Lika-Liku Saham Prajogo Pangestu BREN: Terbang 1.000% - Ditendang FTSE

Tim Riset, CNBC Indonesia
25 September 2024 11:20
Barito Renewables Energy. (Dok: BNI Sekuritas)
Foto: Barito Renewables Energy. (Dok: BNI Sekuritas)

Jakarta, CNBC Indonesia -  Saham energi terbarukan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sempat tercatat mengalami kejatuhan hingga 48% sejak Jumat (20/9/2024) bahkan terkena Auto Rejection Bawah (ARB). BREN akhirnya berhasil menguat pada perdagangan kemarin Selasa (24/9/2024), dengan mencatatkan penguatan 2,12% di level Rp7.225 per lembar saham.

Serba-serbi perjalanan saham milik salah satu orang terkaya Indonesia, Prajogo Pangestu, kini menjadi sorotan.

1. Masalah Free Float

Harga saham BREN anjlok parah usai FTSE mengeluarkan saham tersebut dalam perhitungan indeksnya. FTSE Russel pada akhir pekan lalu menyatakan untuk mengeluarkan saham BREN dari FTSE Global Equity Index karena empat pemegang sahamnya menguasai 95% saham. Adapun salah satu syarat perusahaan publik masuk FTSE Global Equity Index adalah memiliki jumlah saham beredar (free float) di atas 5%.

Akan tetapi, dalam keterangan resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (24/9/2024), Otoritas bursa tersebut memperlihatkan dalam Lampiran Pengumuman BEI No. Peng-00193/BEI.POP/09-2024 tanggal 24 September 2024 bahwa saham BREN memiliki rasio free float 11,73%.

Jumlah free float saham BREN tersebut diungkapkan BEI dalam hasil laporan evaluasi minor atas indeks harga saham gabungan (IHSG) yang akan berlaku efektif pada 1 Oktober 2024 sampai dengan 31 Desember 2024.

BEI juga menyebutkan bahwa jumlah saham BREN untuk perhitungan IHSG setelah evaluasi sebanyak 15,69 miliar. Bobot BREN terhadap IHSG mencapai 4,25%, dan rasio free float BREN sebesar 11,73%.

Sebelumnya, manajemen Barito Renewables Energy menyebut informasi mengenai empat pemegang saham telah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasar prospektus initial public offering (IPO) pada 2023 dan data harian per 19 September 2024.

Porsi kepemilikan saham empat investor utama perseroan tercatat sebesar 95,97%. Rinciannya, Barito Pacific (BRPT) 64,666%, Green Era Energy Pte. Ltd. 23,603%, Jupiter Tiger Holdings 3,941%, dan Prime Hill Funds 3,761%.

Adapun saham free float 15,60 miliar atau 11,66%. Bila dibandingkan saat penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), jumlah saham free float tersebut tidak mengalami banyak perubahan, yakni 15,69 miliar helai alias 11,73%.

Sementara menurut Peraturan Bursa Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat (Peraturan No. I-A), perusahaan tercatat wajib memenuhi ketentuan free float sebesar 7,5% dari jumlah saham yang tercatat.

2. Kinerja Keuangan Tak Sejalan dengan Harga Saham

Pada saat IPO harga saham BREN ditawarkan sebesar Rp780 per lembar saham. Jika melihat harga tertinggi yang pernah dicapai BREN di level Rp12.200, maka kenaikan harga saham BREN mencapai 1.464%.

Hal ini tak sejalan dengan kenaikan kinerja keuangan BREN.

Mengutip laporan keuangan perusahaan, laba bersih PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) tercatat naik tipis 0,5% pada semester I 2024 menjadi US$57,93 juta, dibandingkan US$57,64 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Meskipun mencatatkan pertumbuhan laba bersih, pendapatan pada semester I 2024 mengalami penurunan. Per Juni 2024 pendapatan BREN tercatat sebesar US$290 juta, turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$296,9 juta.

Kemudian, beban depresiasi dan amortasi mencatatkan kenaikan menjadi US$36,9 juta pada semester I 2024, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya US$36,7 juta.

Beban keuangan juga meningkat menjadi US$67,9 juta pada semester I 2024, dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar US$66,7 juta. Kemudian terdapat beban konsultasi dan teknisi US$6,96 juta, tunjangan produksi ke PGEO sebesar US$8,41 juta, serta beban keuangan sebesar US$67,92 juta.

Adapun, total aset BREN per Juni tercatat sebesar US$3,7 miliar atau meningkat dibandingkan periode Desember 2023 sebesar US$3,5 miliar. Sementara itu, liabilitas atau utang meningkat menjadi US$3 miliar per semester I 2024, dibandingkan periode Desember 2023 sebesar US$2,8 miliar.

3. Asing Masih Buang Barang

Dalam sepekan, net foreign sell di semua pasar tercatat sebesar Rp1,94 triliun, sementara net foreign buy tercatat Rp1,07 triliun.

4. Valuasi Premium

Valuasi BREN dinilai sudah terlalu mahal, dimana Price Book Value (PBV) di angka 121,54. Hal ini berarti para investor harus membayar 121 kali lebih mahal dari harga kewajarannya yang senilai Rp59 per lembar saham.

Secara sektoral, Price Earning Ratio (PER) tercatat di angka 505,73. Sementara dalam industri energi terbarukan PER rata-rata industri ada di angka 15. Sehingga secara valuasi industri, harga saham BREN sudah mahal sangat mahal.


CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation