Harga Batu Bara Akhirnya Naik Setelah Tersungkur 3 Hari

Emanuella B, CNBC Indonesia
15 November 2024 07:20
Pemerintah China menutup jalan raya dan sekolah di sejumlah kota karena polusi udara akibat asap batu bara pada Jumat (5/11). REUTERS/Jianan Yu
Foto: Pemerintah China menutup jalan raya dan sekolah di sejumlah kota karena polusi udara akibat asap batu bara pada Jumat (5/11). REUTERS/Jianan Yu

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya naik setelah melemah tiga hari beruntun. Harga penutupan batu bara di pasar berjangka tercatat US$142,4 per ton pada Kamis (14/11/2024). Harganya naik 0,35% dibandingkan dengan harga penutupan sehari sebelumnya, yang berada di US$141,9 per ton.

Fluktuasi harga batu bara pada minggu ini menunjukkan pergerakan yang cukup stabil, meskipun ada beberapa dinamika yang memengaruhi pasar global. Sejak awal bulan, harga batu bara berusaha bertahan di kisaran harga US$142 hingga US$144 per ton, mencatatkan sedikit penurunan pada 13 November namun kembali bangkit pada penutupan 14 November.

 

Beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga batu bara antara lain adalah permintaan energi global yang terus meningkat, terutama di sektor industri dan pembangkit listrik. Sebagai contoh, laporan dari U.S. Energy Information Administration (EIA) yang mengungkapkan proyeksi konsumsi listrik di Amerika Serikat akan mencapai puncak tertinggi sepanjang sejarah pada tahun 2024 dan 2025, turut memberikan dampak pada permintaan energi global, yang secara tidak langsung mempengaruhi harga batu bara.

Di sisi lain, penutupan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara di beberapa negara, seperti Inggris yang baru saja menutup pembangkit terakhirnya, turut mendorong transisi energi yang mengurangi ketergantungan pada batu bara dalam jangka panjang.

Namun, meskipun ada tekanan untuk mengurangi penggunaan batu bara, permintaan dari negara-negara dengan kebutuhan energi tinggi seperti China dan India tetap memberikan dorongan bagi harga batu bara.


Melihat pergerakan harga batu bara saat ini, para analis memperkirakan bahwa harga batu bara masih akan menghadapi volatilitas seiring dengan ketidakpastian di pasar energi global. Kondisi ini dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik, kebijakan energi di berbagai negara, serta upaya transisi ke energi terbarukan yang semakin masif.

Sebagai catatan, EIA (Energy Information Administration) memproyeksikan konsumsi batu bara global akan menurun sebesar 1-2% pada tahun 2025, seiring dengan pergeseran besar-besaran menuju energi terbarukan dan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation