
Harga Gas Alam Meroket, Harga Batu Bara Dunia Anjlok 2,4%

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara dunia jatuh kala harga gas dunia menguat. Batu bara dan gas alam adalah barang substitusi sehingga memiliki hubungan negatif.
Berdasarkan data Refintiv pada perdagangan Rabu (29/8/2024) harga batu bara acuan Newcastle tercatat US$144 per ton, anjlok 2,37% dibandingkan posisi kemarin.
Harga gas alam untuk kontrak September pulih dari posisi terendah terdekat selama 4 bulan pada hari Rabu dan ditutup lebih tinggi.
Aksi short covering terjadi di pasar gas alam pada hari Rabu ketika peramal cuaca Atmospheric G2 mengabarkan bahwa prakiraan terbaru menunjukkan sebagian besar wilayah AS akan mengalami pemanasan pada 2-6 September, yang akan meningkatkan permintaan gas alam dari penyedia listrik untuk menjalankan pendingin udara.
Selama seminggu terakhir, harga gas alam berada di bawah tekanan dan mencapai posisi terendah selama 4 bulan pada hari Rabu karena pasokan yang melimpah dan prakiraan cuaca sedang yang akan mengurangi permintaan gas alam. Pasokan gas alam AS per 16 Agustus adalah 12,6% di atas rata-rata 5 tahunnya.
Produksi gas kering di Lower-48 pada hari Rabu tercatat sebesar 102,1 bcf/hari (+0,5% y/y), menurut BNEF. Permintaan gas di Lower-48 pada hari Rabu adalah 80,3 bcf/hari (+5,4% y/y), menurut BNEF. Aliran bersih LNG ke terminal ekspor LNG AS pada hari Rabu adalah 12,8 bcf/hari (-2,7% w/w), menurut BNEF.
Penurunan output listrik di AS berdampak negatif pada permintaan gas alam dari penyedia utilitas. Edison Electric Institute melaporkan pada hari Rabu bahwa total output listrik AS dalam minggu yang berakhir pada 24 Agustus turun -7,76% y/y menjadi 88.308 GWh (gigawatt jam), meskipun output listrik AS dalam periode 52 minggu yang berakhir pada 24 Agustus naik +1,65% y/y menjadi 4.143.350 GWh.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras)