
Hujan Sentimen Positif, Semoga IHSG - Rupiah Lanjut Pesta Pora

Tekanan terhadap pasar keuangan domestik relatif kecil pada hari ini, Kamis (23/1/2025). Kondisi ini diharapkan bisa menjadi angin segar untuk meneruskan rally di IHSG dan rupiah. Namun, pelaku pasar harus tetap mewaspadai perkembangan ekonomi yang bisa menjadi penentu pergerakan IHSG hingga rupiah.
Kombinasi faktor global dan domestik memberikan angin segar bagi pasar saham. Di AS, rekor baru S&P 500 dan Nasdaq menunjukkan optimisme terhadap teknologi dan kecerdasan buatan, sementara di Indonesia, penguatan IHSG didukung oleh kebijakan DHE dan harapan terhadap musim laporan keuangan. Meskipun tantangan masih ada, seperti tekanan dari penguatan dolar AS dan proteksionisme perdagangan, langkah-langkah strategis yang diambil oleh pemerintah dan emiten memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan pasar di tahun 2025.
IHSG Menguat di Tengah Dinamika Kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE)
Di Tanah Air, IHSG mencatat kenaikan signifikan sebesar 1,05% ke level 7.257,13, dengan nilai transaksi mencapai Rp 11,9 triliun. Saham sektor teknologi dan infrastruktur menjadi pendorong utama, masing-masing naik 2,54% dan 2,16%. Saham unggulan seperti PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memberikan kontribusi besar terhadap penguatan IHSG.
Sentimen positif di pasar domestik turut dipengaruhi oleh revisi aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang diharapkan mampu memperkuat nilai tukar rupiah. Pemerintah, melalui revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023, mewajibkan eksportir untuk menempatkan 100% DHE di dalam negeri mulai 1 Maret 2025. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan pasokan dolar di dalam negeri, sehingga rupiah lebih tahan terhadap tekanan eksternal.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menjamin bahwa kebijakan ini tidak akan membebani eksportir. Pemerintah telah menyiapkan instrumen keuangan yang kompetitif, termasuk bunga yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Selain itu, pemerintah tengah merancang berbagai insentif untuk mendukung kelancaran ekspor, sehingga daya saing perdagangan Indonesia tetap terjaga.
Dinamika Musim Laporan Keuangan
Musim laporan keuangan emiten kuartal IV-2024 dan tahunan segera dimulai, menjadi katalis positif bagi pasar. Kinerja positif dari laporan keuangan perusahaan besar diperkirakan akan meningkatkan kepercayaan investor. Di pasar global, solidnya laporan keuangan Netflix dan Nvidia memberikan sinyal bahwa sektor teknologi masih menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Di sisi lain, valuasi IHSG yang menarik dan imbal hasil dividen yang tinggi menjadi daya tarik bagi investor asing. Direktur Capital Market Mandiri Sekuritas, Silva Halim, optimistis bahwa prospek IHSG akan tetap positif meski volatilitas pasar diperkirakan tinggi pada semester pertama 2025. Fokus kebijakan pemerintah pada penguatan sektor energi dan infrastruktur juga diperkirakan memberikan dukungan tambahan bagi pasar domestik
Laporan keuangan di dalam negeri dimulai dengan rilis kinerja PT Bank Negara Indonesia (BNI) kemarin. BNI mencetak laba sebesar Rp21,46 triliun sepanjang 2024. Perolehan laba itu naik 2,64% secara tahunan (yoy) dari setahun sebelumnya sebesar Rp20,90 triliun pada dari tahun 2023.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba BNI tertekan oleh beban bunga yang melonjak sebesar 29,24% secara tahunan (yoy) menjadi Rp26,1 triliun. Pada periode yang sama pendapatan bunga naik 8,32% yoy menjadi Rp66,58 triliun.
Hari ini PT Bank Central Asia (BCA) akan mengumumkan laporan kinerja keuangan kuartal IV-2024 sekaligus setahun penuh.
Sebagai catatan, laba bersih BCA pada 2023 adalah Rp48,6 triliun. Angka ini naik 19,4% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sementara itu, laba bersih BCA hingga kuartal III 2024 adalah Rp41,1 triliun. Angka ini naik 12,8% secara tahunan (yoy).
Klaim Pengangguran AS
AS hair ini akan mengumumkan data klaim pengangguran untuk periode pekan yang berakhir 18 Januari 2025 dan data penjualan rumah AS periode Desember 2024.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan angka klaim pengangguran mingguan kali ini cenderung naik tipis menjadi 219.000, dari pekan sebelumnya sebesar 217.000.
Namun yang terpenting, data ini juga akan dipantau oleh pelaku pasar mengingat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengumumkan kebijakan suku bunga acuan terbarunya pada pertemuan 29 Januari mendatang.
Data tenaga kerja termasuk klaim pengangguran akan dicermati oleh pelaku pasar global, mengingat langkah The Fed yang kembali berubah dan mereka mengindikasikan tidak akan terburu-buru untuk memangkas suku bunga acuannya.