
Rupiah Gak Ada Lawan di Asia, Yen - Ringgit Masih Takut Sama Dolar

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia terpantau hampir secara serentak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca data inflasi konsumen AS tercatat melandai dan semakin mendekati target bank sentral AS (The Fed).
Dilansir dari Refinitiv pada Kamis (15/8/2024) pukul 09:35 WIB, pelemahan mata uang Asia ringgit Malaysia sebesar 0,34% dan disusul oleh baht Thailand yang terdepresiasi 0,31%.
Sementara berbeda halnya dengan rupiah Indonesia yang terpantau justru menguat sebesar 0,06%.
Kemarin malam (14/8/2024), AS telah merilis data inflasi konsumen (CPI) yang tercatat naik 2,9% year on year/yoy untuk periode Juli 2024 atau lebih rendah dibandingkan Juni 2024 yang naik 3% yoy.
"Laporan ini menunjukkan kemajuan berkelanjutan menuju sasaran inflasi Fed, Tidak ada yang dapat menghalangi Fed untuk memangkas suku bunga pada September, tetapi harapan pasar untuk pemangkasan yang lebih besar tampaknya masih jauh dari kenyataan."" kata Scott Anderson, kepala ekonom di BMO Capital Markets, kepada CNBC International.
Survei CME FedWatch Tool menunjukkan sebesar 65% pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps).
Hal ini berujung pada rebound DXY yang terjadi pada penutupan perdagangan kemarin dan dilanjutkan di hari ini yang menguat tipis 0,05%.
Kendati tekanan terhadap mata uang Asia terjadi pada hari ini, namun jika The Fed benar-benar membabat suku bunganya, hal ini berdampak terhadap indeks dolar AS (DXY) yang berpotensi mengalami depresiasi ke depan dan mata uang Asia memiliki peluang untuk mengalami penguatan dikemudian hari.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)