Jalan RI Jadi Negara Maju Selevel Amerika Terganjal Kualitas Manusia

Revo M, CNBC Indonesia
06 August 2024 14:30
Infografis, Mantap Pak Jokowi, RI Salip China dan AS
Foto: Infografis/ Pertumbuhan Ekonomi/ Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia sebagai negara berpenghasilan menengah (middle income) punya ancaman akan kekurangan talenta yang mumpuni untuk keluar dari middle income trap.

Bank Dunia dalam laporan 'The World Development Report 2024: The Middle Income Trap' menunjukkan bahwa kekurangan pelestarian akan menghambat pengembangan bakat dan juga membuang bakat yang ada.

Bagi negara berpenghasilan menengah, talenta yang baik menjadi hal yang krusial dibandingkan dengan negara berpenghasilan rendah karena di negara berpenghasilan menengah, pekerja terampil semakin menjadi kunci dalam transformasi ekonomi, struktural, dan teknologi.

Sertifikasi Guru Tak Sesuai Harapan

Pada 2005, pemerintah Indonesia mencoba melaksanakan reformasi yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa di sekolah dasar dan menengah pertama. Salah satu reformasi tersebut mencakup persyaratan sertifikasi guru yang ketat sebagai syarat untuk menggandakan gaji guru.

Pada saat itu, guru yang telah menerima sertifikasi akan menerima gaji dua kali lipat. Sementara syarat sertifikasinya adalah memiliki gelar S1 serta kompetensi untuk memberikan pendidikan yang berkualitas.

Melalui proses perancangan yang panjang, sertifikasi diputuskan akan melibatkan tiga komponen: uji kompetensi, observasi kelas, dan portfolio guru.

Dalam perjalanannya, hambatan dari serikat dan asosiasi guru. Proses sertifikasi di Indonesia dipuji sekaligus dikritik keras, karena insentif besar yang melipatgandakan gaji serta syarat guru harus tersertifikasi pada 2015. Dengan timbulnya insentif keuangan dan perbaikan karir, ketika sampai di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), rancangan sertifikasi yang sudah didisain kemudian dibuat menjadi lebih ringan dengan hanya melibatkan komponen evaluasi portfolio guru.

Bank Dunia menilai proses sertifikasi yang seharusnya melibatkan penilaian eksternal yang berkualitas tinggi terhadap pengetahuan mata pelajaran dan praktik pedagogis guru, namun kenyataannya masalah ini menjadi sangat dipolitisasi.

Akibatnya, tes kompetensi yang dimaksudkan digantikan dengan persyaratan sertifikasi yang lemah, dan reformasi tersebut hanya menghasilkan kenaikan gaji 100% untuk semua guru. Meskipun reformasi ini memerlukan biaya fiskal yang sangat tinggi, reformasi tersebut tidak menghasilkan perbaikan dalam pencapaian siswa. Perbaikan sistemik terhadap persyaratan guru mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk memberikan dampak pada pembelajaran secara menyeluruh.

Atau dengan kata lain, program sertifikasi tidak lagi menjadi penentu kualitas standar seorang guru berkualitas, karena nyaris setiap guru yang menjalani proses sertifikasi berhasil lulus.

Lulusan Sekolah Tidak Kompeten

Seiring dengan masuknya teknologi global ke dalam perusahaan-perusahaan di negara berpenghasilan menengah, mereka akan membutuhkan pekerja teknis dan profesional khusus untuk mengadopsi dan menggunakan teknologi, serta manajer untuk menjalankan perusahaan modern.

Negara-negara berpenghasilan menengah yang menghadapi kekurangan talenta berkualitas tidak memiliki kemampuan untuk mengoperasikan berbagai teknologi dan menjalan bisnis di perusahaan.

Indikator yang menunjukkan lemahnya kualitas lulusan di Indonesia yakni tingkat migrasi internal seumur hidup dari pekerja (%) yang lebih rendah dibandingkan negara maju.

Di banyak negara berpenghasilan menengah, perpindahan pekerja dari satu bagian negara ke bagian lain lebih terbatas dibandingkan dengan negara berpenghasilan tinggi seperti Prancis dan Amerika Serikat (AS).

Sebagai catatan, migrasi internal memungkinkan individu untuk bertemu dan belajar dari orang-orang yang lebih produktif, menjual ide mereka di pasar yang lebih baik, dan memperluas peluang kerja, sehingga berkontribusi pada alokasi pekerja yang lebih efisien di seluruh ekonomi.

Sebaliknya, hambatan terhadap migrasi internal berdampak buruk bagi pertumbuhan. Tingkat migrasi internal yang rendah di beberapa negara berpenghasilan menengah menunjukkan adanya hambatan mobilitas yang tinggi, bahkan di antara individu yang sangat terdidik.

Bank Dunia mencatat tingkat migrasi internal seumur hidup dari pekerja di Indonesia untuk individu yang menyelesaikan studi di atas high school level berada di angka 25%. Sedangkan untuk individu yang tidak menyelesaikan studi di atas high school level berada di sekitar angka 14%.

Bank DuniaFoto: Movement of workers from one part of the country to another is more limited than in high-income countries
Sumber: Bank Dunia

Berdasarkan World Economic Forum (WEF) 2023 untuk 134 negara terhadap Indeks Daya Saing Bakat Global/ Global Talent Competitiveness Index (GTCI) menunjukkan bahwa negara maju mempunyai skor GTCI yang tinggi.

Untuk diketahui, penilaian GTCI berdasarkan kemampuan mereka untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan orang-orang yang terampil. Switzerland, Singapura, dan AS adalah tiga negara teratas dalam peringkat daya saing bakat.

Denmark, Belanda, Finlandia, Norwegia, Australia, Swedia, dan Inggris adalah negara-negara lain dalam 10 besar untuk daya saing bakat.

Eropa mendominasi indeks dengan 17 negara di 25 besar. Negara-negara lain yang juga masuk dalam 25 besar adalah Australia, Kanada, Selandia Baru, Uni Emirat Arab, Korea Selatan, dan Israel.

Sedangkan Indonesia berada di peringkat 80 dengan skor 40,25.

GTCIFoto: Ranking GTCI 2023
Sumber: INSEAD

Dalam indeks 2023, China (CN) dan Rusia (RU) telah berpindah dari kategori 'Movers' menjadi 'Champion', menurut sekolah bisnis Perancis (INSEAD). Indonesia (ID) tetap berada sebagai 'Movers' tetapi telah membuat kemajuan terbesar dalam daya saing bakatnya selama 10 tahun terakhir.

GTCIFoto: CHANGE IN SCORES FOR GTCI 2013-GTCI 2018 VS GTCI 2019-GTCI 2023 AND GTCI 2023 SCORE
Sumber: INSEAD

WEF menyampaikan bahwa tingkat perlindungan sosial yang tinggi serta kualitas lingkungan yang baik menjadi kunci meningkatkan GTCI.

Lebih lanjut, dengan menambahkan lebih banyak karyawan yang memiliki pendidikan universitas atau perguruan tinggi ke dalam angkatan kerja adalah area yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan GTCI.

Mencocokkan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja serta membuka peluang yang lebih besar untuk migrasi menjadi hal yang penting pula.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation