Newsletter

Selamat Mudik Lebaran di Tengah Perang Dagang, Jangan Lupa Jajan....

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
27 March 2025 06:15
Suasana kepadatan lalu lintas saat arus balik Lebaran di Gerbang Tol (GT) Cikampek Utama (Cikatama), Jawa Barat, Senin (15/4/2024).
Foto: Suasana kepadatan lalu lintas saat arus balik Lebaran di Gerbang Tol (GT) Cikampek Utama (Cikatama), Jawa Barat, Senin (15/4/2024). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
  • Pasar keuangan Indonesia kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau, IHSG dan rupiah sama-sama menguat
  • Wall Street ambruk setelah Presiden Amerika serikat (AS) Donald Trump mengumumkan kebijakan baru soal tarif
  • Sentimen mudik, dividen, tarif perang dagang, serta inflasi PCE akan menjadi penggerak  pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia- Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin di tengah positifnya kinerja saham BUMN serta pembagian dividen.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan akan mengalami gejolak pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin, Rabu (26/3/2025) menguat dengan kenaikan 3,80% ke 6.472,35.

Penguatan ini didorong oleh sentimen positif terhadap saham-saham BUfMN yang melonjak tajam setelah pengumuman jajaran direksi Danantara. Dari total 801 saham yang diperdagangkan, sebanyak 531 saham menguat, sementara hanya 112 yang melemah. Sektor utilitas dan finansial menjadi motor utama reli dengan kenaikan masing-masing 5,66% dan 5,4%.

Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 2,58 triliun pada perdagangan kemarin. 

Saham konstruksi BUMN seperti PT Adhi Karya (ADHI) dan PT Krakatau Steel (KRAS) meroket hingga auto rejection atas (ARA), sementara PTPP juga mengalami lonjakan hingga 25%. Tidak ketinggalan, saham farmasi KAEF melesat 18%.

Saham perbankan pelat merah turut menjadi pendorong utama IHSG, dengan PT Bank Tabungan Negara (BBTN)  naik 9,15%, PT Bank Negara Indonesia (8,97%), PT Bank Mandiri (BMRI) 8,65%, dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI )5,26%. Secara keseluruhan, saham BUMN mendominasi kenaikan hari ini, kecuali PT Wijaya Karya ( WIKA), danPT Waskita Karya (WSKT) yang masih dalam suspensi.

Bahana Sekuritas dalam riset terbarunya menyoroti bahwa optimisme pasar terhadap Danantara menjadi katalis utama lonjakan IHSG.

Dari 18 direksi yang baru diumumkan, mayoritas memiliki latar belakang profesional di pasar modal dan keuangan global.

Selain itu, momentum Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan pengumuman dividen bank BUMN turut memberikan sentimen positif. Pasar kini bersiap menghadapi sisa perdagangan Maret dengan fokus pada RUPST, tren mudik, serta data ekonomi dari Amerika Serikat ((AS) yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks dalam beberapa hari ke depan.

Bergeser ke pasar valuta asing, nilai tukar rupiah akhirnya keluar dari tren pelemahan tiga hari berturut-turut dengan menguat 0,09% ke Rp16.575 per dolar AS pada Rabu (26/3/2025).

Apresiasi ini terjadi di tengah stagnasi pergerakan dolar AS setelah rilis data ekonomi terbaru. Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) tercatat naik tipis 0,13% ke level 104,32 pada pukul 14:56 WIB, mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap kebijakan ekonomi AS yang sedang berlangsung.



Mata uang Negeri Paman Sam mengalami tekanan setelah data menunjukkan kepercayaan konsumen AS turun ke level terendah dalam empat tahun terakhir.

Kekhawatiran terhadap dampak tarif perdagangan besar-besaran yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi AS juga menjadi faktor utama yang menahan reli dolar. Secara historis, kebijakan tarif sering dianggap inflasioner dan mendukung penguatan dolar, tetapi kali ini investor justru mencemaskan potensi dampak negatifnya terhadap daya beli dan aktivitas bisnis.

Meskipun rupiah berhasil terapresiasi, pelaku pasar tetap waspada terhadap potensi volatilitas di kuartal kedua.

Permintaan dolar AS diperkirakan meningkat seiring dengan pembayaran dividen perusahaan asing dan kebutuhan impor yang lebih besar menjelang semester kedua. Faktor eksternal seperti kebijakan The Fed dan perkembangan geopolitik global juga masih menjadi variabel yang dapat mempengaruhi stabilitas rupiah dalam beberapa pekan mendatang.

Di pasar obligasi, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun ditutup di level 7,103%, turun dari posisi 7,205% kemarin.
Yield bergerak berlawanan terhadap harga SBN. Yield yang melandai menunjukkan harga SBN yang menguat karena diburu investor dan sebaliknya.

Dari Amerika Serikat, bursa Wall Street melemah pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia. Pelemahan dipicu oleh ambruknya sektor teknologi, karena tekanan dari kebijakan tarif semakin meningkat.

Indeks S&P 500 turun 1,12% dan ditutup di 5.712,20, sementara Dow Jones Industrial Average melemah 132,71 poin atau 0,31% ke 42.454,79. Nasdaq yang didominasi saham teknologi, jatuh 2,04% dan berakhir di 17.899,01 setelah saham Nvidia anjlok hampir 6%.

Saham-saham teknologi besar seperti Meta Platforms dan Amazon turun lebih dari 2%, sementara Alphabet kehilangan lebih dari 3%. Tesla juga jatuh lebih dari 5%.

Indeks menyentuh titik terendah sesi setelah Gedung Putih mengumumkan bahwa Presiden Donald Trump akan mengungkap tarif baru untuk impor mobil. Saham General Motors dan Stellantis turun lebih dari 3%.

Langkah ini dilakukan menjelang pengumuman serangkaian tarif tambahan yang diperkirakan akan dirilis minggu depan.

Pada Selasa, Trump menyatakan bahwa tarif ini kemungkinan akan lebih "lunak daripada tarif resiprokal,". Pernyataan ini menandai sikap yang lebih moderat dibandingkan ekspektasi sebelumnya.

"Setiap kali Presiden memberikan sinyal terkait perdagangan, pasar akan merespons dengan euforia atau kehati-hatian," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research, kepada CNBC International.

"Karena rencana Presiden untuk mengumumkan tarif tambahan pada mobil, sektor yang dianggap defensif atau safe haven seperti consumer staples dan utilitas kembali memimpin," imbuhnya.

Dia menambahkan rotasi ini kemungkinan akan berlanjut setidaknya hingga 2 April ketika tarif timbal balik mulai berlaku dan bisa lebih lama jika Presiden terus menyesuaikan kebijakan tarif.

Kekhawatiran terhadap dampak kebijakan proteksionisme telah membebani pasar saham dalam beberapa waktu terakhir. S&P 500 sempat memasuki wilayah koreksi awal bulan ini, turun lebih dari 10% dari rekor tertinggi yang dicapai pada Februari.

Sebelumnya, Wall Street mencatat sesi positif, dengan S&P 500 membukukan kenaikan tiga hari berturut-turut pada hari Selasa.

Pada hari ini, Kamis (26/3/2025) merupakan hari terakhir aktivitas perdagangan bursa saham. rupiah, dan SBN. Pasar keuangan akan ditutup pada 1 dan 2 April 2025 untuk memperingati Hari Raya Idul Fitri, diikuti dengan cuti bersama pada 3, 4, dan 7 April 2025.

Pasar bursa saham akan kembali buka dengan waktu operasional normal pada Selasa, 8 April 2025.

Menjelang libur panjang, investor justru dihadapkan pada beragam sentimen negatif mulai dari kebijakan tarif Trump hingga lesunya ekonomi.

Pembagian dividen serta sentimen mudik diharapkan bisa mengurangi tekanan tersebut. Ekonomi mudik yang bernilai ratusan triliun rupiah diharapkan bisa menggerakkan pasar saham, ekonomi di daerah, hingga UMKM Indonesia.

Jika masyarakat Indonesia lebih banyak menghabiskan uang untuk konsumsi atau "jajan" maka sendi-sendi ekonomi diharapkan bisa semakin melaju kencang sehingga pertumbuhan bisa meningkat.

Berikut beberapa sentimen pasar keuangan hari ini:

Kebijakan Tarif Trump, Mobil Impor Jadi Korban

Presiden Donald Trump pada Rabu (26/3/2025) waktu setempat mengumumkan penerapan tarif sebesar 25% untuk impor mobil yang tidak diproduksi di dalam negeri.

Kebijakan ini diperkirakan akan makin memperburuk ketegangan dengan mitra dagang utama AS, terutama menjelang pengenaan tarif tambahan yang dijadwalkan pekan depan, di samping menaikkan harga mobil.

"Apa yang akan kami lakukan adalah mengenakan tarif 25% untuk semua mobil yang tidak dibuat di Amerika Serikat. Jika mereka dibuat di Amerika Serikat, maka tidak akan dikenakan tarif sama sekali," ujar Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, dilansir dari AFP.

Langkah ini akan mulai berlaku pada 2 April dan berdampak pada mobil serta truk ringan yang diproduksi di luar negeri.

Kebijakan ini menambah daftar tarif yang sebelumnya telah diberlakukan Trump, termasuk tarif impor dari Kanada, Meksiko, dan China, serta tarif sebesar 25% untuk baja dan aluminium.

Sekitar 50% mobil yang dijual di AS diproduksi secara domestik. Dari separuh mobil impor yang masuk ke AS, sebagian besar berasal dari Meksiko dan Kanada, sementara Jepang, Korea Selatan, dan Jerman juga menjadi pemasok utama.

Center for Automotive Research memperkirakan bahwa tarif ini, termasuk tarif tambahan untuk logam dan mobil impor, dapat meningkatkan harga kendaraan hingga ribuan dolar dan berpotensi mengancam pasar tenaga kerja di sektor otomotif.

Selain industri otomotif, Trump juga mengincar sektor-sektor lain untuk dikenakan tarif tambahan, termasuk farmasi dan semikonduktor. Pada Rabu, ia menegaskan kembali niatnya untuk memberlakukan tarif atas kayu dan obat-obatan.

Inflasi PCE Amerika

Inflasi PCE Amerika untuk Februari kan diumumkan pada umat ini. Sebagai catatan, inflasi PCE (month to month/mtm) mencapai 0,3% dan secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,5% pada Januari 2025.

Jika inflasi kembali menguat maka ini menjadi kabar buruk bagi pasar keuangan Indonesia. Meskipun inflasi PCE baru akan diumumkan Jumat, sentimennya diperkirakan sudah akan dipertimbangkan oleh pelaku pasar. Pasalnya, investor harus menghitung dampak laju inflasi PCE bagi pasar setelah libur panjang Lebaran dan pasar kembali dibuka.

IHSG Selalu di Zona Merah Jelang Lebaran, Akankah Tahun Ini Sama?

Sejak didirikan pada tahun 1982, IHSG mengalami berbagai fase naik dan turun yang mencerminkan kondisi ekonomi Indonesia. Salah satu titik terendah IHSG terjadi pada krisis finansial 1998 ketika indeks anjlok lebih dari 50% akibat gejolak ekonomi dan politik domestik. Namun, pada dekade berikutnya, IHSG mulai menunjukkan pemulihan yang signifikan, terutama setelah reformasi ekonomi dan masuknya investasi asing.

Pada tahun 2008, IHSG kembali terpuruk akibat krisis keuangan global yang dipicu oleh runtuhnya Lehman Brothers, dengan indeks jatuh hingga di bawah 1.000. Namun, pemulihan yang cepat didorong oleh fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas keuangan. Puncaknya, IHSG mencapai rekor tertinggi di atas 7.000 pada tahun 2022 sebelum mengalami volatilitas akibat dinamika pasar global.

Pada Rabu (26/3/2025), IHSG mencatatkan reli impresif dengan kenaikan 3,80% ke 6.472,35. Penguatan ini didorong oleh euforia pasar terhadap pengumuman jajaran direksi Danantara serta sentimen positif dari RUPS emiten BUMN.

