
Permintaan Loyo, Harga Batu Bara Tergelincir 5 Hari Beruntun!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah lima hari beruntun harga batu bara acuan dunia tergelincir ke zona merah. Hal ini seiring dengan penggunaan energi ramah lingkungan semakin meningkat dan prospek permintaan yang mendatar tahun depan.
Melansir Refinitiv, harga batu bara ICE Newscastle kontrak November pada penutupan perdagangan kemarin Selasa (5/11/2024) melemah 0,69% ke posisi US$ 143,9 per ton.
Harga batu bara yang loyo berhari-hari di tengarai prospek permintaan melemah sejalan dengan perkembangan pesar energi batu terbarukan (EBT).
Melansir laporan IEA untuk update coal market trends worldwide menyebutkan di India, pertumbuhan permintaan batu bara akan melambat pada paruh kedua tahun 2024 karena kondisi cuaca kembali ke rata-rata musiman.
Pada paruh pertama tahun ini, konsumsi batu bara India meningkat tajam sebagai akibat dari rendahnya produksi tenaga air dan peningkatan besar dalam permintaan listrik karena gelombang panas yang ekstrem dan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Sementara, permintaan batu bara di Eropa terus berlanjut pada tren penurunan yang dimulai pada akhir tahun 2000-an, sebagian besar disebabkan oleh upaya pengurangan emisi dalam pembangkitan listrik.
Setelah turun lebih dari 25% pada 2023, pembangkit listrik tenaga batu bara di Uni Eropa diperkirakan akan turun hampir sama lagi tahun ini. Penggunaan batu bara juga telah mengalami kontraksi signifikan di Amerika Serikat (AS)dalam beberapa tahun terakhir, tetapi permintaan listrik yang lebih kuat dan lebih sedikit peralihan dari batu bara ke gas alam mengancam akan memperlambat tren ini pada 2024.
Jepang dan Korea juga terus mengurangi ketergantungan mereka pada batu bara, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat daripada Eropa.
Melansir Iea.org, Keisuke Sadamori, Direktur Pasar Energi dan Keamanan IEA mengatakan "Analisis kami menunjukkan bahwa permintaan batu bara global kemungkinan akan tetap datar hingga tahun 2025, berdasarkan pengaturan kebijakan dan tren pasar saat ini" ungkapnya.
Keisuke melanjutkan "Penerapan tenaga surya dan angin yang terus berlanjut, dikombinasikan dengan pemulihan tenaga air di Tiongkok, memberikan tekanan signifikan pada penggunaan batu bara"
Sementara dari sisi pasokan, produksi batu bara global diperkirakan akan sedikit menurun pada 2024 setelah pertumbuhan yang stabil pada tahun sebelumnya. Pada 2024, produksi batu bara di Tiongkok mengalami moderasi setelah dua tahun pertumbuhan yang mengejutkan.
Di India, dorongan untuk meningkatkan produksi batu bara masih terus berlanjut, dengan peningkatan pasokan sekitar 10% yang diharapkan pada 2024. Di negara-negara maju, produksi batu bara menurun, yang secara umum mencerminkan permintaan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)