Para pelaku pasar menantikan rilis suku bunga oleh para bank sentral di sisa pekan ini
Bank Indonesia dijadwalkan akan merilis kebijakan suku bunga hari ini
Kemudian disusul The Fed dan BoJ pada esok hari
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia harus bersiap pada tiga hari terakhir perdagangan pekan ini, sebab ada agenda padat dari Bank sentral yang akan mengumumkan keputusan suku bunga.
Mulai dari bank Indonesia yang siang ini akan mengumumkan kebijakan suku bunganya.
Selanjutnya ada bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed yang akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada Kamis dini hari (19/12/2024).
Kemudian akan disusul pengumuman suku bunga Bank Indonesia, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) dan bank sentral China.
Proyeksi dari kebijakan suku bunga bank sentral tersebut akan diulas di halaman tiga.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pun melemah seiring dengan agenda padat bank sentral.
IHSG ditutup ambruk 1,39% ke posisi 7.157,73 dan merosot ke level psikologis 7.100 pada perdagangan Selasa (17/12/2024).
Nilai transaksi indeks pada mencapai sekitar Rp11 triliun dengan melibatkan 18 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 157 saham naik, 441 saham turun, dan 188 saham stagnan.
Tercatat seluruh sektor berada di zona merah, dengan industri menjadi yang paling parah dan turut menjadi penekan IHSG terbesar yakni mencapai 2,32%. Sementara dari sisi saham, emiten perbankan raksasa kembali menjadi penekan utama IHSG pada sesi pertama perdagangan kemarin.
Senada dengan pasar saham, Mata Uang Garuda turut bernasib buruk. Rupiah terpuruk di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Selasa (17/12/2024).
Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan hari ini (17/12/2024) rupiah melemah hingga 0,41% ke level Rp16,060/US$.
Sepanjang sesi perdagangan, nilai tukar rupiah berfluktuasi hingga sentuh level Rp16.000/US$ dan terkuat di posisi Rp16,068/US$. Pelemahan ini adalah yang terdalam sejak 6 Agustus 2024 dengan sebelumnya berada pada posisi Rp16.160/US$.
Rata-rata Industri Dow Jones mencatatkan rekor bersejarah pada hari Selasa dengan penurunan selama sembilan hari berturut-turut, yang pertama sejak 1978.
Indeks 30 saham ini turun 267,58 poin atau 0,61% menjadi 43.449,90. S&P 500 kehilangan 0,39% dan ditutup pada 6.050,61, sementara Nasdaq Composite turun 0,32% menjadi 20.109,06.
Rentetan penurunan Dow dimulai sehari setelah indeks tersebut ditutup di atas 45.000 untuk pertama kalinya pada awal bulan ini. Fenomena ini terjadi di saat pasar yang lebih luas justru menunjukkan performa baik. S&P 500 mencapai level tertinggi baru pada 6 Desember dan saat ini hanya kurang dari 1% dari level tersebut. Sementara itu, Nasdaq mencatat rekor pada Senin.
Yang mendorong kerugian Dow adalah rotasi ke saham teknologi dan keluar dari beberapa saham "ekonomi lama" yang menguat pada November setelah terpilihnya kembali Donald Trump. Saham-saham tersebut mendominasi Dow, tidak seperti sektor teknologi.
Namun, hal yang aneh adalah Nvidia, anggota baru sektor teknologi di Dow yang bergabung pada November, juga mengalami kesulitan meskipun sektor teknologi baru-baru ini naik. Nvidia jatuh ke zona koreksi pada hari Senin.
Tesla naik lagi pada hari Selasa, sedangkan Broadcom turun 3,9%.
"Wall Street mulai menyadari bahwa kepresidenan Trump mungkin tidak sebaik yang diharapkan sebagian orang untuk saham," kata David Russell, kepala strategi pasar global di TradeStation. "Saham keuangan dan industri melonjak saat dia menang, tetapi sekarang mungkin harus menghadapi suku bunga yang lebih tinggi dan ketidakpastian perdagangan, sementara sektor kesehatan menghadapi risiko politik terbesar dalam ingatan baru-baru ini."
Sebagian kekhawatiran yang mendorong aksi ambil untung pada saham nonteknologi berpusat pada keputusan suku bunga Federal Reserve yang akan datang pada hari Rabu. Trader memperkirakan 95% kemungkinan penurunan suku bunga sebesar seperempat poin, menurut alat Fed Watch milik CME Group. Namun, ada kekhawatiran di kalangan investor dan ekonom bahwa bank sentral mungkin melakukan kesalahan, berisiko menciptakan gelembung pasar saham, atau memicu lebih banyak inflasi.
"Para pemburu kinerja Mag 7 melakukan sprint terakhir menuju akhir tahun 2024 sejauh ini di bulan Desember, meninggalkan sebagian besar saham di S&P 500 di pinggir lapangan dan menendang Dow ke tepi," kata Jeff Kilburg, CEO KKM Financial.
Angka penjualan ritel November yang lebih baik dari perkiraan ekonom diumumkan pada hari Selasa, menambah kekhawatiran bahwa Fed mungkin mengambil tindakan yang tidak perlu.
Siang ini para pelaku pasar menantikan apakah BI akan memangkas suku bunga atau BI ratenya atau kembali menahan suku bunganya. Adapun Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) diselenggarakan pada Selasa dan Rabu pekan ini (17-18 Desember 2024).
Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 15 lembaga/institusi mayoritas memproyeksikan bahwa BI akan memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 5,75%. Sedangkan sebagian lembaga lainnya atau sebanyak enam institusi memproyeksi bahwa BI akan kembali menahan suku bunganya di level 6%.
Sebelumnya pada November 2024 lalu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, keputusan tersebut ditempuh sebagai upaya BI untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global, seusai kembali terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Oleh karena itu, BI kembali menahan suku bunganya di level 6%.
Perry menjelaskan, keputusan BI Rate yang pada bulan lalu ditahan karena mempertimbangkan risiko perekonomian global yang semakin tinggi disertai dengan meningkatnya ketegangan geopolitik dan fragmentasi perdagangan, seusai Trump kembali menduduki kekuasaan tertinggi di AS.
Perkembangan politik di AS ia perkirakan akan diikuti dengan arah kebijakan fiskal lebih ekspansif dan strategi ekonomi berorientasi domestik (inward looking policy), termasuk penerapan tarif perdagangan yang tinggi dan kebijakan imigrasi yang ketat.
Menanti Langkah The Fed
The Federal Reserve (Fed) diperkirakan akan menurunkan suku bunga seperempat poin lagi, tepatnya pada 18 Desember 2024. Keputusan ini akan menandai pemotongan suku bunga tiga kali berturut-turut.
Adapun, semua kebijakan tersebut memangkas satu poin persentase penuh dari suku bunga dana federal sejak September lalu.
Sejauh ini, bank sentral AS tampaknya telah bergerak perlahan karena mereka mengkalibrasi ulang kebijakan setelah dengan cepat menaikkan suku bunga ketika inflasi mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun.
Berdasarkan perangkat Fedwatch, peluang penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan bulan ini adalah 95,4% untuk turun 25 basis poin menjadi 4,25%-4,5%.
Suku Bunga Pinjaman China
Dan pada akhir pekan, bank sentral China (PBoC) akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada periode Desember 2024. Sebelumnya pada periode November, China mempertahankan suku bunga acuan pinjamannya tidak berubah, sebuah langkah yang sangat dinanti-nantikan menyusul pemotongan tajam biaya pinjaman bulan lalu. Pemberi pinjaman utama China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman 1 tahun dan 5 tahun tetap pada 3,1% dan 3,6%.
Pada bulan Oktober, bank-bank China telah memangkas suku bunga sebagai bagian dari paket stimulus Beijing untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhan, sebuah langkah yang menekan margin keuntungan pemberi pinjaman yang sudah tertekan, membatasi ruang untuk pelonggaran lebih lanjut.
China juga akan merilis produksi industri China secara tahunan sejak periode Januari hingga November 2024. Sebelumnya terpantau produksi industri China hingga Oktober 2024 tercatat 5,8%. Angka tersebut bergerak stagnan dari periode September 2024 yang juga tercatat 5,8%.
Masih dalam hari yang sama, China juga akan merilis tingkat pengangguran periode November 2024. Sebelumnya tingkat pengangguran di China menurun pada periode Oktober 2024 sebesar 5%, dari 5,1% pada periode September 2024.
Selain itu juga terdapat rilis data penjualan ritel China periode November 2024. Sebelumnya penjualan ritel di China mengalami lonjakan pada periode Oktober menjadi 4,8% dari sebelumnya 3,2% dari periode September 2024.
Suku Bunga Jepang Diperkirakan Sama
Bank sentral Jepang dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada Kamis (19/12/2024).
Berdasarkan konsensus Trading Economics BoJ diperkirakan akan tetap menahan suku bunga di 0,25%.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
Neraca perdagangan, ekspor, dan impor Jepang pada November 2024, pukul 6.50 WIB