Move On dari 2024! Intip Proyeksi Laju Emas Dunia 2025

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
30 December 2024 06:20
Negara Ini Singkirkan China Jadi Pembeli Emas Terbesar Dunia
Foto: Infografis/ Negara Ini Singkirkan China Jadi Pembeli Emas Terbesar Dunia/ Ilham Restu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot menguat tipis di hari jelang tutup tahun. Pada 2025, harga emas dunia diproyeksi akan melesat dan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa.

Berdasarkan data Refinitiv pada Senin (30/12/2024) pukul 6.00 WIB, harga emas di pasar spot tercatat US$2.621,14 atau naik 0,04% dari posisi sebelumnya.

Sepanjang pekan kemarin harga emas dunia terpantau stagnan dan memiliki kinerja stabil sepanjang pekan. Kinerja mingguan emas tercatat melemah tipis 0,03% saja. Pada Jumat (27/12/2024), harga emas ditutup di US$2.630,55 per troy ons.

Walaupun stagnan, optimisme harga emas pada 2025 tinggi. Beberapa analis bahkan memperkirakan emas dapat menembus level US$3.000 per troy ons pada pertengahan 2025, seiring dengan penguatan sentimen safe haven dan dukungan dari bank sentral.

Dengan harga emas yang telah melonjak 27% sepanjang 2024, logam mulia ini diproyeksikan akan terus menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakpastian global dan inflasi. 

Dilansir dari Reuters, imbal hasil obligasi AS saat ini berada di dekat level tertingginya dalam delapan bulan terakhir, menekan daya tarik emas sebagai aset tanpa imbal hasil. Indeks dolar AS juga menguat untuk minggu keempat berturut-turut, menambah tekanan pada logam mulia ini.

Namun, di tengah tekanan tersebut, sejumlah sentimen positif masih menopang harga emas. Konflik geopolitik, seperti ketegangan di Ukraina dan Timur Tengah, kembali meningkatkan permintaan aset safe haven. Selain itu, spekulasi pasar atas kebijakan fiskal Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang akan memulai masa jabatannya pada Januari 2025, memicu kekhawatiran akan potensi inflasi yang lebih tinggi di masa depan.

Zain Vawda, analis pasar dari OANDA, mencatat bahwa investor saat ini lebih memfokuskan pandangan ke prospek jangka panjang. "Tren sideways yang terlihat saat ini terutama disebabkan oleh likuiditas yang rendah, tetapi faktor geopolitik dan pembelian emas oleh bank sentral tetap menjadi katalis utama yang akan menopang harga emas di 2025," ujarnya.

Sementara itu, data terbaru dari SPDR Gold Trust menunjukkan bahwa kepemilikan emas di ETF terbesar dunia ini turun sebesar 0,03% pada Jumat (27/12/2024), mencerminkan kehati-hatian investor di tengah liburan. Namun, para analis tetap optimis bahwa tren positif emas dapat kembali terangkat oleh peningkatan ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter yang lebih akomodatif pada tahun depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation