
BI Tunjukkan: Investor Mulai Ogah Investasi Saham, Emas Jadi Primadona

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjalanan investor di pasar saham masih terus berliku di tahun ini. Pasalnya usah gagal pesta saham di tahun 2024, ternyata hingga pertengahan Februari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) lagi-lagi merosot.
Tercatat di sepanjang 2025, IHSG telah anjlok 6,24% dan mendarat di posisi 6.638,46 hingga perdagangan Jumat (14/2/2025). Penurunan IHSG di sepanjang 2025 bahkan lebih buruk dari penurunan IHSG di sepanjang 2024 yang tercatat 2,65%.
Tak menariknya pergerakan pasar saham Tanah Air mendorong turunnya minat investor terhadap saham. Hal ini terbukti dari survei Bank Indonesia (BI) dalam jenis investasi yang menjadi pilihan utama dalam 12 bulan ke depan bahwa investasi saham mulai turun peminat.
Dari data survei BI diatas, secara tahunan (yoy) minat terhadap investasi saham/reksadana justru turun 14,4% pada Januari 2025 menjadi 2,1.
Kemudian investasi properti juga turun -15,40% (yoy) menjadi 12,20 pada Januari 2025. Selain itu, kini masyarakat Indonesia juga tidak menyukai menyimpan banyak uang di tabungan/deposito, karena survei BI menunjukkan penurunan investasi pada segmen tersebut sebesar 5,70% (yoy) menjadi 46,20 per Januari 2025. Dan investasi lainnya turun 44,20% (yoy) menjadi 6,10 per Januari 2025.
Menariknya, minat terhadap investasi emas/perhiasan justru menunjukkan kenaikan sebesar 22,50% (yoy) menjadi 33,40 per Januari 2025.
Emas memang memiliki daya tarik tersendiri sebagai instrument investasi safe haven di tengah ketidakpastian global. Apalagi harga emas melejit di sepanjang 2024 sebesar 27,21% dan melanjutkan kenaikan di sepanjang 2025 sebesar 11,91% hingga perdagangan intraday Jumat (14/2/2025) yang masih bergerak di level US$2.936,39 per troy ons.
Kenaikan harga emas dunia tentu mendorong harga emas batangan dan perhiasan, hal ini mendorong kenaikan minat terhadap emas/perhiasan pada tahun 2024 dan 2025.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(saw/saw)