
Ramai-Ramai Mata Uang Asia Keroyok Dolar AS: Malaysia Paling Depan

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Asia terpantau mayoritas menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca hasil rapat bank sentral AS (The Fed) yang memberikan optimisme terjadinya pemangkasan suku bunga.
Dilansir dari Refinitiv pada Kamis (1/8/2024) pukul 10:16 WIB, penguatan mata uang Asia dipimpin oleh ringgit Malaysia yakni sebesar 0,91%, kemudian won Korea Selatan sebesar 0,32%, hingga rupee India yang mengalami apresiasi tipis 0,02%.
Sementara sedikit berbeda dengan yuan China yang melemah sebesar 0,15% terhadap dolar AS.
Untuk diketahui, The Fed kembali menahan suku bunga selama delapan pertemuan beruntun setelah berakhirnya rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (1/8/2024).
The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, Mei 2024, Juni 2024, dan Agustus 2024.
Hal yang menarik dalam rapat kali ini yaitu pernyataan Chairman The Fed Jerome Powell yang memberikan sinyal yang lebih jelas perihal pemangkasan suku bunga pada September 2024.
Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.
"Dalam beberapa bulan terakhir ada kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi 2%. Jika syarat tersebut terpenuhi, kebijakan pemangkasan suku bunga bisa menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September," kata Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dariCNBC International.
Jika The Fed benar-benar membabat suku bunganya, hal ini berdampak terhadap indeks dolar AS (DXY) yang berpotensi mengalami depresiasi dan mata uang Asia memiliki peluang untuk mengalami penguatan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)