Newsletter

IHSG & Rupiah Menggantungkan Nasib ke BI & Cuan Dagang RI

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
17 February 2025 06:00
Patung Fearless Girl menghadap Bursa Efek New York pada 2 Juli 2024, di New York. Sebagian besar saham global melemah setelah indeks acuan berakhir lebih tinggi di Wall Street. (AP Photo/Peter Morgan)
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Jumat pekan lalu (14/2/2025).

Dua dari tiga indeks utama ditutup melemah di mana S&P 500 turun tipis 0,01% ke 6.114,63 dan Dow Jones Industrial Average (DJI) melemah 0,37% menuju posisi 44.546,08.

Sementara, Nasdaq menguat sendiri sebesar 0,41% menjadi 20,026,77.

Meski begitu, tiga indeks utama Wall Street masih mencatat gerak positif secara mingguan, S&P 500 menguat 1,5%, sementara Nasdaq naik lebih tinggi 2,6% dan Dow merangkak naik 0,5%.

Pasar saham AS mendapatkan sentimen dari yield US Treasury yang sudah merosot sekitar 7 basis poin (bps) ke posisi 4,4% pada akhir pekan, ini juga menandai penurunan selama dua hari beruntun.

Sementara itu, dari sisi konstituen indeks acuan Nasdaq ditopang kenaikan dari sejumlah saham mega cap, seperti Nvidia naik 2,6%, dan Apple yang menguat.

Sementara itu, volatilitas pasar masih dipengaruhi oleh kelanjutan dari tarif Trump dan prospek laju cut rate yang lebih lambat tahun ini.

Pekan lalu, Trump telah mengumumkan tarif baru untuk impor baja dan alumunium sebesar 25%

Selain itu, Trump juga menugaskan tim ekonomi-nya untuk menyusun tarif timbal balik dari setiap negara yang mengenakan pajak impor AS, meskipun arahan tersebut tidak termasuk mengenakan tarif baru.

Howard Lutnick, menteri perdagangan yang dipilih Trump, mengatakan pemerintah akan menangani negara-negara yang terkena dampak secara individual dan mengatakan kajian tentang masalah tersebut akan selesai pada 1 April 2025 mendatang.

Di sisi lain, Chairman Jerome Powell turut mempengaruhi pasar dengan pidato-nya yang mengatakan akan mengambil pendekatan hati-hati dan belum ada urgensi dalam memangkas suku bunga.

Hal ini juga seiring dengan hasil indeks harga konsumen AS yang meningkat lebih panas dari perkiraan. Kini pelaku pasar, memproyeksikan laju cut rate hanya sekali pada tahun ini.

(tsn/tsn)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular