RI Bisa Raup Durian Runtuh Rp300 T dari Rumput Laut, Begini Caranya

Emanuella Bungasmara Ega Tirta, CNBC Indonesia
28 August 2024 17:05
Kampung budidaya rumput laut di Mamolo, Nunukan Selatan. (Instagram @kkpgoid)
Foto: Kampung budidaya rumput laut di Mamolo, Nunukan Selatan. (Instagram @kkpgoid)

Jakarta, CNBC Indonesia- Dalam lanskap ekonomi Indonesia yang tengah menggeliat, program hilirisasi menjadi salah satu strategi unggulan pemerintah. Tak hanya pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), tapi juga disiapkan jadi program unggulan di pemerintahan berikut yang akan dipimpin Presiden Terpilih Prabowo Subianto. 

Hal itu terlihat dari rancangan RAPBN 2025 yang diungkapkan Jokowi pada saat menyampaikan Pidato Pengantar RAPBN 2025 dan Nota Keuangannya di Gedung DPR/MPR RI, Jakarta, Jumat (16/08/2024). Dia membeberkan strategi jangka menengah ekonomi RI untuk mempercepat transformasi ekonomi menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Salah satunya, kata Jokowi, penguatan hilirisasi dan transformasi hijau untuk meningkatkan aktivitas ekonomi yang bernilai tambah tinggi, yang rendah emisi, dan berorientasi ekspor.

Salah satu komoditas yang akan dikembangkan lewat program ini adalah rumput laut.

Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi pun pernah mengatakan, hilirisasi rumput laut dapat menyaingi hilirisasi nikel dan menjadi penopang ekspor Indonesia. Hal itu disampaikannya dalam Seminar Seaweed Industry dan Launching International Tropical Seaweed Research Center pada Rabu (22/5/2024).

Luhut menegaskan keyakinannya, rumput laut bisa menjadi tulang punggung ekonomi baru yang mengincar ekspor sebesar Rp304 triliun pada tahun 2033.

Bahkan, Luhut mengaku telah menyampaikan rencana besar hilirisasi rumput laut itu kepada Presiden Terpilih Prabowo Subianto.

"Kita mau bikin ini (hilirisasi rumput laut jadi PSN), karena ini menurut hitungan tim riset saya, kalau ini kita bikin 1,2 juta hektare secara bertahap itu kita bisa mempekerjakan langsung hampir 1 juta orang, apalagi yang tidak langsung, bisa berapa banyak (pekerjanya)," kata Luhut saat ditemui di Hotel Merusaka Nusa Dua, Bali, Rabu (22/5/2024).

"Kami sudah laporkan pada presiden terpilih. Beliau juga dengan cepat respons, karena beliau komitmen untuk meneruskan. Gampang itu nanti (di pemerintahan Prabowo) kita dampingi. (Karena) ini strategis, lah kan menciptakan lapangan kerja jutaan gitu ya,"kata Luhut.

Lantas, bagaimana sebenarnya potensi hilirisasi rumput laut RI?

Gambaran Sumber Daya Rumput Laut Indonesia

Potensi Besar Hilirisasi 

Hilirisasi rumput laut dipandang memiliki potensi yang sangat besar. Luhut menyebutkan, hilirisasi tidak hanya menghasilkan produk bernilai tambah seperti biostimulan, bioplastik, dan biofuel, tetapi juga berkontribusi signifikan pada ketahanan pangan dan pengurangan impor bahan pangan tertentu seperti gandum.

Dengan masa panen yang singkat, hanya sekitar 35-40 hari, dan kondisi alam Indonesia yang mendukung budidaya sepanjang tahun, pengembangan rumput laut ini diyakini akan memberikan dampak positif besar bagi ekonomi pesisir dan penyerapan tenaga kerja di wilayah pantai.

China Pasar Utama

Ekspor rumput laut Indonesia menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor rumput laut pada tahun 2023 mencapai 251.071,5 ton, meningkat dari 237.270,8 ton pada tahun 2022. Nilai ekspornya juga mengalami lonjakan signifikan, mencapai US$284,8 juta pada tahun 2023, dibandingkan US$223,9 juta pada tahun sebelumnya.


China tercatat menjadi negara tujuan utama ekspor, menyerap sekitar 88% dari total volume ekspor, yaitu 220.711,9 ton pada tahun 2023.

Dominasi China sebagai pasar utama ekspor rumput laut Indonesia tidak lepas dari kebutuhan besar industri pengolahan rumput laut di negara tersebut. Rumput laut digunakan sebagai bahan baku dari Indonesia untuk berbagai produk seperti agar-agar, karagenan, dan kosmetik.

Namun, potensi ekspor ke negara-negara lain seperti Chili, Korea Selatan, dan Filipina juga terus berkembang, meski dalam volume yang lebih kecil.


Namun demikian, tantangan tetap ada. Ketergantungan yang besar pada satu negara tujuan bisa menjadi risiko jika terjadi perubahan kebijakan perdagangan atau kondisi ekonomi di negara tersebut. Diversifikasi pasar ekspor menjadi salah satu strategi yang perlu dipertimbangkan pemerintah ke depannya.

Pemanfaatan Minim

Produksi rumput laut di Indonesia tersebar di berbagai provinsi dengan Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan sebagai produsen utama. Namun, potensi produksi di daerah lain masih belum optimal.

Data dari BPS menunjukkan, dari 12 juta hektare (ha) lahan yang dialokasikan untuk budidaya laut, baru sekitar 102 ribu ha yang dimanfaatkan.

Begitu juga dari sisi pemanfaatan rumput laut itu sendiri.

Penggunaan hasil produksi rumput laut di Indonesia saat ini masih didominasi oleh ekspor dalam bentuk mentah. Hanya sekitar 40% yang diolah menjadi produk bernilai tambah melalui hilirisasi. Menurut Luhut, kunci peningkatan hilirisasi terletak pada perbaikan produktivitas di hulu melalui mekanisasi dan penggunaan teknologi.

 


Sehingga dapat disimpulkan, hilirisasi rumput laut di Indonesia berpotensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut lagi. Baik dari sisi peningkatan produksi, sehingga hasil yang bisa dimanfaatkan pun semakin bertambah. Dan memberi keleluasaan, baik untuk hilirisasi, ekspor, juga konsumsi di dalam negeri. 

Hilirisasi rumput laut juga menjanjikan untuk masa depan ekonomi Indonesia. Dengan upaya peningkatan produksi dan optimalisasi hilirisasi, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan ekspor tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Hilirisasi rumput laut dapat menjadi game changer bagi ekonomi Indonesia.

Karena itu, tak salah jika Luhut mengatakan, hilirisasi rumput laut bisa jadi andalan setelah nikel. Salah satunya, dengan menjadikan hilirisasi rumput laut sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Karena akan memberikan dampak yang positif terhadap ekonomi Indonesia, bahkan berpotensi membuka jutaan lapangan kerja baru.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 

(emb/dce)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation