Bongkar Kartel Senjata Eropa: Mesin Perang di Balik NATO

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
26 June 2025 17:30
NATO mengadakan latihan militer 'Respon Segera' dengan negara tuan rumah Albania, Bulgaria, Kroasia, Yunani, Kosovo, Montenegro, dan Makedonia Utara, di pangkalan militer Krivolak, Makedonia Utara, 2 Juni 2025. (REUTERS/Ognen Teofilovski)
Foto: NATO mengadakan latihan militer 'Respon Segera' dengan negara tuan rumah Albania, Bulgaria, Kroasia, Yunani, Kosovo, Montenegro, dan Makedonia Utara, di pangkalan militer Krivolak, Makedonia Utara, 2 Juni 2025. (REUTERS/Ognen Teofilovski)

Jakarta,CNBC Indonesia - Industri militer dan pertahanan Eropa tengah berada di bawah sorotan setelah anggota NATO sepakat menaikkan anggaran belanja militer mereka menjadi 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Kenaikan anggaran tersebut akan menjadi berkah bagi perusahaan atau pemangku kepentingan militer di Benua Biru.

Negara-negara anggota NATO pada Rabu (25/6/2025) sepakat untuk menganggarkan lebih dari dua kali lipat target belanja pertahanan mereka, dari 2% menjadi 5% dari PDB pada 2035.

Kenaikan anggaan ini adalah langkah paling tegas yang diambil aliansi tersebut dalam lebih dari satu dekade terakhir.

Dalam sebuah pernyataan bersama, blok militer Barat tersebut menyatakan bahwa mereka "bersatu menghadapi ancaman dan tantangan keamanan yang mendalam," khususnya ancaman jangka panjang dari Rusia terhadap keamanan Euro-Atlantik serta "ancaman terorisme yang terus berlanjut."

Angka 5% ini terdiri dari "setidaknya" 3,5% dari PDB yang harus digunakan untuk pertahanan murni, sementara sisanya dialokasikan untuk "infrastruktur kritis" yang terkait dengan pertahanan dan keamanan, guna memastikan, menurut pernyataan itu, "kesiapsiagaan dan ketahanan sipil kita, mendorong inovasi, serta memperkuat basis industri pertahanan kita."

NATO juga menyatakan bahwa negara-negara anggota akan diminta untuk menyerahkan rencana tahunan yang "menunjukkan langkah bertahap yang kredibel untuk mencapai target ini," menyusul adanya penolakan dari beberapa negara anggota, terutama Spanyol.

NATO atau North Atlantic Treaty Organization merupakan Pakta Pertahanan Atlantik Utara.
Organisasi ini adalah aliansi militer antarnegara yang dibentuk untuk menjamin keamanan bersama jika salah satu anggotanya diserang.

NATO beranggotakan 32 negara dan hanya dua yang merupakan negara non-Eropa yakni Kanada dan Amerika Serikat.


Data terbaru dari HitHorizons per Mei 2024 menunjukkan bahwa sektor senjata dan pertahanan di benua Eropa makin hari semakin agresif.

Total ada 2.764 perusahaan Eropa yang aktif memproduksi perlengkapan militer di kawasan ini. Bila di total dari seluruh perusahaan militer di Eropa, sudah menghasilkan penjualan tahunan sebesar 162 miliar atau sekitar Rp 3.076,87 triliun ( €1= Rp 18.993) dan menyerap 1,8 juta tenaga kerja. 

Diantar negara-negara di Eropa, Inggris menjadi negara dengan dominasi paling kuat di industri ini, baik dari sisi jumlah perusahaan maupun total nilai penjualan.

Tercatat ada 659 perusahaan asal Inggris atau sekitar 24% dari total. Selanjutnya diikuti oleh Rusia dengan total 260 perusahaan. Kemudian ada Jerman, Italia, dan Prancis yang masing-masing memiliki 214, 208, dan 199 perusahaan. Hal ini menunjukkan betapa luasnya jaringan produsen senjata di kawasan Eropa. 

Diantara 10 daftar perusahaan penghasil alutsista militer di Eropa, BAE system menjadi perusahaan militer nomor satu di Eropa dengan nilai penjualan mencapai €26,9 miliar, menjadi penyumbang 17% dari total penjualan Eropa. 

BAE dikenal sebagai pemasok peralatan militer berteknologi tinggi. Mulai dari sistem elektronik, kendaraan lapis baja, hingga pesawat tempur. 

Urutan kedua ditempati oleh Rostekh (GK), perusahaan milik pemerintah Rusia ini mencatat penjualan sebesar €16,8 miliar atau sekitar 10% dari total pangsa pasar. 

Rostekh mengelola lebih dari 700 perusahaan di bawah kendalinya, dengan jumlah pegawai mencapai hampir setengah juta orang. Fokus perusaahaan mencakup riset dan pengembangan serta produksi sistem persenjataan canggih. 

Leonardo S.p.A menempati posisi ketiga dengan angka penjualan perusahaan mencapai €12,5 miliar atau 8% dari total penjualan persenjataan militer dari Eropa. 

Perusahaan ini sangat aktif dalam program kolaborasi pertahanan di Eropa, termasuk untuk pengembangan dan produksi sistem drone tempur, sistem radar, dan teknologi pertanahan udara. 

Leonardo dikenal sebagai mitra strategis dari berbagai institusi militer internasional, termasuk Indonesia. Melalui PT PAL, Indonesia bekerja sama dengan Leonardo dalam membangun sistem persenjataan  dan sensor kapal untuk mendukung kemandirian pertahanan Indonesia. 

CNBC RESEARCH INDONESIA 

[email protected]

(evw/evw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation