
Pemerintah Buka-bukaan Rencana Hadapi Trump, Sentimen AS-China Memanas

Pasar saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kompak ditutup sumringah. Melesatnya Wall Street usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik kembali tarif terberat di banyak negara, meringankan skenario terburuk Wall Street.
Pada penutupan perdagangan Jumat (11/4/2025), Dow Jones naik 1,56% di level 40.212,71, begitu pula dengan S&P 500 melesat 1,81% di level 5.363,36, dan Nasdaq terapresiasi 2,06% di level 16.724,46.
Akan tetapi kenaikan pasar Wall Street kemarin justru menjadi kewaspadaan bagi para investor pada minggu mendatang, karena melemahnya dolar dan aksi jual obligasi pemerintah memperparah volatilitas ekuitas ekstrem yang meletus setelah Presiden Donald Trump meluncurkan tarifnya yang luas.
Meskipun S&P 500 naik, akan tetapi indeks acuan tersebut masih turun sekitar 13% dari penutupan tertinggi sepanjang masa pada 19 Februari. Kekhawatiran tentang kerusakan ekonomi yang berkepanjangan tetap ada saat AS dan China meningkatkan pertempuran perdagangan mereka dan pertanyaan tetap ada mengenai pungutan di tempat lain karena Trump hanya menghentikan banyak tarif yang paling berat.
Investor pun menghukum aset-aset AS setelah tarif Trump, dengan dolar anjlok terhadap mata uang utama lainnya dan imbal hasil Treasury AS yang menjadi acuan, yang bergerak berlawanan dengan harga obligasi yang melonjak.
"Pasar saham sangat tidak stabil karena investor mempertimbangkan cara memperkirakan dampak ekonomi dari perubahan latar belakang tarif," menurut Mark Luschini, kepala strategi investasi di Janney Montgomery Scott.
"Pasar saat ini semacam terperangkap oleh tingkat ketidakpastian yang mengintai di luar sana, dan karena itu investor sebagian besar tidak mau membuat taruhan besar ke satu arah atau yang lain," tambah Luschini.
Kini investor saham dengan waspada mengamati pergerakan di seluruh kelas aset, khususnya dolar dan obligasi pemerintah. Indeks yang mengukur dolar terhadap sekeranjang mata uang pada hari Jumat turun di bawah 100 untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun, sementara imbal hasil pada obligasi pemerintah 10 tahun acuan sedang melaju untuk kenaikan mingguan terbesarnya dalam beberapa dekade.
(saw/saw)