
IHSG-Rupiah Menunggu "Kesaktian" Efek THR, Mampu Redam Badai dari AS?

Pasar keuangan diperkirakan akan sedikit menguat pada perdagangan hari ini meskipun kemungkinan tak dapat bertahan lebih lama usai penurunan dua hari beruntun pada perdagangan sebelumnya. Pasar keuangan kini cenderung wait and see saat aliran deras asing masih terus menghantam pasar keuangan Tanah Air.
Pelaku pasar mencermati sejumlah sentimen hari ini, baik dari eksternal maupun dalam negeri. Inflasi AS dan data tenaga kerja AS diperkirakan akan menjadi sentimen eksternal yang akan memengaruhi pasar. Dari dalam negeri, insentif Tunjangan Hari raya (THR) diharapkan mampu mendongkrak sentimen positif hari ini.
Insentif THR
Presiden Prabowo Subianto resmi mengumumkan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk PNS, PPPK, serta TNI dan Polri, akan dicairkan pada Senin, 17 Maret 2025.
Kebijakan THR ini diumumkan langsung oleh Presiden di Istana Negara, Selasa (11/3/2025). Dalam kesempatan ini, Prabowo didampingi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri PANRB Rini Widyantini.
"THR dan gaji ke-13 tahun 2025 akan diberikan seluruh aparatur negara di pusat dan daerah termasuk PNS pegawai pemerintah dengan perjanjian kerjakan diberikan kepada seluruh aparatur negara prajurit TNI, Polri, para Hakim, serta para pensiunan dengan jumlah total 9,4 juta penerima," kata Prabowo, Selasa (11/3/2025).
Untuk THR dan gaji ke-13 bagi ASN meliputi gaji pokok, tunjangan melekat dan tunjangan kinerja. Komponen THR ASN daerah sama, tetapi sesuai dengan kemampuan Pemda masing-masing.
"THR dibayarkan 2 minggu sebelum Idul fitri dicairkan mulai 17 maret 2025. gaji ke 13 akan dibayarkan pada awal tahun ajaran baru sekolah yaitu Juni 2025." imbuhnay.
Pada hari yang sama, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) mengenai Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Tahun 2025 untuk pekerja di sektor swasta, BUMN, dan BUMD. Aturan ini dikeluarkan untuk memastikan setiap pekerja mendapatkan haknya dengan tepat dan secara penuh sebelum hari raya tiba, atau selambatnya tujuh hari sebelum Lebaran.
Menurut SE Menteri Ketenagakerjaan Nomor M/2/HK.04.00/III/2025, THR merupakan hak wajib yang harus diberikan oleh pengusaha kepada para pekerja. Kebijakan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2021 tentang pengupahan serta Permenaker No. 6 Tahun 2016 yang khusus mengatur soal pelaksanaan THR. Intinya, semua pekerja yang telah bekerja selama minimal 1 bulan secara terus-menerus berhak mendapatkan THR.
1.Bagi Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan secara terus menerus atau lebih, diberikan sebesar 1 bulan Upah.
2. Bagi Pekerja/Buruh yang mempunyai masa keria 1 bulan secara terus menerus atau lebih tetapi kurang dari 12 bulan, diberikan secara proporsional sesuai dengan perhitungan: Masa kerja : 12 x 1 (satu) bulan upah
3. Bagi Pekerja/Buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian lepas, upah 1 (satu) bulan dihitung sebagai berikut:
Pekerja/Buruh yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan atau lebih, upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata Upah yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum Hari Raya Keagamaan.
Pekeria/Buruh yang mempunyai masa keria kurang dari 12 bulan, upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja.
Bagi Pekerja/Buruh yang upahnya ditetapkan berdasarkan satuan hasil, maka upah 1 bulan dihitung berdasarkan upah rata-rata 12 bulan terakhir sebelum Hari Raya Keagamaan.
Insentif THR ini diharapkan bisa mendongkrak daya beli masyarakat yang tengah melemah. Banyak dari perusahaan yang akan diuntungkan melalui insentif THR ini, mulai dari consumer goods, transportasi, hingga perusahaan ritel.
Emiten seperti Indofood Group, perbankan, PT Unilever Indonesia, PT Garuda Indonesia, PT Jasa Marga, hingga Matahari Group diperkirakan akan terdongrak penjualannya.
Kepercayaan Konsumen Indonesia Melambat, Tabungan Warga RI Makin Terkuras
Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada Februari 2025 mengklaim keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap kuat. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Februari 2025 yang berada pada level optimis sebesar 126,4. Namun, level ini lebih rendah dibandingkan level bulan sebelumnya, yakni 127,2.
Direktur Eksekutif BI Ramdan Denny Prakoso mengungkapkan tetap kuatnya keyakinan konsumen pada Februari 2025 ditopang oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK).
"IKE tercatat sebesar 114,2, lebih tinggi dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya sebesar 113,5. Sementara itu, IEK tetap berada pada level optimis sebesar 138,7, meski lebih rendah dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya sebesar 140,8," papar Denny, Selasa (11/3/2025).
Berdasarkan kategori pengeluaran responden, keyakinan konsumen pada Februari 2025 tetap optimis untuk seluruh kategori, dengan IKK tertinggi tercatat pada responden pengeluaran >Rp5 juta (129,0), diikuti oleh pengeluaran Rp4,1-5 juta (128,8), dan Rp3,1-4 juta (126,0).
Meski demikian, perkembangan optimisme tersebut sedikit menurun dibandingkan kondisi bulan sebelumnya untuk seluruh kelompok pengeluaran, kecuali pada kelompok pengeluaran Rp3,1-4 juta yang masih menunjukkan peningkatan.
Kabar negatif lainnya adalah proporsi tabungan masyarakat terus mengalami penurunan setiap bulannya.
Per Februari 2025, proporsi tabungan tercatat sebesar 14,7% atau terendah sejak Desember 2021 yang pada saat itu sebesar 14,1%. Sebagai catatan, pada periode tersebut Indonesia masih menghadapi badai pandemi Covid-19.
Jika dilihat lebih rinci, hampir keseluruhan kelompok pengeluaran mengalami penurunan proporsi tabungan, jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya.
Sebagai contoh kelompok pengeluaran Rp1-2 juta memiliki porsi tabungan sebesar 15,3% atau sama dengan Januari 2024. Begitu pula dengan kelompok pengeluaran Rp2,1-3 juta yang punya porsi tabungan sebesar 13,4% atau lebih rendah dibandingkan Januari 2024 yang pada saat itu masih dilevel 16,2%.
Begitu pula dengan kelompok pengeluaran Rp3,1-4 juta yang tampak hanya sebesar 14,4% pada Februari 2025 atau terendah sejak Desember 2021.
Hal ini juga terjadi pada kelompok pengeluaran lebih dari Rp5 juta yang menunjukkan porsi tabungan yang terus menurun yakni dari 19,3% pada Januari 2024 menjadi 16,3% pada Februari 2025.
Penjualan Ritel Indonesia
Pada hari ini Rabu (12/3/2025), Bank Indonesia (BI) akan merilis data penjualan ritel Indonesia periode Januari 2025. Sebelumnya, penjualan eceran yang tercermin pada Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Desember 2024 berada di 222.
Angka tersebut tumbuh 1,8% year-on-year (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang sebesar 0,9% (yoy). Pertumbuhan pada Desember 2024 terutama didorong Kelompok Suku Cadang dan Aksesori serta Barang Budaya dan Rekreasi.
Sementara itu, pada periode Januari yang akan dirilis, IPR diperkirakan sebesar mencapai 211,3. Tumbuh sebesar 0,4% (yoy), melambat dibandingkan bulan sebelumnya.
Berdasarkan laporan BI, kinerja penjualan eceran tersebut terutama ditopang oleh pertumbuhan Kelompok Barang Budaya dan Rekreasi serta Peralatan Informasi dan Komunikasi yang meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu, Kelompok Suku Cadang dan Aksesori, Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, serta Makanan, Minuman dan Tembakau tetap tumbuh, meski melambat dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Tarif Trump Makin Panas
Presiden Donald Trump pada hari Selasa (11/3/2025), meningkatkan perang dagang yang sedang berkembang dengan Kanada, berjanji untuk menggandakan tarif yang akan berlaku dalam beberapa jam pada semua produk baja dan aluminium impor dari tetangga utara Amerika menjadi 50%, meskipun ia kemudian mengatakan ia kemungkinan akan menurunkannya setelah pejabat Kanada setuju untuk berunding.
Serangan terbaru Trump, yang membuat pasar keuangan terguncang dan memicu kembali ketakutan akan inflasi, menyusul pengumuman Perdana Menteri Ontario Doug Ford bahwa ia akan mengenakan biaya tambahan sebesar 25% pada listrik yang dipasok oleh provinsi terpadat di Kanada itu ke lebih dari satu juta rumah di AS kecuali Trump mencabut semua ancaman tarifnya terhadap ekspor Kanada ke AS.
Ford kemudian setuju untuk menangguhkan biaya tambahan dan bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick pada hari Kamis, menyerukan agar kepala lebih dingin menang. Trump mengatakan ia menghormati langkah tersebut.
Dalam unggahan sebelumnya di platform media sosial Truth miliknya, Trump mengatakan bahwa ia telah memerintahkan Lutnick untuk mengenakan tarif tambahan sebesar 25% pada produk logam dari Kanada yang akan mulai berlaku pada Rabu pagi. Tarif sebesar total 25% pada semua produk baja dan aluminium impor yang berasal dari negara lain akan mulai berlaku hari itu.
Trump juga mengecam Kanada atas perlindungan perdagangan yang telah diberlakukannya pada produk susu dan pertanian lainnya, dan mengancam akan "menaikkan secara substansial" bea masuk pada mobil yang masuk ke AS yang akan mulai berlaku pada tanggal 2 April "jika Tarif yang sangat buruk dan berjangka panjang lainnya tidak dicabut oleh Kanada."
Presiden AS menepis gejolak pasar, mengatakan kepada wartawan bahwa pasar akan naik dan turun, tetapi ia harus membangun kembali perekonomian.
Lowongan JOLTS AS
Lowongan pekerjaan AS meningkat pada periode Januari 2025, tetapi permintaan tenaga kerja kemungkinan akan melemah dalam beberapa bulan mendatang di tengah kekhawatiran bahwa ketidakpastian atas tarif impor dan pemotongan belanja pemerintah yang agresif dapat menyebabkan perlambatan tajam dalam aktivitas ekonomi.
Untuk saat ini, pasar tenaga kerja tetap stabil, dengan laporan Survei Lowongan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja, atau JOLTS, dari Departemen Tenaga Kerja pada Selasa menunjukkan PHK menurun selama empat bulan berturut-turut ke level terendah sejak Juni lalu.
Ada 1,13 lowongan pekerjaan untuk setiap orang yang menganggur, naik dari 1,09 padaDesember. Namun, perekrutan tetap suam-suam kuku sesuai dengan kehati-hatian di kalangan bisnis. Kebijakan perdagangan yang tidak menentu dari Presiden Donald Trump, yang ditandai dengan tarif yang terus-menerus terhadap Kanada dan Meksiko, telah mengguncang kepercayaan bisnis dan konsumen.
Investor telah menjual saham, menghapus semua keuntungan yang diperoleh setelah kemenangan Trump dalam pemilihan umum pada tanggal 5 November, karena risiko resesi telah meningkat akibat ketegangan perdagangan.
"Laporan ini memberi tahu kita bahwa pasar tenaga kerja sehat dari perspektif ekspansi yang berkelanjutan sebelum perubahan rezim kebijakan yang mulai terjadi dengan pemerintahan baru," kata Conrad DeQuadros, penasihat ekonomi senior di Brean Capital.
"Sayangnya, laporan tersebut tidak memberi tahu kita apa pun tentang bagaimana perusahaan akan menanggapi ancaman tarif dan meningkatnya ketidakpastian, dan ini bisa memakan waktu beberapa bulan untuk terungkap."
Penciptaan lapangan pekerjaan baru, ukuran permintaan tenaga kerja, naik 232.000 menjadi 7,740 juta pada hari terakhir Januari. Data untuk Desember direvisi lebih rendah menjadi 7,508 juta lowongan, bukan 7,600 juta yang dilaporkan sebelumnya.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan 7,63 juta posisi yang tidak terisi. Angka tersebut turun 728.000 sepanjang tahun. Revisi tahunan menunjukkan lebih sedikit lowongan pekerjaan dari Januari tahun lalu hingga Desember daripada yang diperkirakan.
Inflasi AS
Hari ini Rabu (12/3/2025),AS akan mengumumkan data inflasi periode Februari 2025. Sebelumnya, tingkat inflasi tahunan di AS naik tipis menjadi 3% pada Januari 2025, dibandingkan dengan 2,9% pada Desember 2024, dan di atas perkiraan pasar sebesar 2,9%, yang menunjukkan kemajuan yang terhenti dalam mengekang inflasi.
Secara bulanan, inflasi AS naik sebesar 0,5%, di atas 0,4% pada bulan sebelumnya dan ekspektasi akan melambat menjadi 0,3%.
Indeks untuk tempat tinggal naik 0,4%, yang mencakup hampir 30% dari kenaikan tersebut. Sementara itu, inflasi inti tahunan secara tak terduga naik menjadi 3,3%, dibandingkan dengan perkiraan yang akan melambat menjadi 3,1%. Tingkat bulanan naik lebih dari yang diharapkan menjadi 0,4%.