Secara historis, IHSG cenderung melemah menjelang libur Lebaran karena volume transaksi yang berkurang. Sejak pandemi Covid-19, indeks lebih sering bergerak negatif pada pekan terakhir sebelum Lebaran. Namun, tahun ini reli saham BUMN memberi harapan baru bagi pasar menjelang libur panjang.

Sejarah Bicara Mata Rupiah Perkasa Jelang Lebaran

Sepekan terakhir, rupiah mengalami tekanan dengan pelemahan tiga hari berturut-turut sebelum akhirnya menguat tipis 0,09% ke Rp16.575 per dolar AS pada Rabu (26/3/2025). Penguatan ini terjadi di tengah stagnasi dolar AS pasca-rilis data ekonomi yang menunjukkan penurunan kepercayaan konsumen AS ke level terendah dalam empat tahun terakhir.

Nilai tukar rupiah juga mencerminkan sejarah panjang ekonomi Indonesia. Pada masa Orde Baru, rupiah mengalami stabilitas relatif karena sistem kurs tetap yang diterapkan pemerintah. Namun, pada 1997-1998, krisis moneter menghantam keras rupiah, yang mengalami depresiasi dari Rp2.000 per dolar AS menjadi lebih dari Rp15.000 per dolar AS.

Setelah krisis, rupiah perlahan stabil meski tetap menghadapi tekanan dari faktor eksternal, seperti taper tantrum 2013 yang membuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, mengalami pelemahan tajam. Dalam dekade terakhir, rupiah cenderung bergerak dalam rentang Rp13.000-Rp15.000 per dolar AS, dengan tekanan sesekali akibat kenaikan suku bunga The Fed atau gejolak ekonomi global.

Dalam 10 tahun terakhir, rupiah cenderung mengalami penguatan sebesar rata-rata 0,4% seminggu sebelum libur Lebaran. Sejak 2019, hanya pada 2022 rupiah mengalami pelemahan sebesar 1,06%. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan rupiah untuk kebutuhan transaksi domestik selama periode mudik dan libur panjang.

Lebaran Gelap 2025, Beban Berubi-tubi, Jutaan Warga RI Tak Mampu Mudik

Puncak arus mudik Lebaran 2025 diperkirakan akan terjadi pada Jumat (28/3/2025) 2025, yang merupakan H-3 sebelum Lebaran dan H-1 Hari Raya Nyepi.

Hari raya Idul Fitri atau Lebaran yang sesaat lagi akan tiba, bagi sebagian orang merupakan momen untuk kembali ke kampung halaman bertemu dengan keluarga. Namun, mudik tahun ini diperkirakan tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Badan Kebijakan Transportasi, Pusat Statistik, Kementerian Perhubungan, dan akademisi, jumlah pemudik diperkirakan hanya 146,48 juta orang atau sekitar 52% dari penduduk Indonesia. Angka itu turun 24% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta pemudik.

"Jika tahun lalu asumsi perputaran uang selama Idul Fitri 2024 mencapai Rp 157,3 triliun, maka asumsi perputaran uang libur Idul Fitri 2025 diprediksi mencapai Rp 137,975 triliun," kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang, dalam pernyataan pers, Selasa (18/3/2025).

Berdasarkan data 10 tahun terakhir dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik seharusnya mengalami kenaikan. Namun, tahun ini menjadi anomali dengan penurunan drastis sebesar 47,12 juta orang dibandingkan 2024.

Faktor utama yang menyebabkan penurunan jumlah pemudik antara lain:

  1. Jarak libur Nataru dan Idul Fitri yang berdekatan, sehingga banyak yang memilih tidak mudik dua kali dalam setahun.

  2. Kondisi ekonomi yang mendorong masyarakat untuk lebih banyak menabung.

  3. Maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri.

  4. Daya beli masyarakat yang menurun akibat inflasi dan faktor cuaca ekstrem.

Bank Himbara Tebar Dividen 

Bank-bank Himbara mulai dari BRI, Bank Mandiri, BNI, hingga BTN sudah mengumumkan kebijakan dividen serta jajaran pengurus baru. Pembagian dividen ini diharapkanbisa menjadi sentimen positif di tengah banyaknya kabar negatif dari pasar keuangan global.

Pada Rabu (26/3/2025) BNI memutuskan untuk membagikan dividen senilai Rp13,95 triliun kepada pemegang saham, setara dengan 65% dari laba bersih perseroan tahun buku 2024 yang mencapai Rp21,46 triliun. Dengan keputusan ini, pemegang saham akan menerima dividen sebesar Rp374,05 per saham.

Sebagai perbandingan, pada tahun sebelumnya BNI membagikan dividen sebesar Rp10,45 triliun atau 50% dari laba bersihnya. Keputusan tahun ini menunjukkan peningkatan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang lebih agresif.

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar, sebelumnya telah menyatakan bahwa perusahaan berusaha meningkatkan payout ratio di atas 50% seiring dengan kondisi permodalan yang dinilai kuat. "Kita nanti akan lihat kemampuan modal sampai 5 tahun ke depan. Saya rasa dengan kita naikkan dividen sedikit juga enggak akan ada isu," ujarnya pada Januari lalu.

Sisa laba sebesar Rp7,51 triliun atau 35% akan digunakan sebagai saldo laba ditahan guna mendukung ekspansi bisnis perseroan.

Sementara itu, Bank Tabungan Negara (BTN) juga membagikan dividen dengan total nilai Rp751,83 miliar atau setara 25% dari laba bersih tahun buku 2024 yang mencapai Rp3 triliun. Dividen yang dibagikan ini setara dengan Rp53,57 per saham.

BTN memutuskan untuk menahan 75% dari laba bersihnya, yakni Rp2,25 triliun, sebagai saldo laba ditahan. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung ekspansi bisnis di segmen perumahan.

Dengan pembagian dividen ini, investor di sektor perbankan mendapat sinyal positif terkait stabilitas dan profitabilitas bank-bank BUMN di tengah dinamika ekonomi nasional dan global. Pasar kini akan mencermati langkah strategis kedua bank ini dalam beberapa bulan ke depan, termasuk dalam menghadapi tantangan pertumbuhan kredit dan kebijakan moneter global.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

Kamis (27/3/2025)

  • GDP Growth Rate QoQ Final (Q4) - 07:30 PM

  • Corporate Profits QoQ (Q4) - 07:30 PM

  • GDP Price Index QoQ Final (Q4) - 07:30 PM

  • Goods Trade Balance Adv (Februari) - 07:30 PM

  • Initial Jobless Claims (22 Maret) - 07:30 PM

  • Retail Inventories Ex Autos MoM Adv (Februari) - 07:30 PM

  • Wholesale Inventories MoM Adv (Februari) - 07:30 PM

  • Continuing Jobless Claims (15 Maret) - 07:30 PM

  • Core PCE Prices QoQ Final (Q4) - 07:30 PM

  • GDP Sales QoQ Final (Q4) - 07:30 PM

  • Jobless Claims 4-Week Average (22 Maret) - 07:30 PM

  • PCE Prices QoQ Final (Q4) - 07:30
  • PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA), anak perusahaan utama dari PT BUMA Internasional Grup Tbk (BUMA International Group, IDX: DOID) melakukan seremonial pencatatan penerbitan Sukuk Ijarah I BUMA 2025

  • Konferensi pers persiapan mudik Pertamina, Telkomsel, dan Bulog

Jumat (28/3/2025)

  • PCE Price Index MoM (Februari) - 07:30 PM

  • PCE Price Index YoY (Februari) - PM

    Fed Barr Speech - Waktu belum ditentukan

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPS SICO
  • RUPS MEGA

  • Public Expose MEGA

  • Public Expose SICO

Berikut untuk indikator ekonomi RI:

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(emb/emb) Next Article Perang Dagang Tinggal Tunggu Waktu, Sanggupkah IHSG-Rupiah Bertahan?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular