Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan RI menguat jelang FOMC yang diumumkan semalam. Pasar saham dan nilai tukar rupiah kompak menguat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada perdagangan Rabu (31/7/2024),
IHSG ditutup menguat 0,19% ke posisi 7.255,76. IHSG masih berada di level psikologis 7.200, atau tepatnya di level 7.250-an.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 12 triliundengan melibatkan 22miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 917.174 kali. Sebanyak 311 saham terapresiasi, 282 saham terdepresiasi, dan 203 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor industri menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 1,57%.
Sementara Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penantian pelaku pasar perihal hasil rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral AS (The Fed).
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,25% di angka Rp16.255/US$ pada kemarin, Rabu (31/7/2024). Hal ini berbanding terbalik dengan pelemahan yang terjadi kemarin (30/7/2024) sebesar 0,12%.
IHSG berhasil ditutup di zona hijau, di tengah sikap pelaku pasar yang cenderung wait and see menanti hasil rapat pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Pasar sudah mengantisipasinya di mana pada pertemuan akhir Juli ini The Fed diprediksi masih akan menahan suku bunga acuannya.
Namun, pasar berharap Ketua The Fed, Jerome Powell akan memberikan sinyal tentang waktu dan jumlah pemotongan suku bunga yang diharapkan dalam beberapa bulan mendatang.
Sejauh ini, pasar masih optimis bahwa pemangkasan suku bunga The Fed dapat dimulai pada pertemuan September. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, sebanyak 89,6% pelaku pasar yakin The Fed akan mulai memangkas suku bunga acuannya pada September mendatang.
Harapan ini kian kuat kala lowongan pekerjaan di AS turun sedikit pada periode Juni 2024 dan data untuk bulan sebelumnya direvisi lebih tinggi, menunjukkan pasar tenaga kerja terus melambat secara bertahap dan tidak dalam bahaya pelemahan yang cepat.
Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS dalam Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja, atau JOLTS, lowongan kerja, yang mengukur permintaan tenaga kerja, telah turun 46.000 menjadi 8,184 juta pada hari terakhir di Juni 2024.
Sedangkan, data periode Mei lalu direvisi lebih tinggi untuk menunjukkan 8,230 juta posisi yang tidak terisi dibandingkan dengan yang dilaporkan sebelumnya 8,140 juta. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 8,0 juta lowongan pekerjaan di bulan Juni.
Lowongan pekerjaan terus menurun sejak mencapai rekor 12,182 juta pada Maret 2022, karena permintaan yang moderat sebagai respons terhadap kenaikan suku bunga agresif The Fed. Angka tersebut turun sebanyak 941.000 sepanjang tahun.
Jika The Fed benar-benar akan memangkas suku bunganya pada September mendatang, maka hal ini akan membuat bank sentral lainnya juga berpotensi lebih bersikapdovish, termasuk Bank Indonesia (BI) yang sebelumnya sempat mengindikasikan pemangkasan jika rupiah sudah lebih stabil dan The Fed semakin dovish.
Saham-saham menguat pada hari Rabu setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga tidak berubah , seperti yang diharapkan, sambil menyoroti terobosan terhadap inflasi. Para pedagang juga kembali menggunakan teknologi megacap seiring melonjaknya nama chip.
S &P 500melonjak 1,58% menjadi ditutup pada 5.522,30, sedangkanNasdaq Compositemuncul 2,64% menjadi 17.599,40. Ini merupakan sesi terbaik sejak Februari untuk kedua indeks. Rata-rata Industri Dow Jonesmenambahkan 99,46 poin, atau 0,24%, berakhir pada 40.842,79.
Pada sesi tertinggi, Dow naik 455,30 poin, atau 1,1%. S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik sebanyak 2,1% dan 3,2%, sebelum mengurangi kenaikan tersebut.
Selama konferensi pers Ketua Fed Jerome Powell pada Rabu sore, dia mengatakan jika data terus memberikan keyakinan kepada bank sentral bahwa inflasi sedang melambat, maka bank sentral mungkin siap untuk mengambil tindakan.
"Jika uji tersebut terpenuhi, penurunan suku bunga kebijakan kami mungkin akan segera dilakukan pada pertemuan berikutnya di bulan September," kata Powell.
Komite Pasar Terbuka Federal memberikan nada yang sedikit lebih optimis dalam pernyataan pasca-pertemuannya, dengan mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, kemajuan lebih lanjut telah dicapai untuk menurunkan inflasi mendekati target bank sentral sebesar 2%.
"The Fed menggunakan pernyataan hari ini untuk mempersiapkan pasar menghadapi penurunan suku bunga yang akan datang. Ketika tingkat inflasi membaik dan pengangguran meningkat, The Fed dapat menurunkan suku bunga namun tetap mempertahankan tingkat dana nominal di atas tingkat inflasi," kata kepala ekonom LPL Jeffrey Roach dalam sebuah catatan. "Pasar kemungkinan akan memberikan respons positif terhadap perubahan halus ini."
Data pekerjaan yang dirilis Rabu pagi juga mengisyaratkan perlambatan ekonomi dan mendukung upaya bank sentral untuk mengurangi inflasi. Pertumbuhan lapangan kerja swasta semakin melambat pada bulan Juli karena laju kenaikan upah turun ke level terendah dalam tiga tahun terakhir, menurut laporan terbaru ADP .
Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%. Namun, The Fed memberi sinyal kuat akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.
The Fed kembali menahan suku bunga selama delapan pertemuan beruntun setelah berakhirnya rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (1/8/2024).
The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, Mei 2024, Juni 2024, dan Agustus 2024.
Berbeda dengan rapat FOMC sebelumnya, The Fed pada rapat bulan ini lebih memberi sinyal jelas soal pemangkasan suku bunga mulai September mendatang. Dalam pernyataannya, The Fed menjelaskan jika inflasi kini sudah mengarah kepada target sasaran mereka di kisaran 2%.
"Dalam beberapa bulan terakhir ada kemajuan lebih lanjut menuju target inflasi 2%. Jika syarat tersebut terpenuhi, kebijakan pemangkasan suku bunga bisa menjadi opsi pada pertemuan berikutnya di September," kata ChairmanThe Fed Jerome Powell dalam konferensi pers usai rapat FOMC, dikutip dari CNBC International.
Pemangkasan suku bunga diperkirakan sebesar 25 bps. Powell menegaskan pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps belum ada dalam bayangan The Fed.
"Saya tidak ingin menjelaskan terlalu spesifik soal apa yang akan kami lakukan, tetapi itu (pemangkasan 50 bps) bukan sesuatu yang kami pertimbangkan saat ini," katanya.
Powell mengatakan kondisi ekonomi AS sudah berbeda jauh dengan setahun yang lalu. Inflasi kini sudah melandai sementara tingkat pengangguran sudah meningkat. Klaim tunjangan pengangguran juga menunjukkan warga AS tetap menganggur lebih lama.
Sebagai catatan, inflasi AS mencapai 3% (year on year/yoy) pada Juli 2024, jauh lebih rendah dibandingkan Agustus 2023 yang masih bercokol di angka 3,7% (yoy).
Tingkat pengangguran mencapai 4,1% pada Juni 2024, meningkat dibandingkan 3,8% pada Agustus 2023.
"Data inflasi pada kuartal II (2024) menambah keyakinan kami dan data yang lebih baik baik lakan semakin memperkuat keyakinan tersebut," kata Powell.
Kendati inflasi dan tingkat pengangguran sudah bergerak ke arah yang diinginkan The Fed, Powell mengingatkan masih ada risiko yang mengancam.
"Komite akan dengan hati-hati menilai data yang masuk, prospek yang berkembang, dan keseimbangan risiko," ujarnya.
Berikutnya hari ini
Hari ini juga terdapat rilis data inflasi periode Juli 2024 dan PMI Nikkei Indonesia periode Juli 2024.
Pada Juni 2024 terjadi inflasi (yoy) sebesar 2,51%, angka tersebut turun dari realisasi bulan sebelumnya sebesar 2,84% (yoy). Inflasi yang terjaga ini merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah. Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.
Dari sisi PMI Indonesia, Kinerja industri manufaktur Indonesia pada Juni 2024 merosot dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Turunnya permintaan produk menjadi salah satu penyebabnya. PMI Indonesia pada periode Juni 2024, berada pada level 50,7, menurun dibandingkan Mei 2024 yang ada pada level 52,1.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Opening Ceremony FEKDI X KKI 2024
- Indonesia Clothing Summit 2024
- BPS mengumumkan IHK Juli 2024
- Deklarasi Emak-Emak Anti Judi Online
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.