4 Momen Unik Saat Acara Pidato Kenegaraan Terakhir Jokowi di 2024

Jakarta, CNBC Indonesia - Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2024 dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2024 telah digelar di Gedung Nusantara MPR RI/DPR RI/DPD RI, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024) pagi. Presiden Joko Widodo akan menyampaikan pidato dalam rangka Penyampaian Laporan Kinerja Lembaga-Lembaga Negara dan Pidato Kenegaraan dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Kemerdekaan RI.
Sebelum presiden menyampaikan pidatonya, Sidang Tahunan MPR RI Tahun 2024 dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2024 terlebih dahulu dibuka oleh Ketua MPR RI Bambang Soesatyo untuk kemudian dilanjutkan dengan pidato pengantar sidang bersama DPR RI dan DPD RI oleh Ketua DPR RI Puan Maharani.
Khusus untuk Jokowi, pidato kenegaraan kali ini juga menjadi pidato terakhirnya sebagai presiden Indonesia selama dua periode atau sepuluh tahun. "Hari ini, 16 Agustus 2024, di momen terakhir saya dan Prof K.H. Ma'ruf Amin berdiri di sini, izinkan kami menyampaikan terima kasih yang tulus," kata Jokowi.
Jokowi juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak. Ia mengatakan, selama 10 tahun masa pemerintahannya, seluruh masyarakat mampu bersatu untuk membangun bangsa.
"Kepada seluruh rakyat Indonesia di manapun berada, yang selama 10 tahun ini telah dengan kuat bersama-sama melintasi tantangan demi tantangan, menapaki langkah demi langkah, dan menghadapi terjadinya perubahan demi perubahan, sehingga kita sebagai sebuah bangsa yang besar bisa sampai pada titik ini," ujarnya.
Dalam pidato kenegaraan kali ini, tentunya ada sejumlah momen menarik. Lalu apa saja momen menarik yang perlu disimak? Berikut daftarnya.
1. Bahlil Menggunakan Jas Hitam Berdasi Kuning, Tanda Apa?
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia turut menghadiri agenda hari ini. Terpantau, Bahlil hadir pukul 08.27 WIB dengan menggunakan setelan jas hitam dengan 'Dasi Kuning'.
Penggunaan dasi kuning itu menghadirkan tanda tanya. Apalagi di tengah dinamika Partai Golongan Karya selepas Airlangga Hartarto mundur dari jabatan ketua umum, Bahlil disebut-sebut akan menggantikan Airlangga.
Semua akan ditentukan dalam munaslub yang digelar pekan depan. Untuk sementara posisi Plt. Ketum Golkar dijabat Agus Gumiwang Kartasasmita.
2. Pantun Bamsoet "Kotak Kosong"
Saat Ketua MPR Bambang Soesatyo membuka sidang tahunan MPR pagi ini, beliau memberikan pidato pembuka dengan menyapa semua tamu undangan, dari Presiden Joko Widodo, presiden terpilih Prabowo Subianto hingga ketua umum partai.
Dalam pidatonya, dia mengapresiasi kepemimpinan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin atas kepemimpinannya selama ini. Seperti diketahui, ini adalah pidato tahunan terakhir Jokowi sebagai presiden menjabat.
Dari pemaparannya, ada yang menarik. Bambang memberikan total 12 pantun dalam pidatonya. Bahkan ada pantun khusus bagi Jokowi, Prabowo-Gibran hingga mantan presiden terdahulu seperti Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Dalam pantun khusus Prabowo-Gibran, ada yang cukup menarik, yakni munculnya kata-kata 'kotak kosong'. Berikut isi pantun Bambang Soesatyo kepada Prabowo-Gibran:
Terbang tinggi burung merpati,
Hinggap lama di pohon mahoni.
Kami titip NKRI,
Agar rakyat hidup nyaman dalam harmoni.
Кupu-kupu terbang bersama kumbang
Hinggap di dahan pohon beringin yang rindang
Para calon menteri tak perlu bimbang
Berbaik-baiklah ke Presiden sekarang dan yang akan datang
Burung merpati terbang di atas sawah
Purnama datang dari negeri sebelah
Koalisi calon kepala daerah masih bisa berubah
Kotak kosong jangan sampai membuat kita terbelah
3. Puan Maharani Bilang Media Sosial Bisa Bikin Orang Jahat Jadi Baik
Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti soal pentingnya menjaga demokrasi di Tanah Air dalam pidato dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI 2024, di Komplek Parlemen Senayan, pagi hari ini.
Salah satu poin yang ia tekankan adalah peran media sosial dalam memberikan ruang kepada masyarakat dalam melakukan fungsi kontrol sosial.
Lebih lanjut, Puan mengatakan persepsi masyarakat bisa dibentuk melalui media sosial. Banyak orang yang citranya terangkat melalui media sosial, pun sebaliknya banyak yang terjungkal akibat media sosial.
"Bahkan orang yang baik dapat dipersepsikan menjadi orang yang jahat, begitu juga sebaliknya orang yang jahat dipersepsikan menjadi orang yang baik, orang yang salah menjadi orang yang benar, orang yang benar menjadi orang yang salah," kata Puan dalam pidatonya.
Puan menekankan bahwa demokrasi wacana bukan kebebasan tanpa batas. Ia mengatakan batas dari hak setiap warga negara di dalam negara demokratis adalah menjamin hak warga negara yang lain sama pentingnya.
"Hak warga negara dibatasi oleh hak warga negara yang lainnya," ujarnya.
Untuk itu, Puan mengatakan peran negara diperlukan untuk menjamin hak berdemokrasi yang setara bagi semua warga negara. Antara lain hak untuk hidup tentram bagi sesama warga negara, serta menjamin dan melindungi harkat dan martabat setiap orang.
"Berbagai permasalahan yang dihadapi rakyat, semakin membutuhkan kehadiran negara; ketika negara terlambat atau tidak responsif, rakyat mengambil inisiatifnya sendiri dengan mem-viralkan di media sosial. No viral, no justice," ia menuturkan.
4. Kata-Kata yang Berbeda dari Pidato Kenegaraan Sebelumnya
Dalam pidato kenegaraan Jokowi, terdapat kata-kata yang tidak biasa, terutama permohonan maaf. Berbeda dengan pidato tahun lalu di mana Jokowi banyak membicarakan politik dan menyampaikan curhatan hati (curhat), pidato kenegaraan tahun ini lebih banyak membicarakan pencapaian.
Tahun ini adalah periode terakhir kepemimpinan Jokowi dan pidato hari ini menjadi pidato kenegaraan yang terakhir.
Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia dari 2019-2024, setidaknya ada empat kata baru yang disampaikan Jokowi dalam pidato kenegaraan kali ini. Kata tersebut adalah "maaf", "start up", "smelter", dan "asing".
Dia juga menyebut Prabowo Subianto untuk pertama kalinya setelah 2019. Pada Pidato Kenegaraan 2019 secara khusus Jokowi menyebut Prabowo sebagai sahabat. Prabowo adalah pesaing Jokowi dalam pemilihan preside (pilpres) 2019.
Kata "maaf" muncul tiga kali dalam Pidato Kenegaraan saat Jokowi meminta permohonan maaf kepada rakyat Indonesia.
"Saya dan Prof.Dr.(H.C.) K.H. Ma'ruf Amin mohon maaf. Mohon maaf untuk setiap hati yang mungkin kecewa, untuk setiap harapan yang mungkin belum bisa terwujud, untuk setiap cita-cita yang mungkin belum bisa tergapai. Sekali lagi, kami mohon maaf. Ini adalah yang terbaik, yang bisa kami upayakan bagi rakyat Indonesia, bagi bangsa dan negara Indonesia," tutur Jokowi dalamnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)