
Duh! Market Cap Bitcoin Lenyap Rp465 Triliun dalam Semalam

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai kapitalisasi pasar Bitcoin menguap US$29,28 miliar, setara Rp465 triliun dalam semalam (kurs=Rp15.900/US$), atau turun 1,6% menjadi US$1,83 triliun.
Merujuk dari CoinMarketCap pada Rabu (27/11/2024) pukul 11:00 WIB, pasar kripto mengalami pelemahan. Bitcoin turun 1,57% ke US$92.812.
Analis mencatat penurunan ini lebih disebabkan oleh aktivitas pemegang jangka panjang daripada faktor seperti exchange-traded funds (ETF) atau investor institusi.
"Saya melihat banyak orang bingung/frustrasi mengapa pembelian Bitcoin senilai $5 miliar oleh Saylor tidak menggerakkan harga naik-hal yang sama sering saya dengar tentang ETF setelah ada aliran besar. Data menunjukkan apa yang saya katakan selama ini: penyebabnya berasal dari pemegang jangka panjang," ungkap Eric Balchunas, analis ETF senior di Bloomberg.
Data on-chain mendukung analisis ini, dengan pemegang jangka panjang menjual 128.000 BTC, sementara ETF spot AS menyerap 90% tekanan jual tersebut. Kyle du Plessis, seorang trader kripto, mengatakan di platform X:
"Permintaan institusi yang kuat mendorong reli BTC, mendekatkannya ke ambang $100K."
Tren pasar yang lebih luas juga memberikan tekanan. Kenaikan tarif oleh Donald Trump terhadap China, Meksiko, dan Kanada telah memperkuat dolar AS, yang berdampak negatif pada Bitcoin dan pasar ekuitas. Altcoin seperti Ethereum, Solana, XRP, dan Dogecoin juga mengalami koreksi tajam, turun antara 5%-10% dalam 24 jam terakhir.
Meskipun koreksi terjadi, Bitcoin tetap berada dalam fase bullish. Data dari CryptoQuant menunjukkan metrik seperti Market Value to Realized Value (MVRV) dan Puell Multiple masih mendukung potensi kenaikan.
Rasio leverage di seluruh bursa tercatat di angka 0,24, tertinggi sejak Agustus 2023, menunjukkan potensi kebutuhan deleveraging. Namun, akumulasi oleh pemegang besar tetap berlanjut, memperkuat prospek jangka panjang.
Santiment melaporkan bahwa dompet yang memegang setidaknya 10 BTC telah menambah 63.922 koin pada November, senilai sekitar US$6,06 miliar. Mereka mencatat bahwa penurunan harga kemungkinan hanya sementara jika pemegang besar ini mempertahankan posisi mereka.
Analis Ali Martinez juga menyoroti bahwa indikator Relative Strength Index (RSI) menunjukkan bullish divergence, yang mengisyaratkan kemungkinan rebound ke kisaran US$95.000-US$$96.000 dalam waktu dekat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)