
Adu Penyaluran Kredit Mandiri-BRI-BCA-BNI : Siapa Paling Ekspansif?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan besar RI berhasil mengakselerasi positif penyaluran kredit. Rata-rata pertumbuhan juga sesuai target dengan risiko kredit terkendali.
Dari empat perbankan big caps di Tanah Air, perusahaan pelat merah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil mencatat pertumbuhan kredit paling pesat sebesar 22,7% secara tahunan (yoy) sampai periode November 2024. Capaian tersebut melampaui dengan guidance perusahaan di rentang 16%-18%
Sementara untuk dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 15% yoy. Menilai dari pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan kredit membuat Loan to Deposit Ratio (LDR) bank Mandiri mengetat jadi 93,9%. Meski begitu, risiko kredit masih terkendali, bahkan mencatat posisi terendah sepanjang sejarah tercermin dari Non Performing Loan (NPL) kisaran 1%.
Selanjutnya, ada bank swasta terbesar secara nasional PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat menjadi bank paling ekspansif ke-dua dalam menyalurkan kredit sampai November 2024 sebesar Rp 875,78 triliun, tumbuh 15,47% yoy, melampaui target manajemen di kisaran 10% - 12%.
Kenaikan kredit BBCA terbilang lebih tinggi dibandingkan DPK yang hanya tumbuh 3,5% yoy. Hal ini membuat LDR naik ke level 79%. Meski begitu, likuiditas BBCA ini terbilang paling ample dibandingkan big bank lain.
Posisi ketiga ada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan penyaluran kredit yang tumbuh 11% yoy, sesuai dengan guidance manajemen di rentang 10% - 12%. Sementara dana pihak ketiga mengikuti dengan tumbuh 7% yoy.
LDR bank BNI juga terpantau mengetat menjadi 94,4%, paling tinggi diantara tiga bank besar di RI.
Posisi terakhir, di tempati PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan pertumbuhan kredit 5% yoy sampai November 2024. Pertumbuhan ini terbilang paling landai sepanjang 2024 dan belum mencapai target perusahaan di kisaran 10% - 12%.
Namun, BBRI berhasil mencatat pertumbuhan DPK lebih tinggi sebesar 7% yoy. Realisasi ini kemudian membuat LDR bank BRI pada November 2024 melandai ke level 87,9%. Hal ini menunjukkan sikap manajemen yang lebih konservatif dalam menyalurkan kredit di tengah risiko tren higher for longer atau suku bunga tinggi yang bertahan lebih lama dan lebih mengutamakan perbaikan risiko kredit dan meningkatkan likuiditas.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)