asosiasi sebesar US$ 10,97 juta. Entitas tersebut antara lain adalah PT Krakatau Tirta Industri, yang bergerak di sektor pengolahan air dengan kepemilikan saham 49%, serta PT Krakatau Posco Energi, yang beroperasi di bidang pembangkit listrik dan dimiliki sebesar 45% oleh CDIA.
Sementara kalau dari sisi valuasi, bisa dibilang CDIA tidak terlalu murah, menggunakan Price to Earning Ratio (PER) saham IPO CDIA dihargai di atas rata-rata industri sebesar 12 kali.
CNBC INDONESIA RESEARCH
