Jokowi Selesai, Prabowo Dimulai

Intip Program Prabowo Lewat Nota Keuangan dan RAPBN 2025
Semua mata pelaku pasar pada hari ini tertuju pada rilis Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2025 atau RAPBN 2025 yang akan menjadi arah bagi pembangunan Indonesia ke depan.
Dimulai dari pidato Presiden Jokowi sebagai pembuka atau pengantar yang akan membeberkan target makro ekonomi mulai dari pertumbuhan, inflasi, nilai tukar rupiah, lifting minyak mentah dan gas, serta harga minyak mentah Indonesia/ICP untuk 2025.
Pidato Nota Keuangan sangat penting karena RAPBN 2025 akan menjadi APBN pertama pemerintahan baru Prabowo subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Masyarakat, pelaku usaha, dan investor akhirnya akan mengetahui arah kebijakan Prabowo-Gibran, mulai dari belanja hingga pendapatan negara.
Berbeda dengan presiden-presiden sebelumnya di mana RAPBN untuk presiden berikutnya biasanya hanya bersifat baseline maka RAPBN 2025 diperkirakan sudah merumuskan kebijakan Prabowo. Pasalnya, tim Prabowo ikut terlibat langsung dalam pembuatan RAPBN 2025.
RAPBN 2025 juga sangat dinanti karena akan menjelaskan arah kebijakan pembiayaan tahun 2025. Pasalnya, selama ini sangat kencang beredar Prabowo akan menargetkan defisit anggaran tinggi sehingga kebutuhan pembiayaan akan bengkak.
RAPBN 2025 diharapkan bisa menggambarkan arah kebijakan penerimaan negara baik dari perpajakan atau non-perpajakan era Prabowo. Menarik ditunggu apakah Prabowo sudah mengisyaratkan pembentukan Badan Penerimaan Negara. RAPBN 2025 juga diharapkan menggambarkan fokus belanja pemerintah ke depan, termasuk soal belanja infrstruktur, kesehatan, hingga makan bergizi gratis.
Pelaku pasar ataupun publik akan mencari tahu seperti apa fokus kebijakan pembangunan tahun depan, terutama terkait subsidi BBM, pembangunan infrastruktur, pembiayaan utang, gaji PNS, kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara, serta proyek ketahanan pangan.
Catatan APBN Era Jokowi
Data-data menunjukkan target asumsi makro era Jokowi lebih banyak meleset dibandingkan yang sesuai target. Padahal, asumsi makro merupakan fondasi utama dalam merancang APBN.
Asumsi makro sendiri dibangun dari tujuh target yakni pertumbuhan ekonomi, inflasi, harga minyak, lifting minyak, lifting gas, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN), dan nilai tukar.
Data Kementerian Keuangan menunjukkan selama periode 2014-2023, hampir semua asumsi meleset dari target. Asumsi pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan lifting minyak adalah yang paling kerap melenceng.
Berikut perbandingan target dan realisasi asumsi makro selama 10 tahun pemerintahan Jokowi (2014-2023)
Klaim Pengangguran Mingguan AS Rendah
Jumlah warga Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran turun ke level terendah dalam satu bulan minggu lalu, menunjukkan perlambatan pasar tenaga kerja yang teratur masih terjadi.
Klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara turun 7.000 menjadi 227.000 yang disesuaikan secara musiman untuk minggu yang berakhir 10 Agustus 2024.
Penurunan mingguan kedua berturut-turut menghapus kenaikan pada akhir Juli, yang telah mendorong klaim ke level tertinggi dalam 11 bulan. Sebagian besar kenaikan bulan lalu disebabkan oleh penutupan sementara pabrik kendaraan bermotor dan gangguan yang disebabkan oleh Badai Beryl di Texas.
Klaim yang belum disesuaikan turun 4.500 menjadi 199.530 minggu lalu di tengah penurunan besar di California, Texas, dan Massachusetts.
PHK masih rendah secara historis, dengan sebagian besar perlambatan di pasar tenaga kerja berasal dari perusahaan yang mengurangi perekrutan, menyusul lonjakan pasokan tenaga kerja yang disebabkan oleh imigrasi.
Ekonomi AS Kuat, Penjualan Eceran Tertinggi dalam 1,5 Tahun
Ketahanan ekonomi diperkuat oleh data lain pada hari Kamis yang menunjukkan penjualan eceran meningkat paling tinggi dalam 1,5 tahun pada Juli. Investor menjadi gelisah setelah lonjakan angka pengangguran ke level tertinggi hampir tiga tahun sebesar 4,3% pada bulan Juli memicu kekhawatiran bahwa ekonomi sedang dalam resesi atau hampir mengalami penurunan, kekhawatiran yang tidak diamini oleh sebagian besar ekonom.
"Perekonomian tidak akan keluar jalur," kata Christopher Rupkey, kepala ekonom di FWDBONDS. "Tidak ada badai yang terjadi di pasar tenaga kerja yang mungkin dapat menyebabkan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin."
The Fed Berpeluang Pangkas Suku Bunga 25 Basis Poin pada September
Pasar keuangan menurunkan peluang penurunan suku bunga setengah poin persentase pada pertemuan kebijakan Fed tanggal 17-18 September menjadi 27,5% dari 41,5% sebelum data tersebut, menurut alat FedWatch milik CME Group. Mereka melihat peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin sebesar 72,5%, naik dari 58,5% sebelumnya.
The Fed telah mempertahankan suku bunga acuannya pada kisaran saat ini 5,25%-5,50% selama setahun.
(ras/ras)