Was-was Menanti Ekonomi China, Harga Batu Bara Dunia Loyo

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
18 October 2024 07:35
Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Aktivitas pertambangan batubara milik Bayan Resources di Tabang/Pakar, Kalimantan, Jumat (17/11/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia melemah karena para pelaku pasar menantikan data ekonomi China, konsumen terbesar batu bara di dunia.

Berdasarkan data Refinitiv pada perdagangan Kamis (17/10/2024) harga batu bara acuan Newcastle melemah p,14% ke US$145,75 per ton.

Para pelaku pasar mencermati China akan merilis pertumbuhannya untuk kuartal III-2024 pada Jumat (18/10/2024).

Produk domestik bruto (PDB) diperkirakan naik 4,5% pada kuartal ketiga dari tahun sebelumnya, melambat dari 4,7% pada kuartal kedua dan mencapai yang terlemah sejak kuartal pertama 2023, menurut jajak pendapat yang dilakukan antara 27 September dan 15 Oktober.

Kemudian, ekonomi China kemungkinan tumbuh 4,8% pada tahun 2024, lebih rendah dari target pemerintah, dan pertumbuhan dapat menurun lebih jauh hingga 4,5% pada tahun 2025, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan, mempertahankan tekanan pada para pembuat kebijakan saat mereka mempertimbangkan lebih banyak tindakan stimulus.

Sebelumnya pada kuartal II-2024 tercatat bahwa ekonominya tumbuh 4,7% year on year/yoy. Ini adalah peningkatan tahunan terlemah sejak kuartal I-2023, di tengah penurunan sektor properti yang berkepanjangan, permintaan domestik yang lemah, melemahnya yuan, dan ketegangan perdagangan dengan Barat.

Angka terbaru ini muncul saat partai komunis memulai Pleno Ketiga, sebuah peristiwa politik penting di mana berbagai langkah reformasi kemungkinan akan diluncurkan, bersama dengan rekomendasi untuk tindakan dukungan lebih lanjut guna mempercepat pemulihan. Ekonomi tumbuh sebesar 5,0% selama paruh pertama tahun ini, sementara pemerintah menargetkan pertumbuhan PDB sekitar 5,0% tahun ini.

China mungkin menghimpun tambahan 6 triliun yuan (US$850 miliar) dari obligasi pemerintah khusus selama tiga tahun guna merangsang ekonomi yang sedang lesu.

Laporan Caixin Global, yang mengutip sumber yang memiliki pengetahuan tentang masalah ini, muncul setelah Menteri Keuangan Lan Foan pada hari Sabtu mengatakan pemerintah China akan "menambah secara signifikan" utang, meskipun tidak adanya rincian tentang ukuran dan waktu tindakan fiskal tersebut mengecewakan sebagian pelaku pasar.

Besarnya paket fiskal yang diharapkan telah menjadi bahan spekulasi yang intens di pasar keuangan. Saham-saham China mencapai titik tertinggi dalam dua tahun awal bulan ini karena berita tentang stimulus tersebut, sebelum turun karena tidak adanya rincian resmi.

(ras/ras)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation