Manufaktur Asia Lesu, Harga Batu Bara Dunia Layu

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
04 December 2024 07:35
Sejumlah perahu tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (24/7/2024). Sungai Mahakam berfungsi sebagai jalur pengangkutan batu bara. Setiap hari di sungai ini dipadati tongkang yang membawa muatan batu bara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sejumlah perahu tongkang batu bara melintas di Sungai Mahakam, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (24/7/2024). Sungai Mahakam berfungsi sebagai jalur pengangkutan batu bara. Setiap hari di sungai ini dipadati tongkang yang membawa muatan batu bara. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara global melemah usai rilis data aktivitas manufaktur sejumlah negara di Asia, merupakan kawasan dengan permintaan batu bara terbesar di dunia.

Berdasarkan data Barchart pada perdagangan Selasa (3/12/2024) harga batu bara dunia tercatat US$135,1 per ton, turun 0,63% dari posisi kemarin.

Berdasarkan S&P Global per November 2024, headline PMI Manufaktur ASEAN berada di angka 50,8 atau sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 50,5. Meskipun demikian, negara dengan konsumsi batu bara besar di ASEAN masih mengalami kontrkasi.

PMI Manufaktur negara di ASEAN seperti Malaysia, Indonesia, dan Myanmar berada di zona kontraksi dengan nilai indeks masing-masing sebesar 49,2, 49,6, dan 49,8 pada periode November 2024.

PMI Manufaktur China yang merupakan mitra dagang Indonesia dalam perdagangan batu bara, tampak mengalami kenaikan yakni dari 50,3 menjadi 51,5.

Ini juga merupakan ekspansi tercepat dalam aktivitas pabrik sejak Juni, didorong oleh pertumbuhan pesanan asing terkuat sejak Februari 2023 dan kenaikan ekspor yang terbarukan. Selain itu, pertumbuhan output mempercepat, mencapai level tertinggi dalam lima bulan.

Tingkat pembelian dan persediaan pembelian meningkat seiring perusahaan membangun stok keamanan. Namun, jumlah pekerja menyusut untuk bulan ketiga meskipun laju penurunannya moderat, dan pekerjaan tertunda terakumulasi untuk bulan kedua. Waktu pengiriman stabil setelah memanjang selama lima bulan terakhir.

Di sisi harga, harga input naik paling tinggi dalam lima bulan, akibat kenaikan biaya bahan baku. Sementara itu, harga jual mencatatkan kenaikan tajam terbesar sejak Oktober 2023. Akhirnya, kepercayaan bisnis mencapai puncak 8 bulan berkat harapan akan kondisi ekonomi yang lebih baik dan kebijakan pemerintah yang mendukung.

Kenaikan PMI Manufaktur China ini menjadi hal yang positif bagi Indonesia yang merupakan mitra dagang, karena ketika aktivitas manufaktur di China membaik, maka diharapkan akan terjadi demand yang meningkat dan berujung pada nilai serta volume ekspor Indonesia ke China meningkat pula.

Hal ini terefleksi dari angka PMI Manufaktur Indonesia yang sedikit mengalami perbaikan yakni dari 49,2 menjadi 49,6 pada November 2024. Kendati mulai membaik, namun PMI Manufaktur Indonesia masih dalam kategori kontraksi lima bulan beruntun atau sejak Juli 2024.

Untuk diketahui, PMI manufaktur menggambarkan aktivitas industri pada sebuah negara. Bila aktivitas manufaktur masih kencang maka itu bisa menjadi pertanda jika permintaan masih tinggi sehingga ekonomi cerah.

Data PMI kerap digunakan untuk memahami ke mana arah ekonomi dan pasar serta mengungkap peluang ke depan. Oleh karena itu, negara dengan PMI Manufaktur lebih dari 50 dianggap memiliki industri/manufaktur yang berjalan dengan baik. 

Sementara jika nilai PMI Manufaktur kurang dari 50, maka aktivitas manufaktur sedang tidak baik atau dalam kategori kontraksi.

Jika manufaktur berjalan ekspansif, maka permintaan tenaga listrik akan bertambah. Sementara di Asia sumber tenaga listrik mayoritas berasal dari batu bara, sehingga dapat mengungkit harga global.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation