318 Orang Tewas, 2024 Paling Maut Nyaris Separah 'Tahun Bencana Lion'

Emanuella B, CNBC Indonesia
01 January 2025 17:15
Firefighters take a look at the wreckage of the aircraft that crashed after it went off the runway, at Muan International Airport, in Muan, South Korea, December 31, 2024. REUTERS/Kim Hong-Ji
Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2024 menjadi tahun kelam bagi dunia penerbangan. Dua tragedi besar, yaitu kecelakaan Jeju Air di Korea Selatan dan jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines, mengakhiri rekor keselamatan yang sempat membaik dalam beberapa tahun terakhir.

Dilansir dari Japan Times, jumlah korban jiwa di sektor penerbangan melonjak menjadi 318 orang, tertinggi sejak 2018, ketika 557 orang meninggal dalam kecelakaan penerbangan komersial.

Salah satu insiden tragis dunia penerbangan pada tahun tersebut adalah jatuhnya pesawat Lion Air Boeing 737 Max di Laut Jawa, tak lama setelah lepas landas dari Jakarta, yang menewaskan seluruh 189 orang di dalamnya. 

Ada pula jatuhnya Saratov Airlines yang menelan 71 korban dan Cubana de Aviacion dengan 112 korban jiwa pada tahun 2018.

Tahun 2024 juga menjadi pertama kalinya sejak 2018 jumlah korban kecelakaan penerbangan melebihi 300 jiwa.

Tragedi Jeju Air menjadi sorotan utama. Pesawat Boeing 737-800 milik maskapai tersebut gagal mendarat di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan. Pesawat meluncur tanpa roda pendaratan dan menghantam tembok beton, lalu terbakar hebat. Dari 181 penumpang dan kru, hanya dua yang selamat. Insiden ini menandai kecelakaan penerbangan sipil terburuk dalam sejarah Korea Selatan.

Kejadian bermula ketika pilot melaporkan bird strike sebelum mendeklarasikan mayday dan mencoba mendarat dari arah berlawanan. Namun, berbagai pertanyaan muncul: Mengapa roda pendaratan tidak terbuka? Mengapa flap tidak digunakan untuk memperlambat pesawat? Dugaan awal menyebut kerusakan mesin akibat bird strike mungkin memengaruhi sistem pesawat secara keseluruhan, tetapi investigasi masih berlangsung.

Tahun ini juga diwarnai insiden lain yang menambah daftar kelam. Di Januari, pesawat Japan Airlines bertabrakan dengan pesawat penjaga pantai di Tokyo, menewaskan lima orang. Juli menyaksikan jatuhnya Saurya Airlines di Nepal dengan korban 18 jiwa, sementara Agustus membawa tragedi di Brasil ketika pesawat VoePass jatuh akibat cuaca ekstrem, merenggut 62 nyawa.

Konflik geopolitik pun menambah bumbu pahit. Pada Desember, pesawat Azerbaijan Airlines jatuh di Kazakhstan setelah diduga ditembak secara tidak sengaja oleh Rusia. Insiden ini menewaskan seluruh penumpang dan kru, mempertegas kompleksitas risiko yang dihadapi dunia penerbangan.

Padahal, 2023 sempat mencatatkan sejarah sebagai tahun teraman di dunia penerbangan, dengan nol korban jiwa di pesawat penumpang besar. Namun, tahun 2024 menjadi pengingat bahwa meski teknologi dan regulasi keselamatan terus berkembang, elemen ketidakpastian tetap sulit dihindari.

Optimisme tetap ada. Menurut Jan-Arwed Richter, pakar keselamatan penerbangan asal Jerman, 2024 mungkin akan dilihat sebagai anomali dalam tren jangka panjang. "Keselamatan penerbangan terus meningkat dari waktu ke waktu. Tahun ini akan menjadi pelajaran berharga untuk masa depan," katanya. Dunia penerbangan kini dihadapkan pada tantangan baru untuk memastikan langit tetap aman bagi semua penumpang.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation