
Pemilik Logam Mulia Boleh Berpesta, Harga Emas Melesat Nyaris 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas terpantau kembali bergairah pada penutupan perdagangan Rabu (11/12/2024) kemarin, setelah angka inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) sesuai dengan ekspektasi pasar.
Merujuk data Refinitiv pada perdagangan kemarin, harga emas dunia ditutup melesat 0,9% di US$2.717,93 per troy ons.
Sementara pada perdagangan Kamis pagi hari ini (12/12/2024) sekitar pukul 06:00 WIB, emas cenderung turun tipis 0,05% ke US$2.716,64 per troy ons.
Harga emas kembali bergairah setelah dirilisnya data inflasi AS periode November 2024 yang pertumbuhannya sesuai dengan ekspektasi pasar.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tumbuh 2,7% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 2,6%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK AS pada November lalu tumbuh 0,3%, dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 0,2%.
Data IHK AS pada bulan lalu, baik secara tahunan dan bulanan sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya. Konsensus pasar Trading Economics sebelumnya memperkirakan IHK AS pada November tumbuh 2,7% yoy dan 0,3% mtm.
Adapun IHK, Tidak termasuk biaya pangan dan energi tumbuh 3,3% yoy pada November lalu, masih sama dengan periode Oktober lalu yang juga tumbuh 3,3% dan juga sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
Sedangkan IHK inti bulanan tumbuh 0,3% (mtm) pada November 2024, sama seperti pada Oktober 2024 yang juga tumbuh 0,3% dan angka IHK inti bulanan juga sudah sesuai dengan ekspektasi pasar.
"Harga emas naik karena asumsi bahwa data IHK yang datang jinak atau sesuai dengan ekspektasi, inflasi tidak naik lebih jauh tetapi tetap stabil akan memungkinkan The Fed untuk hampir pasti memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC berikutnya," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, dikutip dari Reuters.
Pasar berharap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menurunkan suku bunga acuan pinjaman jangka pendeknya sebesar seperempat poin persentase saat pertemuan terakhirnya di tahun ini yakni pada 18 Desember.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed pada pertemuan pekan depan nyaris mencapai 100%, yakni naik menjadi 98,6%, dari sebelumnya sekitar 86% pada Selasa kemarin.
Setelah pasar memantau data IHK AS, kini giliran mereka akan memantau data Indeks Harga Produsen (IHP) yang akan dirilis pada malam hari ini untuk kejelasan lebih lanjut tentang jalur penurunan suku bunga The Fed.
"Kami memperkirakan emas akan mencapai titik tertinggi baru pada 2025, dengan imbal hasil obligasi yang tinggi saat ini yang mereda sepanjang tahun dan risiko geopolitik tetap menjadi pendorong yang mendukung sentimen emas," kata Nitesh Shah, ahli strategi komoditas di WisdomTree, dilansir dari Reuters.
Emas, yang secara tradisional dianggap sebagai investasi yang aman selama masa ketidakpastian geopolitik, tumbuh subur ketika suku bunga rendah.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)