Polling CNBC Indonesia

Cuan Dagang RI Kini Bergantung ke Sawit, Bye Batu Bara?

mae, CNBC Indonesia
15 December 2024 19:00
Infografis,Perkembangan Ekspor & Impor Indonesia APRIL 2022*
Foto: Infografis/ Perkembangan Ekspor & Impor Indonesia/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan diproyeksi masih akan berlanjut pada November 2024. Namun, surplus diproyeksi akan menyusut karena tingginya impor.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode November 2024 pada Senin (16/12/2024).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada November 2024 akan mencapai US$2,21 miliar.

Surplus tersebut lebih rendah dibandingkan Oktober 2024 yang mencapai US$2,48 miliar.

Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 55 bulan beruntun sejak Mei 2020. Surplus membentang dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) - hingga Prabowo Subianto.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor masih akan tumbuh 6,07% (year on year/yoy) sementara impor juga naik 6,36% yoy pada November 2024.
Pada Oktober 2024, ekspor terbang 10,3% (yoy) dan impor melesat 17% (yoy).

Ekonom Bank Danamon Hosianna Situmorang memperkirakan surplus akan ditopang oleh harga minyak sawit mentah (CPO), emas, kopi, dan kakao.

"Surplus perdagangan diperkirakan masih berlanjut sejalan momentum harga dan permintaan untuk CPO, emas, cacao dan coffee yg masih cukup baik dari global sehingga hal ini mengcounter penurunan ekspor batu bara dan kelompok metal-mining golongan biji-besi," tutur Hosianna kepada CNBC Indonesia.

Dalam catatan Refinitiv, harga CPO memang melonjak cukup tajam. Rata-rata harga CPO pada November adalah MYR 4.904,05 per ton, melesat 12,31% (month to month/mtm) dan terbang 27% (yoy).


Sebaliknya, harga batu bara tercatat US$ 142,12 per ton atau turun 3,25% (mtm). Sebagai informasi, batu bara menyumbang sekitar 15% ekspor sementara CPO sekitar 11% dari total ekspor Indonesia.

Menurunnya ekspor batu bara disebabkan oleh menurunnya permintaan dari mitra dagang utama, terutama China. Impor China terkontraksi 3,9% (yoy) pada November, atau lebih dalam dibandingkan Oktober 2,3%.
Penurunan permintaan ekspor juga tercermin dari masih terkontraksinya PMI Indonesia.

Data Purchasing Managers' Index (PMI) menunjukkan PMI manufaktur Indonesia terkontraksi ke 49,6 pada November 2024. Angka ini lebih baik sedikit dibandingkan Oktober 2024 (49.2).

Data tersebut juga menunjukkan PMI Manufaktur Indonesia sudah mengalami kontraksi selama lima bulan beruntun yakni pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6)

S&P menjelaskan terkoreksinya PMI Indonesia karena terus melemahnya pesanan baru turun untuk bulan kelima berturut-turut, sementara lapangan kerja juga menurun.

Hosianna menambahkan impor memang masih akan cukup tinggi namun perkiraannya tidak setinggi impor di Oktober.

"Mengingat hal ini adalah faktor musiman dari persiapan konsumsi akhir tahun," imbuhnya.

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation