
Pesta Berakhir, Harga Batu Bara Ambruk 1% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara memutus tren penguatan selama tiga hari beruntun. Hal ini terjadi bersamaan dengan salah satu perusahaan pertambangan di India yang berencana beralih ke energi terbarukan.
Dilansir dari Refinitiv, harga kontrak batu bara November acuan ICE Newcastle pada perdagangan Selasa (8/10/2024) alami depresiasi sebesar 1,44% ke angka US$150,8 per ton. Posisi ini mematahkan tren penguatan harga batu bara selama tiga hari beruntun. Harga batu bara bahkan kembali menembus US$ 150 setelah penguatan tiga hari beruntun.
Dikutip dari Kitco, perusahaan pertambangan India, Hindustan Zinc, berencana untuk beralih ke energi terbarukan untuk mendukung operasionalnya dalam lima hingga tujuh tahun ke depan, kata ketua Priya Agarwal kepada Reuters pada Selasa.
"Kami masih memiliki banyak thermal captive (pembangkit listrik). Itu tidak akan ditutup besok. Itu akan berlanjut untuk beberapa waktu, tetapi kami sangat berkomitmen untuk memastikan bahwa transisi ini berhasil dilakukan seiring waktu," kata Agarwal di FT Energy Transition Summit India di New Delhi.
Lebih dari 90% emisi perusahaan berasal dari energi thermal, kata Agarwal. Hindustan Zinc memiliki kapasitas pembangkit listrik thermal captive sebesar 514 megawatt.
India berusaha untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan meningkatkan proporsi bahan bakar non-fosil dalam pembangkitan listrik. Namun, pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi membela ketergantungan domestik pada batubara, mengingat kebutuhan energi yang semakin meningkat di negara dengan populasi terbesar di dunia.
Hindustan Zinc dimiliki mayoritas oleh konglomerat logam hingga minyak, Vedanta Ltd, yang pada gilirannya dikendalikan oleh Vedanta Resources yang berbasis di Inggris. Pemerintah India memegang sebagian besar sisa saham Hindustan Zinc.
Pada bulan Mei, CEO divisi aluminium Vedanta Ltd mengatakan kepada Reuters bahwa perusahaan tidak akan lagi menambah kapasitas berbasis batubara.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)