
La Nina OTW RI, Ini Potensi Wilayah yang Dilanda Hujan Lebat-Ekstrem

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca di beberapa wilayah di Indonesia dalam beberapa hari mendatang, di mana beberapa wilayah berpotensi dilanda hujan lebat.
Berdasarkan analisis terbaru BMKG, peringatan dini cuaca untuk periode sepekan kedepan yakni pada 10 - 15 Agustus 2024, beberapa wilayah diprediksi dalam status waspada hujan lebat hingga hujan ekstrem.
Pada hari ini, wilayah yang berpotensi dilanda hujan lebat yakni sebagian Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Banten, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Papua. Sedangkan wilayah yang berpotensi dilanda hujan sangat lebat yakni Sumatera Utara. Sementara untuk wilayah yang berpotensi mengalami hujan ekstrem pada hari ini yakni Maluku.
Sebelumnya berdasarkan hasil monitoring BMKG menunjukkan, indeks IOD dan ENSO pada bulan Juli 2024, Indek Dipole Mode -0.46 (Netral), dan indeks ENSO 0.115 (Netral). IOD Netral diprediksi berlangsung Agustus hingga Januari 2025.
"ENSO diprediksi berpotensi menuju La Nina mulai Agustus 2024," demikian mengutip Analisis Dinamika Atmosfer Dasarian III Juli 2024 yang dirilis BMKG, dikutip Sabtu (10/8/2024).
![]() Analisis & Prediksi ENSO Dasarian III Juli 2024 (Dok: BMKG) |
Di sisi lain disebutkan, sebanyak 51% zona musim (ZOM) di Indonesia masuk musim kemarau.
Wilayah yang sedang mengalami musim kemarau meliputi sebagian Aceh, sebagian Sumatra Utara, sebagian Riau, sebagian Bengkulu, sebagian Jambi, sebagian Sumatra Selatan, sebagian Lampung, sebagian Banten hingga NTT, Sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Barat, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Maluku, dan sebagian Papua Selatan.
"Aliran masa udara pada Dasarian III Juli 2024 didominasi angin timuran. Daerah belokan angin terlihat di sepanjang ekuator. Pada Dasarian I Agustus 2024 angin dari timur diprediksi mendominasi wilayah Indonesia. Pusat tekanan rendah terlihat di perairan sebelah barat Sumatra bagian utara," tulis BMKG.
Mengacu situs resmi BMKG, ENSO adalah anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.
![]() Anomali suhu muka laut III Juli 2024. (Dok: BMKG) |
Disebutkan, iklim di Samudra Pasifik terbagi ke dalam 3 fase. Yaitu, El Nino, La Nina, dan Netral.
Pada fase Netral, angin pasat berhembus dari timur ke arah barat melintasi Samudra Pasifik menghasilkan arus laut yang juga mengarah ke barat dan disebut dengan Sirkulasi Walker. Suhu muka laut di barat Pasifik akan selalu lebih hangat dari bagian timur Pasifik.
Sementara saat fase El Nino, angin pasat yang biasa berhembus dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah. Pelemahan ini dikaitkan dengan meluasnya suhu muka laut yang hangat di timur dan tengah Pasifik. Air hangat yang bergeser ke timur menyebabkan penguapan, awan, dan hujan pun ikut bergeser menjauh dari Indonesia. Hal ini berarti Indonesia mengalami peningkatan risiko kekeringan.
Ketika terjadi fase La Nina, embusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin. Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.
Masuknya La Nina di saat musim kemarau di Indonesia, diharapkan dapat membantu mengurangi dampak musim kemarau tahun 2024 ini. Yang akan menghasilkan musim kemarau basah di wilayah-wilayah Indonesia.
"ZOM yang diprediksi akan masuk musim kemarau pada periode Dasarian I-III Agustus 2024 adalah sebagian Bangka Belitung, sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Barat, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian Gorontalo, sebagian Sulawesi Utara, sebagian Maluku Utara dan Maluku, sebagian Papua Barat, sebagian Papua," ungkap BMKG.
Sementara itu, angin timuran akan memicu kondisi kering dan suhu lebih dingin di Indonesia. Karena angin timuran atau Monsun Australia berhembus dari bumi belahan Selatan yang sedang dilanda suhu dingin dan tekanan tinggi menuju wilayah bumi belahan Utara yang sedang memiliki wilayah tekanan rendah, melewati Indonesia.
"Secara klimatologis, angin timuran atau monsun Australia biasanya terjadi di bulan Juni-Agustus, saat periode puncak musim kemarau," kata prakirawan cuaca BMKG dalam tayangan video di akun Youtube Info BMKG.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd)