Banjir Pasokan dari China, HArga Batu Bara Global Anjlok 1,5%

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
17 December 2024 07:25
Pekerja membersihkan sisa-sisa batu bara yang berada di luar kapal tongkang pada saat bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). Pemerintah Indonesia berambisi untuk mengurangi besar-besaran konsumsi batu bara di dalam negeri, bahkan tak mustahil bila meninggalkannya sama sekali. Hal ini tak lain demi mencapai target netral karbon pada 2060 atau lebih cepat, seperti yang dikampanyekan banyak negara di dunia. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Aktivitas Bongkar Muat Batu Bara di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (22/11/2021). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara global ambles di tengah ancaman kelebihan kapasitas dari China. Pasar juga mencermati pengumuman kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve atau The Fed. 

Berdasarkan data Barchart harga batu bara acuan Newcastle dengan kontrak pengiriman Januari 2025 pada tercatat di US$128,75 per ton pada akhir perdagangan Senin (16/12/2024). Posisi tersebut anjlok 1,53% dari posisi sebelumnya.

Produksi batu bara China mencapai rekor tertinggi bulan lalu, menambah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan bahan bakar utama negara tersebut.

China menambang 428 juta ton batu bara mentah pada bulan November, naik 1,8% dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional pada hari Senin. Produksi domestiknya diperkirakan akan meningkat untuk tahun kedelapan berturut-turut pada tahun 2024.

Rekor produksi ini didorong oleh dorongan Beijing untuk menjaga keamanan energi. Pemerintah membuka kembali tambang-tambang yang sebelumnya ditutup dan mempercepat persetujuan tambang baru setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 yang meningkatkan biaya impor bahan bakar.

Namun, lonjakan pasokan domestik ini berhadapan dengan permintaan batu bara yang lemah akibat pemulihan ekonomi China yang tersendat. Harga batu bara di negara tersebut turun ke level terendah dalam lebih dari setahun pada Senin, sementara pertumbuhan pembangkit listrik juga melambat bulan lalu.

The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga seperempat poin lagi, tepatnya pada 18 Desember 2024. Keputusan ini akan menandai pemotongan suku bunga tiga kali berturut-turut.

Adapun, semua kebijakan tersebut memangkas satu poin persentase penuh dari suku bunga dana federal sejak September lalu.

Sejauh ini, bank sentral AS tampaknya telah bergerak perlahan karena mereka mengkalibrasi ulang kebijakan setelah dengan cepat menaikkan suku bunga ketika inflasi mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun.

Berdasarkan perangkat Fedwatch, peluang penurunan suku bunga The Fed pada pertemuan bulan ini adalah 95,4% untuk turun 25 basis poin menjadi 4,25%-4,5%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation