
Harga Batu Bara Langsung Adem Karena Israel-Hizbullah Tak Lagi Panas

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara melandai sejalan dengan melemahnya harga minyak dunia setelah kaabr gencatan senjata Israel-Hizbullah serta proyeksi melemahnya permintaan gas selama musim dingin tahun ini.
Dilansir dari Refinitiv, harga kontrak batu bara Desember acuan ICE Newcastle pada perdagangan Senin (25/11/2024) alami depresiasi sebesar 1,3% ke angka US$140,9 per ton. .
Harga batu bara melandai mengikuti pergerakan harga energi lainnya, terutama minyak dunia. Harga minyak dunia brent jatuh 2,9% sementara harga minyak WTI ambruk 3% lebih pada perdagangan kemarin, Senin (25/11/2024).
Pelemahan ini disebabkan oleh rencana gencatan senjata Israel-Hizbullah. Gencatan senjata akan mengurangi risiko ketidakpastian yang selama ini menjadi penopang bagi harga energi di pasar global, termasuk minyak dan batu bara.
Batu bara adalah komoditas pengganti bagi minyak sehingga harganya saling mempengaruhi.
Seperti diketahui,Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan mengumumkan gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel dalam waktu 36 jam.
Rencana yang dibocorkan oleh empat sumber senior Lebanon ini ini dianggap sebagai terobosan diplomatik penting setelah konflik panjang yang telah menelan ribuan korban jiwa.
Juru bicara keamanan nasional John Kirby menyatakan bahwa kesepakatan semakin dekat, meskipun masih ada beberapa langkah yang harus diambil.
"Kami sangat mendorong agar ini segera tercapai," kata Kirby, dilansir Reuters, Selasa (26/11/2024).
Kantor kepresidenan Prancis juga mengonfirmasi kemajuan signifikan dalam negosiasi.Sementara itu, kabinet Israel akan mengadakan pertemuan pada Selasa untuk menyetujui kesepakatan tersebut.
"Pertemuan ini bertujuan untuk memberikan persetujuan pada teks perjanjian," kata seorang pejabat senior Israel.
Melemahnya harga batu bara juga disebabkan oleh proyeksi melemahnya permintaan gas di Eropa selama musim dingin tahun ini karena suhu yang leih bersahabat.
Eropa diperkirakan akan mengurangi penggunaan gas untuk pembangkit listrik tahun ini. Data S&P global menunjukkan lima pasar listrik terbesar akan mengalami penurunan permintaan gas sebesar 6% dibandingkan dengan musim dingin lalu (Oktober 2023 hingga Maret 2024).
Data menunjukkan permintaan gas untuk pembangkitan di Jerman, Inggris, Prancis, Spanyol, dan Italia rata-rata 31,3 GW musim dingin ini, dibandingkan dengan 33,1 GW musim dingin lalu.
Batu bara adalah komoditas substitusi bagi gas sehingga harganya saling mempengaruhi. Kendati demikian, harga gas Eropa masih stagnan kemarin karena pelaku pasar juga masih menunggu mengenai ramalan cuaca terbaru.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)