
Miris! Nelayan di RI Ternyata Makin Miskin

Jakarta, CNBC Indonesia - Kisah miris dari nelayan dalam negeri yang makin miskin di tambah risiko kredit macet tinggi. Tingkat kesejahteraan nelayan di Tanah Air sungguh kontras di lautan yang kaya.
Berbicara soal laut, memang tak lepas dari profesi nelayan. Mengutip satu data KKP, jumlah nelayan di RI terus meningkat setiap tahun, dalam periode lebih dari satu dekade, profesi nelayan tercatat telah bertambah lebih dari 400 ribu orang.
Data data di atas jumlah nelayan hingga 2022 mencapai 3,03 juta orang. Rinciannya, sebanyak 2,40 juta orang atau mayoritas dari mereka merupakan nelayan yang menangkap ikan di laut, sementara sisanya 632.401 orang merupakan nelayan perairan umum daratan (PUD), seperti di sungai, rawa-rawa, danau, sampai ekosistem perairan buatan.
Sayangnya, dari jumlah tersebut jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia profesi nelayan hanya menempati porsi 1,10% saja. Artinya, nelayan sebenarnya masih sedikit.
Jumlah nelayan yang sedikit juga makin miris dengan realita pendapatan menipis. Tercermin dari data Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada sepanjang 2023 yang mengalami penurunan, bahkan data akhir Desember menjadi yang terendah dalam setahun di angka 102,51.
NTN di atas angka satu menunjukkan bahwa pendapatan nelayan dalam sebulan masih bisa mencukupi kebutuhan pengeluaran-nya. Namun, dengan tren penurunan NTN yang terjadi, ini menunjukkan pendapatan nelayan juga ikut turun. Imbasnya, daya beli semakin lemah.
Sebagai catatan, NTN merupakan salah satu indikator untuk melihat kesejahteraan masyarakat nelayan. NTN merupakan indikator dalam mengukur kemampuan tukar barang-barang yang dihasilkan nelayan terhadap barang atau jasa yang diperlukan untuk kebutuhan konsumsi. NTN ini didapat dengan mempertimbangkan seluruh nilai pendapatan (revenue) terhadap seluruh pengeluaran (expenditure) keluarga nelayan.
Penurunan pendapatan nelayan ini juga menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan mereka masih rendah. Melansir portal Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia ada sebanyak 2,7 juta nelayan di Indonesia menyumbang 25% terhadap angka kemiskinan nasional.
Sebagian besar dari mereka hidup di bawah garis kemiskinan dan sekitar 53% keluarganya hidup di wilayah pesisir dengan kondisi yang sama.
Mirisnya realita nelayan di Indonesia, sudah sedikit orangnya, pendapatan makin tipis, masih ditambah apes lagi soal kredit macet yang tinggi.
Sebagian nelayan yang punya keterbatasan modal, salah satu caranya adalah dibantu perbankan. Sayangnya, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga Mei 2024 menunjukkan rasio risiko kredit atau non performing loan (NPL) berada di angka yang cukup tinggi mencapai 5,99%, berada di bawah level ideal NPL menurut regulator di <5%.
Sektor perikanan juga menempati posisi NPL paling tinggi dibandingkan sektor lainnya. Ini menjadi tanda bahwa kredit macet paling rawan terjadi di sektor ini.
![]() Data OJK per Mei 2024 |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)