BMKG: Prediksi Wilayah yang Akan Terdampak Cuaca Ekstrem

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
11 June 2024 17:15
Sejumlah pengendara berteduh saat hujan deras dan angin kencang di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (4/6/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sejumlah pengendara berteduh saat hujan deras dan angin kencang di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (4/6/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa wilayah di Indonesia diprediksi akan diterpa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dalam beberapa waktu mendatang, meski sejatinya beberapa wilayah lainnya masih berpotensi mengalami kemarau.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan beberapa wilayah di Indonesia berpotensi dilanda hujan sedang bahkan lebat dengan disertai kilat atau petir.

"Meskipun di sebagian wilayah Indonesia telah memasuki awal musim kemarau, sebagian wilayah lainnya masih berada di masa peralihan musim di mana kandungan uap air dan labilitas atmosfer masih tinggi yang dapat memicu pertumbuhan awan-awan hujan yang signifikan," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto dikutip dari situs resmi BMKG, dikutip Senin (10/6/2024).

Kondisi tersebut terjadi karena aktifnya gelombang ekuator Rossby dan Kelvin di Jawa bagian barat. BMKG mencatat adanya pola pertemuan dan pelambatan kecepatan angin, suhu muka laut yang hangat di perairan sekitar Selat Sunda dan Laut Jawa, labilitas atmosfer tinggi dan indikasi adveksi dingin di selatan Jawa.

Dia menjelaskan fenomena karena kondisi atmosfer menimbulkan potensi hujan disertai kilat serta angin kencang. Ini terjadi selama pekan kemarin hingga 9 Juni 2024.

"Kombinasi pengaruh fenomena-fenomena tersebut diprakirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang-lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang yang dapat berlangsung di sebagian wilayah Indonesia hingga 9 Juni 2024", imbuhnya.

 

Bukan hanya pulau Jawa, hujan dengan intensitas sedang-lebat bersama dengan kilat/petir dan angin kencang juga terjadi di beberapa wilayah. Termasuk di Sumatra, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dna sebagian besar Papua.

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Andri Ramdhan mengingatkan masyarakat yang berada di wilayah rawan bencana hidrometeorologi bisa tetap waspada pada potensi cuaca ekstrem. Meskipun sekarang beberapa wilayah sudah masuk musim kemarau.

Selain itu juga mendapatkan informasi dari kanal resmi BMKG. "Dampak yang ditimbulkan dari cuaca ekstrem dapat meliputi banjir, banjir bandang, banjir lahar hujan, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang, dan berkurangnya jarak pandang," jelasnya.

Ini Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat

Berdasarkan prediksi BMKG, Pada Juni I - Juni III 2024 umumnya diprediksi curah hujan berada di kriteria rendah - menengah (0 - 150 mm/dasarian).

Berikut wilayah yang diprediksi mengalami hujan kategori rendah (kurang dari 50 mm).

Meski begitu, curah hujan tinggi dengan intensitas lebih dari 300 mm/bulan diprediksi akan melanda beberapa wilayah di Indonesia pada bulan ini, seperti sebagian Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, sebagian Maluku, Maluku Utara, sebagian Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

Berikut wilayah Indonesia yang berpotensi dilanda hujan dengan intensitas cukup tinggi dari Juni hingga November 2024.

Hujan Tinggi di Beberapa Wilayah Indonesia Karena La Nina?

BMKG sebelumnya juga telah memprediksi bahwa fenomena El Nino akan berakhir, kemudian beralih ke fase netral, dan akhirnya beralih ke La Nina.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengonfirmasi bahwa saat ini fenomena El Nino akan mulai netral dan berganti dengan La Nina. Namun, La Nina kali ini diprediksi intensitasnya cenderung lemah, tidak seperti 2010 silam yang cukup kuat.

Anomali Suhu Muka Laut Dasarian III Mei 2024Sumber: BMKG
Anomali Suhu Muka Laut Dasarian III Mei 2024

BMKG melaporkan hasil pemantauan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik menunjukkan bahwa pada periode dasarian III Mei 2024, El Nino-Southern Oscillation (ENSO) mulai beralih ke kondisi Netral dengan indeks sebesar -0,02. ENSO diprediksi bertahan Netral pada Mei - Juni 2024.

Analisis & Prediksi ENSOSumber: BMKG
Analisis & Prediksi ENSO

Mengutip penjelasan di situs resmi BMKG, ENSO adalah anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya.

La Nina tentunya akan membuat intensitas badai cenderung meningkat dan tentunya menimbulkan kerugian ekonomi. Indonesia yang merupakan negara agraris tentu akan menjadi salah satu yang cukup berdampak pada fenomena ini. Sebab La Nina akan menyebabkan curah hujan yang tinggi dan berpotensi menyebabkan gagal panen bagi para petani dan nelayan.

La Nina juga akan sangat terasa dampaknya bagi kota dan daerah yang tidak mempunyai resapan air yang bagus.

Dampak La Nina juga berpengaruh terhadap permasalahan-permasalahan kesehatan yang meningkat seiring dengan tingginya potensi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Kemudian, adapula potensi meningkatnya penyakit-penyakit menular water-borne disease (penyakit yang terbawa air) seperti, diare, demam tipus, kolera,disentri, leptospirosis, dan hepatitis A perlu diwaspadai terutama pada daerah-daerah yang rawan banjir.

Namun, La Nina juga tak selalu membawa dampak buruk alias dapat juga membawa efek positif. Dari sisi positifnya, La Nina dapat berdampak positif yakni adanya surplus air tanah, sehingga jumlah air tanah yang sebelumnya mungkin berkurang karena efek El Nino, dapat kembali pulih dengan adanya La Nina.

"La Nina lebih dipandang sisi negatifnya saja yang berdampak pada bencana hidrometeorologi. Padahal dalam enam kali La Nina dalam periode 30 tahun terakhir telah terjadi surplus air tanah tahunan di Waeapo-Pulau Buru sebesar 775 mm atau setara dengan 222 persen dari kondisi normalnya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati saat membuka webinar KedaiIklim#4 BMKG yang bertajuk "La Nina: Manfaatkan Air Hujan Berlimpah Untuk Kesejahteraan dan Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi" di Jakarta, Selasa (29/12/2020).

Dwikorita menambahkan, hal tersebut mengindikasikan bahwa La Nina selain memiliki sisi ancaman, namun juga punya peluang positif yang dapat dimanfaatkan seperti panen hujan dan surplus air tanah, peningkatan produktivitas pertanian yang memerlukan banyak air, dan pemanfaatan telaga yang muncul selama tahun basah untuk budidaya ikan air tawar semusim.

"Kita bisa mengambil berkah dari fenomena La Nina sehingga para petani di wilayah yang sudah terkenal selalu kering dan kekurangan air bisa melakukan pemanenan air, dan diakhir musim kemarau transisi yaitu September-Oktober masih bisa melakukan pemanenan kacang tanah," tambah Dwikorita.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(chd/chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation