Hantu Resesi Belum Hilang dari AS, 3 Hal Ini Bisa RI Menderita

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
08 August 2024 17:23
Daftar Terbaru Negara yang Masuk Jurang Resesi: Ada Argentina
Foto: Infografis/Daftar Terbaru Negara yang Masuk Jurang Resesi: Ada Argentina/Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Kekhawatiran resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) mulai mereda. Namun, banyak pihak percaya jika hantu resesi belum sepenuhnya hilang dari AS. AS. Indonesia pun mesti waspada menghadapi skenario terburuk.

Kekhawatiran akan resesi di AS sempat melonjak pada akhir pekan lalu hingga awal pekan ini setelah data ekonomi AS memburuk, terutama tenaga kerja.Tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam melonjak ke level tertinggi hampir tiga tahun yakni sebesar 4,3% padaJuli 2024. Peningkatan tersebut telah menjadi latar belakang sejumlah wacana pemotongan suku bunga pada pertemuan The Federal Reserve (The Fed) September mendatang.

Menyusul kekhawatiran resesi, pasar saham di dunia ambruk pada akhir pekan lalu dan Senin pekan ini (5/8/2024). Namun, pasar saham dengan cepat berbalika rah sejalan meredanya kekhawatiran resesi. 


Tak semua sepakat jika risiko resesi di AS mereka,  CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, mengatakan bahwa ia masih percaya akan peluang terjadinya "soft landing" bagi ekonomi AS adalah sekitar 35% hingga 40%. Dengan demikian, resesi sebagai skenario yang paling mungkin dalam benaknya.

"Ada banyak ketidakpastian di luar sana. Saya selalu mengatakan jika geopolitik, perumahan, defisit, pengeluaran, pengetatan kuantitatif easing, pemilihan umum, semua hal ini menyebabkan kekhawatiran di pasar." tutur Dimon, kepada CNBC International.

Dimon merupakan  pemimpin bank AS terbesar berdasarkan aset  dan salah satu tokoh paling disegani di Wall Street. Dia telah memperingatkan tentang "badai" ekonomi sejak 2022. Namun, ekonomi bertahan lebih baik dari yang diharapkannya, dan Dimon mengatakan bahwa meskipun gagal bayar peminjam kartu kredit meningkat, Amerika tidak sedang dalam resesi saat ini.

Dimon menambahkan bahwa ia "sedikit skeptis" jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) bisa membawa inflasi AS melandai ke target 2%.Pasalnya, akan ada pengeluaran untuk ekonomi hijau dan militer ke depan.

"Selalu ada berbagai macam hasil. Saya sepenuhnya yakin kalaupun kita mengalami resesi ringan, bahkan yang lebih parah, kita akan baik-baik saja. Tentu saja, saya sangat bersimpati kepada orang-orang yang kehilangan pekerjaan. Anda jelas tidak menginginkan ekonomi mengalami hard landing," imbuhnya.

Pernyataan Dilon tentu belum tentu benar tetapi risiko resesi di AS juga belum sepenuhnya salah. Karena itulah, Indonesia mesti bersiap diri karena dampak resesi bisa menghantam kapan saja. 

Beberapa dampak dari resesi di AS yang bisa menghantam Indonesia:

1. Pasar Keuangan Melemah

Pasar keuangan Indonesia akan bergejolak saat AS benar-benar menyatakan resesi. Hal ini terbukti dari perdagangan Senin (5/8/2024), dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun 3,4% di level 7.059,65 saat AS dirumorkan menuju jurang resesi setelah data-data tenaga kerja menunjukkan pelemahan.

Bukan hanya pasar saham saja, rupiah pun terancam akan mengalami pelemahan. Hal ini disebabkan investor akan lebih memilih aset yang memiliki nilai lindung saat ekonomi global bergejolak. Aset safe haven pun akan menjadi pilihan utama para investor saat beberapa negara mengalami resesi.

Pergerakan harga emas di sepanjang tahun 2024 telah mencatatkan kenaikan sebesar 15,5% hingga perdagangan Rabu (7/8/2024) di level 2.381,53 per troy ons.

2. Ekspor Turun

Ekspor Indonesia bisa tertekan jika ekonomi AS mengalami resesi. Amerika Serikat merupakan tiga besar pasar ekspor Indonesia Jika AS mengalami resesi, maka beresiko terhadap penurunan nilai ekspor Indonesia ke AS.

Diketahui nilai ekspor Indonesia ke AS pada periode Juni 2024 mengalami penurunan sebesar 9,9% menjadi US$1,96 miliar, dibandingkan periode Mei 2024 sebesar US$2,18 miliar. Sementara secara tahunan nilai ekspor Indonesia ke AS tercatat naik tipis 0,58% dari periode Juni tahun lalu sebesar US$1,95 miliar.

3. Dana Asing Minggat

Suku bunga yang masih tercatat tinggi di AS, akan berdampak pada larinya dana asing dari Indonesia menuju AS karena imbal hasil yang lebih menarik. Diketahui suku bunga bank sentral AS saat ini berada di level 5,25%-5,50% pada pertemuan Juli 2024.

CNBC Indonesia Research

[email protected]

(saw/saw)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation