Review Sepekan

Rupiah Perkasa hingga Balik ke Bawah Rp 16.000, Terbaik di Asia?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
10 August 2024 15:00
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau bergairah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan ini, di mana rupiah menjadi yang terbaik kedua di Asia.

Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah melejit 1,7% secara point-to-point (ptp) di hadapan dolar AS. Kenaikan rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini menjadi yang terbaik pada tahun ini, bahkan mungkin sejak Januari 2023 lalu.

Pada pekan ini pula rupiah berhasil kembali ke bawah level psikologis Rp 16.000/US$, tepatnya di level Rp 15.800-an.

Sementara pada perdagangan Jumat (9/7/2024) kemarin, rupiah ditutup melemah 0,19% di level Rp 15.920/US$.

Jika dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya di hadapan dolar AS, rupiah hanya kalah sedikit dari ringgit Malaysia yang melejit 1,78% sepanjang pekan ini. Namun, kinerja rupiah masih lebih baik dari yen Jepang, dolar Singapura, yuan China, dan won Korea Selatan.

Sementara itu, jika rupiah di hadapan mata uang lainnya, terpantau rupiah sangat perkasa di terhadap beberapa mata uang lain pada pekan ini, seperti rupiah terhadap poundsterling Inggris yang melesat 2%, kemudian terhadap won Korea Selatan yang melonjak 2,18%. Rupiah hanya kalah dari Franc Swiss.

Mata uang Garuda kembali ke level di bawah Rp 16.000-an, setelah betah tiga bulan di atas level Rp 16.000. Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 16.550 pada 23 Maret 2024.

Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro melihat di tengah terbatasnya aliran masuk asing ke ekuitas dan obligasi, hal ini hanya sebagai reaksi terhadap penguatan yen yang ekstrem. Yenterapresiasi 10% dalam sebulan karena bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) menaikkan suku bunganya.

"Yen Jepang menyumbang 12% dari keranjang nilai tukar efektif nominal (NEER) rupiah, atau terbesar kedua setelah yuan China," ujar Satria dan timnya, dalam catatan yang dirilis Jumat (9/8/2024).

"Dengan kata lain, yen memiliki pengaruh substansial terhadap fluktuasi rupiah, bahkan lebih dari euro, dolar AS, atau dolar Singapura, mengingat perdagangan besar Indonesia dengan Jepang," kata Satria.

Dia pun meyakini rupiah masih dapat dipengaruhi oleh BoJ dan bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) yang bersikap dovish di tengah pelemahan mata uang kedua negara.

Sementara itu menurut Market Research Economic Research PermataBank, Faisal Rachman itu dapat terjadi jika kondisi perekonomian global terus membaik, yang akan mendorong faktor fundamental, yakni ekonomi Indonesia.

"Sebenarnya faktor ekonomi fundamental kita memang ada tekanan ya. Memang fenomena perlambatan itu terjadi di seluruh dunia, tetapi kita memang cenderung resilient karena memang fundamental ekonomi kita itu cenderung memang sudah lebih baik gitu," kata Faisal dalam PIER Economic Review: Mid-Year 2024 secara virtual, Kamis (8/8/2024) lalu.

Ia menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh di kisaran 5%, yakni 5,05% pada kuartal II-2024. Kemudian inflasi kita terjaga di level rendah, dibandingkan dengan negara-negara maju.

"Nah sekarang tinggal tunggu saja dari globalnya," ujar Faisal.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation