
Gawat! Petaka La Nina di RI Segera Tiba, Ini Daftar Wilayah-Jadwalnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia diprediksi akan kembali menghadapi fenomena anomali iklim La Nina pada pertengahan tahun 2024, setelah hampir setahun dilanda El Nino. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), kondisi di akhir tahun 2024 cenderung lebih dingin dibandingkan dengan kondisi saat ini dan beberapa bulan terakhir. La Nina biasanya membawa curah hujan tinggi yang dapat menyebabkan banjir dan badai tropis di berbagai wilayah di Indonesia.
Ketika terjadi fase La Nina, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat yang mendorong massa air laut ke arah barat, maka di Pasifik timur suhu muka laut menjadi lebih dingin. Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir yang lebih tinggi, suhu udara yang lebih rendah di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.
![]() Analisis & Prediksi ENSO |
La Nina tentunya akan membuat intensitas badai cenderung meningkat dan tentunya menimbulkan kerugian ekonomi. Indonesia yang merupakan negara agraris tentu akan menjadi salah satu yang cukup berdampak pada fenomena ini. Sebab La Nina akan menyebabkan curah hujan yang tinggi dan berpotensi menyebabkan gagal panen bagi para petani dan nelayan.
Prediksi Wilayah Terdampak La Nina di Indonesia
Menurut prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah-wilayah yang akan mengalami curah hujan tinggi pada periode La Nina antara lain:
Juni 2024: Sebagian Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, sebagian Maluku, Maluku Utara, sebagian Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Juli 2024: Sebagian Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.
Agustus 2024: Sebagian kecil Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Tengah.
September 2024: Sebagian Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Tengah.
Oktober 2024: Sebagian Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Jawa Barat, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Selatan.
November 2024: Sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Papua Barat Daya, Papua Barat, dan Papua Selatan.
Dampak La Nina di Indonesia
La Nina diprediksi membawa sejumlah dampak signifikan bagi Indonesia, baik positif maupun negatif:
Dampak Negatif:
Banjir dan Badai Tropis: Peningkatan curah hujan akan meningkatkan risiko banjir dan badai tropis, yang dapat mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan kerugian ekonomi.
Gagal Panen: Tingginya curah hujan dapat menyebabkan gagal panen, yang berdampak pada sektor pertanian dan perikanan.
Masalah Kesehatan: Peningkatan potensi penyakit menular berbasis air seperti diare, demam tipus, kolera, disentri, leptospirosis, dan hepatitis A, terutama di daerah rawan banjir.
Dampak Positif:
Surplus Air Tanah: La Nina dapat mengisi kembali cadangan air tanah yang berkurang akibat El Nino, bermanfaat bagi pertanian dan ketersediaan air di musim kemarau.
Peningkatan Produktivitas Pertanian: Wilayah yang kering dan semi-kering bisa memanfaatkan curah hujan tinggi untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan budidaya ikan air tawar.
Pengembangan Ekonomi Lokal: Air berlimpah bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan ekonomi seperti wisata sungai dan pengembangan sumber air.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dan pakar Ekohidrolik dari UGM, Agus Maryono, meskipun La Nina membawa ancaman bencana, fenomena ini juga menawarkan peluang untuk memajukan pengetahuan, teknologi, dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah dan masyarakat perlu bersiap dan memanfaatkan potensi air yang berlimpah sebagai langkah mitigasi dan mengambil manfaat positifnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mza/mza)