Breaking News

Teror Trump Menggila! Harga Emas Ambrol, ke Level Terendah 2 Bulan

Emanuella B, CNBC Indonesia
13 November 2024 06:20
Emas
Foto: Pexels

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia ambruk mendekati level terendah dalam dua bulan terakhir di tengah penguatan signifikan dolar Amerika Serikat (AS), wait and see investor menunggu data inflasi AS.optimisme pertumbuhan ekonomi setelah pemilihan ulang Presiden Donald Trump. Penurunan ini menjadi tren yang membuat investor emas was-was, terutama di tengah ekspektasi kebijakan inflasi baru di AS.

Pada perdagangan Selasa (12/11/2024), harga emas spot turun 0,8% ke level US$ 2.599,34 per troy ons setelah menyentuh level terendah sejak 20 September atau hampir dua bulan.
Emas bahkan ambruk dalam tiga hari perdagangan beruntun dengan pelemahan mencapai 4%. Artinya, harga emas hanya sekali menguat setelah Trump memenangi pemilu pada 6 November lalu.

Harga emas belum membaik pada hari ini, Rabu (13/11/2024), di mana pada pukul 06.08 WIB, harganya masih melemah 0,04% ke posisi US$ 2.598,2 per troy ons.


Penguatan dolar AS menjadi faktor kunci di balik lemahnya harga emas. Indeks Dolar AS (DXY) kembali menunjukkan kekuatannya, naik signifikan dalam beberapa hari terakhir.

Indeks dolar ditutup di posisi 105,54 atau level tertinggi sejak awal Juli 2024 atau lebih dari empat bulan. Indeks bahkan sempat menyentuh 106,2 yang menjadi rekor tertinggi dalam dua tahun.

Indeks dolar naik ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir, membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Kenaikan imbal hasil US Treasury juga berkontribusi pada kondisi ini, seiring pasar memproyeksikan pertumbuhan lebih kuat di bawah kepemimpinan Trump.

Dilansir dari Reuters ,analis memprediksi emas akan kembali pulih dalam jangka panjang, terutama dengan ekspektasi inflasi yang meningkat. Daniel Pavilonis dari RJO Futures menyatakan,

"Ini hanya pergerakan korektif dalam tren bullish jangka panjang. Jika gelombang inflasi berikutnya datang, harga emas akan terdorong naik." tuturnya dikutip dari Reuters.

Namun, saat ini sentimen pasar lebih condong pada aset berisiko seperti saham, mengikuti sentimen "Trump trade" yang optimistis. Dengan data Consumer Price Index (CPI) AS yang akan dirilis hari ini Rabu (13/11/2024), investor sedang menanti sinyal baru dari Federal Reserve mengenai arah kebijakan moneter selanjutnya. Ekspektasi pasar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga pada Desember juga menurun dari 80% menjadi 59% sejak hasil pemilu diumumkan.

Carsten Menke dari Julius Baer menambahkan bahwa bank sentral di negara-negara berkembang mungkin akan tetap melihat emas sebagai instrumen lindung nilai jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.

Meskipun emas saat ini sedang tertekan, level support di sekitar US$ 2.600 diperkirakan bisa menahan penurunan lebih lanjut. Pada kondisi inflasi tinggi dan ketidakpastian kebijakan, emas masih dianggap sebagai aset pelindung nilai yang kuat.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation