
Dear Investor! Pemerintah Beberkan APBN & Target Prabowo 2026 Hari Ini

Perdagangan pasar keuangan RI kompak ditutup positif. IHSG bertahan di level 7100, rupiah menguat terhadap dolar AS, dan obligasi diburu investor
Wall Street menguat tipis setelah Moody's memangkas rating utang AS
Pelaku pasar mulai mengalihkan fokus wait and see Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang akan memulai hari pertama hari ini.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan Senin kemarin (19/5/2025) kembali ditutup positif. Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa melanjutkan tren positifnya pada hari ini.
Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup di posisi 7.141,09. Dalam sehari menguat 0,49%, melanjutkan tren positif selama lima hari beruntun.
Dalam sebulan IHSG sudah naik lebih dari 10%, menghapus pelemahan sejak awal tahun yang sudah kembali ke zona hijau sebesar 0,86% year to date (YTD).
Total transaksi yang terjadi di IHSG pada sepanjang kemarin terbilang ramai, mencapai Rp14,73 triliun. Transaksi ini melibatkan 25,31 miliar lembar saham dengan frekuensi sebanyak 1,43 juta kali.
Adapun saham yang menguat sebanyak 409, lalu 225 saham melemah, dan sisanya 173 stagnan.
Enam sektor tercatat parkir di zona hijau, sektor industrial menguat paling signifikan sampai 1,28%, diikuti sektor energy 1,01%, financial 0,80%, consumer non cyclicals 0,33%, technology 0,28%, dan consumer cyclicals 0,21. Satu sektor bergerak stagnan yaitu sektor basic material.
Tiga sektor sisanya ditutup melemah, utilities turun paling dalam 2,30%, lalu real estate 1,09% dan healthcare 0,07%.
Sementara itu, dari sisi konstituen, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi kontributor paling besar ke IHSG kemarin mencapai 13,69 indeks poin, diikuti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) sebanyak 9,12 poin, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) 4,40 poin, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) 4,06 poin dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebesar 3,83 poin.
Beralih ke pasar nilai tukar, pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) terpantau kembali menguat.
Merujuk data Refinitiv, rupiah pada kemarin menguat tipis 0,06% menuju posisi Rp16.425/US$. Sudah terhitung tiga hari beruntung mata uang Garuda berada dalam tren penguatan.
Sementara itu, posisi the greenback turun pada kemarin sampai pukul 15.45 WIB mengalami penurunan 0,55% ke posisi 100,42. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang berada pada posisi 101,09.
Tekanan indeks dolar AS (DXY) semakin melandai setelah Moody's menurunkan peringkat kredit AS.
Pada Jumat pekan lalu, Moody's memangkas peringkat kredit negara teratas Amerika Serikat sebanyak satu tingkat, menjadi lembaga pemeringkat utama terakhir yang menurunkan peringkat negara tersebut, dengan alasan kekhawatiran mengenai tumpukan utangnya yang bertambah sebesar US$36 triliun.
Beralih lagi ke pasar surat utang terpantau juga dalam zona positif. Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin sampai pukul 15.45 WIB, yield obligasi acuan RI untuk tenor 10 tahun mengalami penurunan tipis sebesar 0,4 basis poin (bps) menjadi 6,86%.
Penurunan yield ini melanjutkan perdagangan sehari sebelumnya yang juga turun sebanyak 4,5 bps.
Sebagai catatan, dalam perdagangan obligasi, pergerakan yield dan harga itu berlawanan arah. Jadi, ketika yield turun, maka harga sedang naik, menunjukkan pelaku pasar sedang akumulasi/beli.
Dari pasar saham AS, bursa Wall Street mengakhiri perdagangan dengan kompak menguat tipis.
Kenaikan tipis ini sejalan dengan melandainya imbal hasil US Treasury dari posisi tertingginya, sementara para investor berusaha mengabaikan penurunan peringkat kredit Amerika Serikat oleh Moody's.
Indeks S&P naik 0,09% dan ditutup di level 5.963,60, menandai sesi kenaikan ke-6 hari berturut-turut.
Nasdaq Composite menguat tipis 0,02% dan berakhir di angka 19.215,46. Dow Jones Industrial Average menanjak 137,33 poin (atau 0,32%) dan ditutup pada 42.792,07.
Kenaikan Dow Jones didorong oleh rebound saham UnitedHealth, yang naik 8% setelah sebelumnya mengalami tekanan jual yang cukup besar.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS (USTreasury) melonjak setelah Moody's menurunkan peringkat kredit AS satu tingkat, dari Aaa menjadi Aa1, menyamakan posisi dengan lembaga pemeringkat lainnya.
Moody's menyebutkan tantangan pembiayaan terkait defisit anggaran pemerintah federal yang terus membesar serta risiko saat harus melakukan rollover (perpanjangan jatuh tempo) utang di tengah biaya pinjaman yang tinggi.
Penurunan peringkat ini menekan harga obligasi dan mendorong imbal hasil (yield) naik - pada saat ekonomi masih menunggu dampak penuh dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump yang sedang berjalan. Di titik tertingginya pada Senin, imbal hasil obligasi AS tenor 30 tahun sempat tembus 5%,
Imbal hasil 10 tahun melewati 4,5% - level yang bulan lalu membebani pasar saham dan menjadi salah satu alasan Trump melunak terhadap kebijakan tarif yang paling ketat.
Imbal hasil 10 tahun ini juga menjadi acuan bagi suku bunga KPR (kredit pemilikan rumah).
Pada titik terendah perdagangan hari itu, Dow sempat turun lebih dari 300 poin, dan S&P 500 melemah sekitar 1%. Namun, indeks-indeks utama mampu memangkas kerugian setelah imbal hasil Treasury mulai turun dari puncaknya.
"Laporan Moody's sebenarnya tidak menyebutkan hal baru yang belum diketahui para investor soal situasi fiskal AS. Menurut saya, ini lebih menjadi alasan bagi pasar untuk mengambil jeda sejenak - tapi tidak ada hal yang secara struktural mengubah pandangan optimistis kami untuk 6 sampai 12 bulan ke depan." kata Ross Mayfield, analis investasi di Baird, kepada CNBC International.
Para pelaku pasar kini melihat perjanjian perdagangan baru sebagai kunci untuk mempertahankan pemulihan pasar saham - selama imbal hasil yang tinggi tidak membuat investor kabur lebih dulu.
CEO JPMorgan, Jamie Dimon, mengatakan pasar saat ini terlalu tenang dan meremehkan risiko tarif Presiden Donald Trump.
"Menurut pandangan saya pribadi, orang-orang merasa cukup nyaman karena mereka belum benar-benar merasakan dampak tarif secara efektif," kata Dimon dalam acara Investor Day tahunan JPMorgan di New York.
"Pasar sempat turun 10%, lalu naik lagi 10% - itu mencerminkan tingkat kepuasan diri (complacency) yang luar biasa." Imbuhnya.
Dimon juga menyinggung beberapa risiko lain, termasuk stagflasi (gabungan inflasi tinggi dengan pertumbuhan ekonomi rendah), defisit anggaran AS yang terus memburuk, dan potensi penurunan pertumbuhan laba perusahaan di indeks S&P 500.
Pelaku pasar hari ini akan mempertimbangkan sejumlah sentimen, baik dari dalam negeri ataupun luar negeri. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dan dokumen dokumen KEM PPKF atau Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal untuk 2026 akan menjadi penggerak sentimen hari ini.
Dari luar negeri, kebijakan suku bunga China serta pergerakan dampak pemangkasan rating kredit AS akan menjadi penggerak utama.
Kebijakan Suku Bunga Indonesia
Bank Indonesia (BI) juga akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025 yang berlangsung pada Selasa dan Rabu pekan ini (20-21/5/2025). Salah satu yang paling ditunggu-tunggu pelaku pasar adalah soal keputusan suku bunga acuan.
Pelaku pasar menunggu apakah BI akan memangkas suku bunga di tengah melambatnya perekonomian Indonesia.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% (year on year/yoy) pada kuartal I-2025, terendah sejak kuartal III-2021 saat era pandemi Covid-19.
Pelaku pasar saat ini masih melihat BI menahan suku bunga di level 5,75%. Namun, ada potensi pemangkasan jika melihat kebutuhan untuk mendongkrak pertumbuhan.
Pada April lalu, BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,75%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini mencerminkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas harga agar tetap berada dalam rentang target inflasi 2,5% ±1% untuk tahun 2025 dan 2026, sekaligus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global yang meningkat dan mendukung pertumbuhan ekonomi domestik.
Selain suku bunga acuan, tingkat suku bunga fasilitas simpanan (deposit facility) dan fasilitas pinjaman (lending facility) juga tetap dipertahankan masing-masing pada level 5,00% dan 6,50%.
Bocoran APBN 2026
Pemerintah akan menyerahkan dokumen KEM PPKF atau Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal untuk 2026 dalam sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada Selasa (20/5/2025). Kebijakan fiskal ini sangat penting untuk menjadi gambaran belanja prioritas pada tahun depan serta target-target pemerintah, mulai dari pertumbuhan hingga inflasi.
Dokumen ini akan menjadi dasar dari penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan mengatakan jika penyusunan KEM-PPKF ini akan mengacu pada tema utama yang selaras dengan visi pembangunan dalam Astacita.
Salah satu prioritas kebijakan ke depan adalah makan bergizi gratis untuk anak sekolah, penguatan koperasi melalui program Koperasi Merah Putih, serta investasi pada pengembangan human capital akan menjadi bagian inti dari strategi fiskal tahun 2026.
Suku Bunga China
Pada hari ini Selasa (20/5/2025), akan ada rilis suku bunga acuan di China untuk LPR (Loan Prime Rate) satu dan lima tahun.
Bank Sentral China (PBoC) dijadwalkan mengumumkan suku bunga acuan pinjaman (Loan Prime Rates/LPR) pekan depan, dengan ekspektasi penurunan sebesar 10 basis poin (bps). Saat ini, LPR 1 tahun, yang menjadi acuan sebagian besar pinjaman baru, berada di 3,10%, sedangkan LPR 5 tahun, yang digunakan sebagai referensi suku bunga hipotek, berada di 3,60%.
Prediksi penurunan ini tidak mengejutkan karena sebelumnya Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, telah mengumumkan langkah-langkah pelonggaran kebijakan besar-besaran awal bulan ini.
Lonjakan Imbal Hasil US Treasury
Imbal hasil US Treasury melonjak tajam usai Moody's Investors Service memangkas peringkat kredit pemerintah Amerika Serikat dari AAA menjadi AA1 pada Jumat (17/5/2025) waktu AS.
Penurunan ini menandai berakhirnya status "triple-A" dari Moody's, yang sebelumnya masih bertahan dibanding dua lembaga lainnya, Standard & Poor's dan Fitch Ratings.
Moody's menilai lonjakan beban utang dan meningkatnya biaya bunga sebagai penyebab utama koreksi peringkat.
"Penurunan satu tingkat ini mencerminkan tren jangka panjang peningkatan rasio utang dan pembayaran bunga ke level yang jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara dengan profil kredit serupa," tulis Moody's dalam pernyataan resminya.
Dalam proyeksinya, Moody's memperkirakan bahwa rasio defisit anggaran terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) AS akan meningkat dari 6,4% pada 2024 menjadi hampir 9% pada 2035.
Kenaikan ini terutama dipicu oleh melonjaknya pembayaran bunga atas utang, belanja jaminan sosial yang terus naik, serta proyeksi pendapatan negara yang relatif stagnan. Di sisi lain, rasio utang pemerintah terhadap PDB juga diproyeksikan meningkat tajam, dari 98% pada tahun ini menjadi sekitar 134% pada 2035'
Imbal hasil US Treasury AS tenor 10 tahun melonjak tajam menjadi 4,48% pada perdagangan kemarin dari sebelumnya 4,44%.
Sementara itu, imbal hasil US Treasury tenor 30 tahun sempat menyentuh 5% sebelum akhirnya kembali ke 4,94%.
Melonjaknya imbal hasil US treasury ini dikhawatirkan akan berdampak juga terhadap imbal hasil SBN. Kondisi ini bisa memicu beban bunga utang pemerintah.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
Pidato pejabat The Fed Logan, Kashkari, Barkin, Bostic, dan Collins
Pengumuman suku bunga kredit China untuk tenor 1 tahun dan 5 tahun.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) dimulai hari pertama
Hari pertama IPA CONVEX 2025 & Oil and Gas Business Forum di ICE BSD City, Kabupaten Tangerang.
Outlook Ekonomi DPR "Indonesia Menjawab Tantangan Ekonomi Global" di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta Selatan. Turut hadir Ketua Komisi XI DPR, Dewan Gubernur Senior Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Hasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan
Rapat Paripurna Ke-18 Masa Persidangan III Tahun Sidang 2024-2025 dengan agenda penyampaian keterangan pemerintah terhadap Kerangka Ekonomi Makro (KEM) dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal RAPBN Tahun Anggaran 2026 di ruang Rapat Paripurna, Senayan, Jakarta Pusat.
Deklarasi Koalisi Serikat Pekerja - Partai Buruh (KSP-PB) di Gedung Joang '45, Menteng, Jakarta Pusat
Menteri Perdagangan akan menghadiri Launching UKM Pangan Award 2025 di Auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat.
Komisi VI DPR menggelar RDPU dengan menteri perdagangan dan menteri BUMN membahas antara lain kebijakan AS terkait penerapan tarif impor dan dampaknya bagi Indonesia di ruang rapat Komisi VI DPR, Senayan, Jakarta Pusat.
Komisi V DPR menggelar RDPU dengan Ketua Umum DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI) dan Ketua Umum DPP Real Estat Indonesia (REI) di ruang rapat Komisi V DPR, Senayan, Jakarta Pusat.
DPN APINDO menggelar forum silaturahmi dengan tema "Lintas Jalan, Satu Tujuan: Merawat Kebersamaan Dunia Usaha & Serikat Pekerja" yang akan diselenggarakan di Ruang Serba Guna DPN APINDO, Gedung Permata Kuningan, Jakarta Selatan.
Demo ojek online di depan Kemenetrian Perhubungan, Istana Negara, dan kantor aplikasi
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
Cum date dividen ASII, PSGO, dan BFIN
Ex date diviedn JATI, JSMR, PPRI, dan LTLS
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) WTON, DAYA, TOSK, GRIA, HUMI, BBSI, UNIC, ZATA, TEBE, PSSI, EMDE
Public Expose BBSI, SFAN, SMGA, TOSK
Berikut untuk indikator ekonomi RI :
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn) Next Article Hari Penentuan! BI Umumkan Keputusan Genting Hari Ini