Permintaan Dirmala Seret, Harga Batu Bara Dunia Ambles

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
31 December 2024 07:17
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia melemah setelah proyeksi Badan Energi Internasional (EIA) mengatakan permintaan emas hitam akan tergerus setelah mencapai puncaknya di 2024.

Berdasarkan data Barchart, harga batu bara dunia tecatat US$125,9 per ton, turun 0,3% dari posisi sebelumnya.

Permintaan global untuk batu bara diperkirakan akan stabil dalam beberapa tahun mendatang setelah mencapai puncaknya pada 2024, seiring lonjakan energi terbarukan yang membantu memenuhi kebutuhan listrik dunia yang terus meningkat, menurut laporan terbaru IEA.

Penggunaan batu bara global telah pulih dengan kuat setelah anjlok selama puncak pandemi. Permintaan batu bara diperkirakan naik menjadi 8,77 miliar ton pada 2024, angka tertinggi dalam sejarah.

Menurut laporan tersebut, permintaan ini akan tetap mendekati level tersebut hingga 2027, karena energi terbarukan memainkan peran lebih besar dalam pembangkitan listrik, dan konsumsi batu bara di China mulai stabil.

Sektor listrik di China sangat penting bagi pasar batu bara global, karena satu dari setiap tiga ton batu bara yang dikonsumsi di dunia digunakan di pembangkit listrik negara itu.

Pada 2024, China terus melakukan diversifikasi sektor listriknya, memajukan pembangunan pembangkit nuklir, dan mempercepat ekspansi besar-besaran kapasitas tenaga surya (solar PV) dan angin.

Menurut laporan tersebut, langkah-langkah ini akan membantu membatasi peningkatan konsumsi batu bara hingga 2027, meskipun terdapat sejumlah ketidakpastian utama dalam analisisnya.

"Penerapan teknologi energi bersih secara cepat sedang mengubah sektor listrik global, yang menyumbang dua pertiga dari penggunaan batu bara dunia. Akibatnya, model kami menunjukkan bahwa permintaan global untuk batu bara akan mendatar hingga 2027 meskipun konsumsi listrik meningkat tajam," kata Direktur Pasar dan Keamanan Energi IEA, Keisuke Sadamori.

"Namun, faktor cuaca - terutama di Tiongkok, konsumen batu bara terbesar dunia - akan memiliki dampak besar pada tren jangka pendek permintaan batu bara. Kecepatan pertumbuhan permintaan listrik juga akan sangat penting dalam jangka menengah," tambahnya.

Di sebagian besar negara maju, permintaan batu bara telah mencapai puncaknya dan diperkirakan terus menurun hingga 2027. Laju penurunan ini akan sangat bergantung pada penerapan kebijakan yang kuat, seperti yang diterapkan di Uni Eropa, serta ketersediaan sumber daya energi alternatif, termasuk gas alam murah di Amerika Serikat dan Kanada.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation